Hujan akan selalu turun 2 kali dalam seminggu.Rumah Jeyyan ke sekolah bisa terbilang sangat dekat. Karna itu, ia berangkat ke sekolah hanya berjalan kaki.
Tetesan air hujan mulai terasa menjatuhi kepalanya, dengan cepat Jeyyan berlari menuju bangku taman.
Sepertinya bangku taman itu akan menjadi tempat teduh Jeyyan setiap kali hujan turun. Karna hanya bangku taman itulah tempat teduh terdekat, entah itu dari rumahnya atau dari sekolahnya.
Lagi.. Jeyyan temui laki-laki asing yang sama. Sekarang pun.. ia juga menangis.
Jeyyan mulai duduk di samping laki-laki asing itu.
Jeyyan keluarkan sapu tangannya, lalu ia ulurkan ke hadapan laki-laki asing itu.
"Menjadi dewasa, memang menyusahkan ya.."
Senyum manis Jeyyan dapatkan.
Laki-laki asing itu tidak mengambil sapu tangan yang Jeyyan berikan. Ia lap air matanya menggunakan tangannya sendiri.
Memang orang aneh.. itu yang Jeyyan nilai dari laki-laki asing itu.
Tak ambil pusing, Jeyyan memutuskan untuk kembali dengan dunianya saja, yaitu menggambar.
.............
"Kamu.. apa hari ini kamu tidak pergi ke sekolah?"
Sedikit kaget, perlahan Jeyyan mulai melihat ke arah laki-laki asing di sampingnya itu.
Ini untuk pertama kalinya Jeyyan mendengar suara laki-laki asing itu. Sangat lembut.. begitu nyaman ketika suaranya memasuki telinga Jeyyan.
"Aku benci hujan.. berjalan di bawahnya sangat merepotkan. Makanya.. ketika hujan turun, aku akan berhenti dan memutuskan untuk berteduh."
Laki-laki asing itu hanya tersenyum, setelah itu kembali lanjut meminum birnya.
"Dan kakak? Apa hari ini tidak pergi ke kantor?"
Diam, laki-laki asing itu terlihat sedikit menunduk.
"Hari ini.. aku membolos, lagi"
Lalu senyuman manis kembali ia berikan untuk Jeyyan.
Jeyyan juga ikut tersenyum.
"Lalu, meminum bir pagi hari di taman?"
"Ah.. itu-
"Hanya minum bir saja, tidak baik untuk kesehatanmu kak.. setidaknya harus di temani dengan cemilan"
"Walau masih SMA, tapi kamu tahu banyak hal ya.."
"Itu.. karna dulu ayahku juga sering minum"
"Aku juga membawa cemilan kok"
Ia keluarkan banyak makanan manis, dari tas yang ia bawa.
"Kamu mau?"
Jeyyan menggidik ngeri. Bagaimana bisa ada seorang laki-laki yang membawa begitu banyak makanan manis, hampir memenuhi tasnya. Terutama coklat batangan itu.. orang ini, memang aneh.. begitulah isi pikiran Jeyyan.
"Apa barusan.. kamu berpikir, bahwa aku orang aneh?"
Jeyyan menggeleng kuat.
"Tidak, hanya saja.. bukankah itu terlalu banyak? Nanti gigi kakak bisa sakit.."
Laki-laki asing itu tertawa singkat.
"Tidak apa jika kamu berpikir bahwa aku orang aneh.. lagi pula kita ini manusia, pasti punya keunikan masing-masing"
"Mungkin.. iya?"
"Pasti"
Waktu berjalan dengan cepat, sekarang jam sudah menunjukan pukul 9 pagi.
Jeyyan mulai berdiri dari duduknya.
"Hujan sudah mulai berhenti.. kalo begitu, aku berangkat dulu"
"Ke sekolah? Bukankah ini sudah sangat terlambat?"
Jeyyan menggaruk tengkuknya yang tidak terlalu gatal.
"Sepertinya, setiap hujan turun.. aku akan selalu terlambat berangkat ke sekolah"
"Kalo begitu, kita bisa bertemu lagi.. saat hujan turun."
Jeyyan mengangguk.
"Iya.. mungkin"
Jeyyan mulai berjalan meninggalkan taman, namun tiba-tiba ia hentikan langkahnya.
Jeyyan berbalik menatap laki-laki asing itu.
"Nama.. nama kakak siapa?"
Lagi, senyuman manis laki-laki asing itu berikan. Walau Jeyyan tahu, itu hanyalah senyuman palsu. Jeyyan menyukainya.. senyum manis itu, Jeyyan tidak membencinya.
"Yozzi.. panggil saja aku Yozzi"
"Kalo aku-
"Jeyyan afnan dikta, kan?"
"Eh?"
Yozzi menunjuk sebuah name tag yang terpampang jelas di depan seragam Jeyyan.
"Ah.. kalo begitu.. sampai jumpa lagi, kak Yozzi"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy season [Hwanshi]
Fiksi Remaja"Ketika hujan turun, apakah kamu akan tetap di sini bersama ku?" "Walau hujan tidak turun.. aku akan tetap di sini, bersama denganmu" Disclaimer : - BxB - FIKSI just FIKSI - Cerita lokal kecil