Bab kedua

102 19 1
                                    

Hinata memutar bola matanya malas saat dia dihadang tubuh tinggi sulung Uchiha. Dia tengah asik belanja dengan Haruka berada di gendongannya. Hinata rasa hidupnya tidak tenang semenjak bercerai. Perasaan selalu diawasi dan dijaga ketat membuatnya tidak nyaman. Tidak heran jika kemana ia melangkah , tiba - tiba sang pria berwajah dingin muncul bagai hantu di sekitarnya. Bodyguard sang Uchiha tidak main-main menjaga apa yang sudah diklaim miliknya.

Entah harus bagaimana mengusir si big boss dari hidupnya.
Belum sempat berucap kata makian sang anak lebih dahulu menyapa.

"Papa".

Tangan Haruka melambai dan mengulurkan memberi kode meminta gendong si pemilik tanda lahir keriput.

Sambutan riang didapat Haruka dari Uchiha Itachi.

Jika sudah begini Hinata hanya bisa pasrah dan memberikan Haruka pada Itachi untuk digendong.

Hinata bukan tidak suka dikejar pria tampan dan mapan macam Itachi, tapi jika julukan playboy menyertai, apa iya dia harus senang.

Berbeda dengan Hinata yang tersenyum kecut, Itachi dan Haruka terlihat bahagia layaknya ayah dan anak.

Karena malas jika harus berjalan bersama Itachi, Hinata memilih menjauh dan berbelanja kebutuhan Haruka dan dirinya. Sesekali mendesah dan mengeluh betapa tidak beruntung hidupnya. Bukan Hinata tidak bersyukur. Dia sangat bersyukur bisa lepas dari suami berambut kuning tukang selingkuh. Tapi, entahlah.

Hinata menghela nafasnya tanda makin kesal. Lagi dan lagi belanja kebutuhan yang dia ambil dibayar pria berambut hitam panjang yang masih setia menggendong haruka.

Hinata merasa seperti cewek matre, tapi dia sedikit bersyukur karena jujur itu lumayan membantu keuangan yang masih belum stabil lepas berpisah.

Berulang kali menolak tapi Uchiha bilang itu semacam nafkah untuk Haruka yang sudah menjadi anaknya.

"Dasar brengsek. Suka mengaku dan pemaksa dan sialnya tampan dan kaya raya". Itu yang selalu diumpatkan Hinata setiap kali hatinya mulai goyah.

Tentu saja, Hinata seperti wanita kebanyakan yang akan tersentuh dengan perhatian luar biasa.

Hanya saja, statusnya yang janda menahan dirinya untuk menerima dengan lapang segala bentuk perhatian dari sang pewaris Uchiha.

Hinata mencoba sadar diri, statusnya seringkali dipandang sebelah mata. Apalagi Itachi bukan dari rakyat biasa yang sudah bisa dipastikan harus ada bibit, bebet dan bobot saat mencari pendamping.

Sedangkan dirinya?
Sudah janda, tiada harta dan ada buntut pula.

Mana ada keluarga yang dengan sukarela menerima janda anak satu.

"Huft"

Hinata mendesah nafas pelan.
Mengalihkan pandangan matanya dari dua manusia beda usia. Anak dan Itachi.

Waktu menunjukan pukul tujuh malam dan si pria tidak tahu malu, masih betah bertahan di rumahnya yang sempit.

Yah meski disebabkan anaknya yang melarangnya pulang karena rindu setelah beberapa hari tak bersua.

"Tidak bertemu tapi video call hampir tiap jam sekali. Melebihi jadwal minum obat"

Mau tidak mau Hinata mengajaknya untuk makan malam yang sudah tentu disambut dengan senyum lebar sarat akan godaan.

Haruka? Tentu saja sangat bahagia bisa lebih lama bersama pria yang dia panggil papa.

Beruntung semenjak lahir Haruka tidak begitu dekat dengan Naruto, jadi tidak begitu kehilangan saat berpisah.

Cinta Sang UchihaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang