fall for you

1.1K 100 2
                                    

"Selamat jadi orang dewasa."

Sunoo menatap sebuket bunga gardenia yang diserahkan padanya. Dengan senyum mengembang, dia mendongak untuk menatap sang pemberi.

"Terimakasih, Riki."

Bersamaan dengan senyum tipis dari yang lebih tinggi, Sunoo mengambil buket bunga itu untuk dia dekap di lengannya.

"Aku pergi dulu."

Sunoo dengan cepat menahan ujung hoodie hitam yang dipakai Riki. Otomatis langkah Riki terhenti, mata tajamnya sekali lagi menatap Sunoo.

"Mau ... minum kopi denganku?"

Riki tidak seburu-buru itu untuk pergi. Sejujurnya dia juga ingin berlama-lama dengan pemuda ini. Tapi untungnya Sunoo bukan tipe orang yang menjunjung rasa gengsi sepertinya.

"Tentu."

Dan disinilah mereka sekarang. Duduk bersebelahan dengan jarak yang muat untuk satu orang lagi di sebuah bangku kayu taman yang tak jauh dari tempat tinggal Sunoo. Buket bunga gardenia tidak Sunoo bawa. Di tangannya kini, begitu juga di tangan Riki, terdapat segelas kopi panas dengan asap yang masih mengepul. Cukup untuk menghangatkan tubuh di cuaca penghujung musim gugur yang dingin.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Sunoo setelah mereka hanya menikmati keheningan yang menenangkan.

Riki tampak memperbaiki posisi duduknya sebelum bergumam. "Baik. Kau?"

"Aku juga ... baik."

Riki mengangguk. "Aku sudah tau itu."

Sunoo mengulas senyum tipis. "Sudah lama ya kita tidak pernah mengobrol seperti ini."

Tidak ada jawaban dari Riki, tapi Sunoo yakin pemuda itu pasti mendengarnya.

"Sejak terakhir kali bertemu denganmu, kau jadi lebih tinggi dan juga tampan. Aku yakin kau pasti sudah punya pacar baru kan?"

Riki mendengus geli. Dia menggeleng pelan sembari menyeruput kopinya. "Aku tidak berpacaran lagi."

Sunoo menoleh dengan seringaian usil. "Ey kenapa? Aku yakin setidaknya ada 1 orang yang confess padamu dalam sehari. Apalagi kau sudah kelas 3 SMA, para junior di sekolah pasti sangat mengidolakan dirimu."

"Kau tidak salah, tapi tetap saja aku tidak bisa mengalahkan kepopuleranmu dulu. Kim Sunoo idola top sekolah, bukannya begitu?"

Semburat kemerahan muncul dengan malu-malu di pipi putih Sunoo. Dia lantas menepuk pelan lengan Riki untuk melampiaskan kekesalannya. "Jangan jadikan aku untuk mengalihkan pembicaraan. Kau masih belum berubah seperti dulu."

Riki menyeruput kopinya dengan senyuman. "Aku memang tidak pernah berubah."

Sunoo sekali lagi tersenyum tapi berikutnya dia berdecak sebal dan cemberut. "Ck, kau memang tidak pernah berubah bahkan dalam hal membuatku kesal. Aigoo bisa-bisanya aku pernah berpacaran dengan manusia menyebalkan sepertimu."

"Ya, bisa-bisanya aku memutuskan untuk memiliki kekasih."

Mendengar itu ekspresi Sunoo berubah. Bukan marah, bukan terharu, bukan juga merona. Tapi lebih ke merasa sedih. Ia kembali teringat bagaimana mereka berdua memilih untuk putus hubungan.

"Menyedihkan ya?" gumamnya.

Sekali lagi keduanya terjebak dalam keheningan. Riki seolah tak ingin mengatakan apapun, tapi dia juga tidak berusaha mengubah topik pembicaraan. Obrolan mereka berjalan seperti air mengalir.

"Aku merasa menjadi orang paling egois di dunia ini. Aku menyadari kondisimu, tapi tetap mendesakmu untuk menjalin hubungan romantis denganku. Dan aku dengan tidak tau dirinya memintamu untuk memahami kondisiku. I'm a worst person, am i?"

Keheningan lagi-lagi menyelimuti. Riki terlihat fokus menatap pemandangan taman di depannya, berbanding terbalik dengan Sunoo yang lebih menarik melihat kopi yang masih penuh isinya di tangannya. Kopi itu bahkan sampai tidak lagi mengeluarkan asap meski masih terasa hangat. Udara malam ini memang sangat dingin.

"Awalnya aku marah sekali saat kau sama sekali tidak berusaha mengejar dan memintaku kembali setelah kita putus. Kau bahkan terlihat baik-baik saja, menjalani hidupmu seperti biasa, seolah aku tidak pernah ada. Tapi setelah berjalannya waktu akhirnya aku sadar. Akulah yang salah, akulah beban, akulah orang yang sudah membuatmu menjalani hidup dengan tidak menjadi dirimu sendiri. Aku ... aku terlalu banyak menuntut dan tidak bisa menerima dirimu apa adanya. Maaf. Seharusnya sejak awal aku tidak memaksamu menjalin hubungan denganku. Seharusnya aku memahami kondisimu sebagai aromantis."

Aromantis, kondisi di mana seseorang tidak memiliki minat atau keinginan untuk menjalin hubungan romantis dalam bentuk apapun dengan orang lain. Seperti itulah kondisi seorang Nishimura Riki.

"Kau tidak perlu minta maaf. Aku tidak pernah merasa keberatan menjalin hubungan denganmu, Hyung. Aku memahami kenapa kau akhirnya pergi meninggalkanku. Tapi seperti dirimu, aku juga tidak bisa mengubah yang terjadi dalam diriku. Kau sepertinya salah paham dengan menganggap aku tidak pernah mencintaimu, tapi kenyataannya bukan begitu. Aku mencintaimu, aku punya perasaan itu padamu. Tapi menjalin hubungan ... aku tidak memiliki keinginan itu sama sekali."

Sunoo mendengarkan dengan seksama. Hatinya menghangat saat mendengar Riki rupanya mencintainya. Tapi senyumnya terkesan sendu, karena ia pun tau cara Riki mencintainya tidak seperti yang selalu dia baca di novel romantis maupun yang dia bayangkan selama ini.

Riki perlahan mengulurkan satu tangannya untuk meraih tangan Sunoo. Tangan besarnya tampak menggenggam tangan halus itu dengan erat, berbeda dengan tangan Sunoo yang hanya terkulai tanpa membalas genggamannya.

"Aku pun tau kau mencintaiku, tapi aku mengerti bahwa kau tidak ada keinginan sedikitpun untuk bersentuhan fisik denganku. Di satu sisi kita berbeda, namun di sisi lain sebenarnya kita sama, Hyung. Kita sama-sama tidak bisa saling cinta dan mencintai dengan sempurna."

Sunoo mengamini ucapan Riki dalam hati. Tangan Riki begitu hangat, dan terlihat pas menggenggam tangannya. Tapi Sunoo sama sekali tidak merasakan apapun. Dia tidak memiliki keinginan untuk membalas genggaman yang lebih muda. Dia justru berharap Riki segera melepaskan tautan mereka karena rasanya begitu hambar dan mengganggu.

"Karena cara kita mengungkapkan cinta berbeda," sambung Sunoo dengan senyum getir.

Riki perlahan melepaskan genggamannya.

"Aku juga marah sepertimu. Kenapa ... aku harus jatuh cinta pada seorang aseksual."

Aseksual adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki keinginan berhubungan seksual bahkan termasuk bersentuhan fisik. Kim Sunoo yang malang mengalami hal itu. Dia hanya jatuh cinta, tanpa ingin bersentuhan bahkan making love dengan orang yang dicintainya.

"Benar, jika aku menjadi dirimu pun, aku sudah pasti tidak ingin mencintai orang yang tidak memiliki hasrat seksual apapun pada orang lain. Because, we can't making love."

"Sama. Jika menjadi dirimu, aku juga tidak akan mau menghabiskan tenaga dan waktuku untuk mencintai orang yang tidak memiliki keinginan menjalin hubungan romantis denganku. Itu melelahkan."

Pedih, namun keduanya sama-sama tersenyum. Mereka tidak bisa kembali ke masa lalu, tapi mereka bisa untuk berdamai dengan masa-masa itu. Termasuk berdamai dengan diri mereka sendiri.

Ketika pandangan saling bertemu, keduanya dapat merasakan cinta yang tulus terpancar untuk satu sama lain. Tanpa melibatkan hubungan yang romantis, tanpa melibatkan sentuhan fisik apapun, perasaan mereka sama-sama menghangat. Bahkan tanpa satupun kata romantis, mereka sudah saling memahami. Bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Begitu dalam, tulus dan murni.

FIN—

babyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang