Iris Xiphium - 21

1.8K 311 17
                                    

Bunga tidak khawatir tentang cara mereka akan mekar. Mereka hanya terbuka dan mengarah ke cahaya dan itu membuat mereka indah

- Jim Carrey -

××××××××××

Tepat pukul 8 pagi, semua siswa telah dikumpulkan diauditorium. Mereka tampak kelelahan dan kurang tidur setelah mendapat teror. Raut wajah pucat dan tubuh gemetar, cukup terlihat jelas.

"Ini adalah tujuan kita, yang tak mampu, akan pergi dan bergabung dengan mereka di Marigold."ucap salah satu staf.

Tiba-tiba saja, satu siswa berdiri dan berteriak.

"Apa yang terjadi? Kenapa kami mendapat teror dan kalian hanya diam saja? Pulangkan saja kami. Aku bahkan tak menemukan jalan keluar dari sekolah ini."

"Kalian tak akan keluar dari sini. Kalian akan keluar jika berhasil lulus ujian semester."ucap Jin

"Apa maksud anda?"

"Ada total 5 ujian yang akan diadakan. Tuntaskan ujian itu dan silahkan pulang. Namun hanya ada 10 orang saja yang bisa keluar dari sini. Siapapun yang berada diperingkat 10 besar, dialah pemenangnya."jelas Jin

"Apa-apaan itu?"

"Apa anda gila? Kenapa, kenapa sekarang jadi begini?"

"Kenapa kalian melakukan semua ini?"

"Aku ingin pulang."

"Keluarkan kami dari sini."

Mulai terdengar teriakan dan gertakan dari para siswa. Namun pihak sekolah hanya diam dan memperhatikan mereka. Tak peduli dengan banyaknya kalimat kasar yang dilontarkan oleh para siswa. Yang ada, mereka memilih melangkah keluar dari ruang tersebut.

Saat melangkah keluar, Jin dan para staf menghentikan langkah mereka saat seorang siswi yang tak lain adalah Rael, tengah berdiri tepat dihadapan mereka.

"Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya, tapi kau tak mendengarkanku. Kau akan menanggung akibatnya, kau dan teman-temanmu yang tersisa, akan bergabung dengan mereka semua. Bersainglah dengan kemampuan kalian untuk keluar dari sekolah ini."

Rael hanya terdiam sampai para staf berjalan melewatinya.

"Kalian semua akan menyesalinya."ucap Rael singkat. Langkah para staf juga terhenti, kemudian perlahan berbalik menatap Rael.

"Aku menunggu kalimat itu keluar dari mulut seorang anak yatim piatu sepertimu. Kau dan ibumu sangat mirip, sama persis."

Rael hanya diam kemudian berbalik acuh dari hadapan para staf.

"Aku menunggu apa yang bisa kau lakukan. Namun jika kau merasa takut, kau boleh pergi. Khusus untukmu, aku akan mengizinkanmu pulang."

Rael berbalik setelah mendengar kalimat itu. Wajah Rael jelas menunjukan ketidaksukaan dan rasa kasian kepada para siswa yang tengah ketakutan didalam auditorium.

"Aku tak akan pulang tanpa mereka."ucap Rael

"Mungkin saja mereka akan pulang, tapi tidak denganmu."

"Tidak masalah. Aku anak yatim piatu. Saat membuka pintu rumah, tak akan ada yang menyambutku dengan senyuman dan menanyakan bagaimana keadaanku. Tak masalah jika aku yang tak pulang, tapi mereka, mereka memiliki keluarga yang menunggu mereka pulang."ucap Rael kemudian beranjak pergi dari sana.

"Anak itu memang tak mudah dipengaruhi, ia, ibu serta ayahnya sangat merepotkan."

Sementara itu, Azriel tengah fokus dengan komputer didepannya. Ditambah lagi ia memakai kaca mata yang menandakan jika ia sangat serius mengerjakan sesuatu.

Blind And Bad Rivalry (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang