Hari ini adalah hari jadi hubungan mereka. Tak terasa sudah setahun hubungan romantis itu berlangsung. Dini pagi sebelum matahari terbit, Gareth bertandang kerumah Juju dengan memboyong karangan bunga mawar. Aksi Gareth ini membuat para tetangga disekitar penasaran dan heran.
"Mas Gareth, mau jualan bunga?" Tanya mpok Isa, tetangga disebelah rumah Juju.
Mendengar ucapan wanita yang sudah memiliki anak tiga itu ia tersenyum. "Iya Mpok. Nanti beli ya." Dan sebelum berlalu Gareth memberikan satu tangkai bunga mawar untuk mpok Isa. Wanita itu tersipu malu saat menerima setangkai mawar dari tangan lelaki itu. Ini pertama kali dalam hidupnya seorang lelaki tampan memberikannya bunga. Pagi itu mpok Isa merasa kembali menjadi seorang gadis muda lagi.
Sementara Juju yang dikirimi bunga sebanyak toko bunga menjual berusaha terlihat sesantai mungkin meski hatinya bergejolak dipenuhi kebahagiaan. "Norak sekali anak itu."
Sepanjang pagi gadis itu tersenyum sambil menata bunga-bunga mawar dikamarnya. Emak yang melihat puluhan bunga mawar dikamar Juju ikut merasakan kebahagiaan anak gadisnya itu.
"Ju, bagi mawarnya buat dikamar emak. Biar wangi juga." Pinta emak seraya tersenyum menyeringai. Gadis itu tersenyum mendengar permintaan emaknya. Diapun memberikan beberapa karangan bunganya.
Tengah hari nanti Gareth akan menjemputnya untuk merayakan hari jadi pertama mereka. Meskipun Juju tak begitu menyukai sebuah perayaan yang menurutnya kekanakan dan norak tapi akhirnya dia mengikuti kemauan lelaki itu.
"Aku nggak suka perayaan. Lagian pamali juga merayakan sesuatu yang belum pasti." Kata Juju saat lelaki itu mengutarakan rencananya untuk merayakan hari jadi mereka.
"Buka perayaan yang berlebihan tapi hanya rasa bersyukur saja bahwa kita akhirnya bisa bersama." Balas Gareth mencoba membujuk gadis itu.
"Memang mensyukuri sesuatu harus pergi kesebuah tempat? Bersyukur itu kita menghargai apa yang sudah dimiliki tanpa harus merayakannya. Kalau dirayakan makna bersyukur jadi hilang." Kata gadis itu. Prinsip mereka memang sangat berbeda dalam beberapa hal. Juju tak begitu menyukai sesuatu yang berlebihan, terutama dalam hal materi. Apalagi harus menghamburkan uang hanya untuk sebuah perayaan. Ia juga sebenarnya tak menyukai perbuatan lelaki itu membeli bunga mawar banyak yang akhirnya akan berakhir ditempat sampah.
"Yang kamu bilang bener tapi nggak ada salahnya juga toh kalau kita mau merayakannya. Nggak ada yang akan sakit hati kalau kita merayakan rasa syukur kita." Kata lelaki itu dengan lembut. Ia tak menyangka gadis ini bukan hanya simpel tetapi juga kolot.
Jujupun tak mau beragumen lagi. Dirinya harus bisa menerima kalau mereka adalah dua manusia yang berbeda dalam banyak hal. Entah apa yang menyebabkan mereka saling tertarik satu sama lain. Mungkin benar sebuah peribahasa dalam bahasa inggris yang pernah ia baca Opposites attract. Bahwa perbedaan itu menarik.
Juju sudah selesai berdandan dan duduk manis dimeja rias kamarnya. Diliriknya jam dinding ditembok kamarnya. Masih setengah jam lagi. Batin Juju. Diapun beranjak dari duduknya melangkah ke tempat tidur dan merebahkan disana. Matanya terpejam dan perlahan rasa kantuk mulai menghampirinya, menghantarkan dirinya kesebuah tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.
Juju berdiri didepan sebuah bangunan megah bernuansa kerajaan roma. Didepan gedung itu terdapat pemandangan alam yang menyejukkan matanya. Ia menikmati pemandangan sejuk itu hingga sebuah tangan merangkul tubuhnya dari belakang. Juju menoleh dan tersenyum ke siempunya tangan.
"Kamu suka disini?" Kata lelaki itu kemudian mencium pipinya.
Kemudian mereka menyusuri sebuah jalan kecil yang ramai. Kedua sisi jalan itu terdapat restoran yang menyediakan makanan dengan menu bahasa asing yang ia belum pernah ia baca sebelumnya. Beberapa lelaki berusia lanjut terlihat asik melukis disisi jalan. Juju merasa sedang berada dinegeri dongeng.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOPI HITAM JUJU
Roman d'amourTidak pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran Gareth kalau dia akan memiliki perasaan istimewa kepada gadis minimalis itu. Untuk memastikan perasaannya, dia pun pergi meninggalkan segala atribut yang melekat dalam dirinya: kekayaan, kete...