Chapter 37

244 23 0
                                    

Itu hanyalah motel dalam namanya, tapi itu lebih ke asrama yang lebih bobrok daripada penginapan. Aku selalu terbangun oleh bau jamur dan toilet. Mungkin karena manajer mendapat diskon karena menginap dalam waktu yang lama, pemiliknya bahkan tidak membersihkan ruangan yang kami gunakan dengan benar. Toh, aku sangat sibuk sehingga tidak punya waktu mandi dan berbaring. Jadi selalu ada selimut kuning terentang di lantai. Aku terbiasa dengan suara mengorok manajer segera setelah aku berbaring, jadi kalau aku tidak mendengarnya, mataku akan terbuka secara otomatis.

Menuju ke akomodasi di tempat terpencil dengan kue, aku memikirkan Hansoo manajer, yang sekarang tertidur disana karena rasa lelah yang datang terlambat. Syutingnya setelah makan siang, jadi alarm diatur sekitar pukul 12. Menanamkan waktu itu di benakku, aku melintasi parkiran di belakang motel karena ingin cepat-cepat pergi dan tidur sebentar. Tetapi, prediksiku bahwa mereka berdua akan tidur di kamar itu salah. Baru saat aku mendekati pintu belakang, suara yang nyaris tak terdengar dan begitu samar menarik perhatianku.

Aku berhenti. Saat aku ingin melangkah lewat pintu belakang yang terbuka, aku sadar suara itu tidaklah asing bagiku. Dan diam-diam tanpa membuat suara langkah kaki, aku kembali ke sisi gedung dimana ada jalan masuk ke bukit, penyebab segala macam serangga memasuki kamar bahkan kalau jendelanya ditutup, menarik perhatianku. Dan aku melihat Hansoo berdiri ke arah bukit. Memegang naskah di tangannya dan berakting.

"... aku akan segera pergi ke Seoul. Aku mencoba mencari pekerjaan disana. Ada tempat yang diberitahukan padaku untuk bisa bekerja, tapi aku tidak memberitahu orang tuaku. Saat aku pergi ke Seoul..."

Hansoo berbicara dengan pelafalan yang jelas seolah-olah ada orang lain di depannya. Dia bahkan menurunkan tangannya dalam gerakan alami tanpa melihat naskah di tangannya seperti sudah menghafalnya. Untuk beberapa saat, dia berdiri diam di ujung sampai menyelesaikan dialog satu orang. Dialog yang diucapkan Hansoo adalah dialogku saat fajar. Peran yang cukup beruntung datang padaku karena aku tidak gugup di depan kamera. Aku tidak ingat bagaimana aku melakukannya dengan benar karena aku gugup, tapi aku tidak berpikir tentang memaksa diri memikirkannya lagi. Karena kupikir sudah berakhir.

Tapi saat aku menyelesaiakn dialogku dan melihat Hansoo membacakan dialog karakter utama, aku tiba-tiba tidak merasa mengantuk lagi. Ya, aku bukan satu-satunya yang ada disana. Ada Hansoo, dan ada dua aktor pemula sepertiku meskipun mereka adalah ekstra. Perannya jatuh padaku, tapi aku tidak peduli bagaimana perasaan orang lain saat mereka melihatnya. Aku tidak tahu seberapa banyak mereka ingin berakting. Lebih tepatnya, apa yang terjadi kepada Hansoo, yang punya kemampuan jauh lebih besar dariku. Dia pasti sedih karena tidak bisa mengatasi fobia kameranya dan merasa iri. tetap saja, aku ingat betapa bahagianya dia bersama manajer karena jam tayangku bertambah.

Fakta bahwa dia benar-benar senang mendinginkan benakku yang terbangun. Kapan pria itu mulai berlatih semua peran? Dialog tak asing yang keluar dari mulutnya memberitahuku seberapa sering dia berlatih, tapi aku tidak bisa mengetahuinya. Sepertinya dia membaca naskah kapanpun dia bisa, tapi tidak ada waktu untuk berlatih. Bahkan saat kami tertidur, kami tidur di kamar yang sama... Oh, benar. Baru saat itulah aku paham kenapa aku selalu menjadi yang pertama bangun dan membangunkan mereka berdua. Dia berlatih saat aku tidur. Seperti itu setiap saat.

Bayangan punggung Hansoo tidak menghilang dari benakku sampai aku berbalik dan memasuki motel. Dan saat aku tiba di pintu kamar, aku sadar Hansoo bukan satu-satunya yang belum tidur. Suara manajer berbicara di telepon samar-samar keluar dari pintu.

"Ya, ya. Aku makan dengan baik. Apa kau mendapat gaji bulan ini? Pertama, bayar biaya sekolah yang sudah lewat tenggat. Aku akan mengirimmu lagi bulan depan. Aktor yang baru melakukan hal yang lebih baik dari yang kuduga, jadi perusahaan memperlakukanku dengan baik... Ya, sungguh. Sangat baik. Dia tidak ragu untuk bekerja keras, dia melakukan semuanya, dan dia adalah anak yang baik... Ya, tidak, tidak apa-apa. Semua uang yang kuhabiskan datang dari perusahaan secara terpisah, jadi jangan khawatir. Bilang ke ibu mertua aku minta maaf. ...jangan! Aku tidak nyaman pergi kesana. Aku benar-benar tidak bisa pergi karena pekerjaan. Kita bahkan tidak punya rumah, kan bukannya kita hanya menerima. ...kenapa kau menangis lagi? Kubilang tidak apa-apa. Aku akan segera mendapat uangnya kembali..."

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang