"Kak Rara!"Kayra yang berada di dapur langsung pergi dari sana meninggalkan secangkir teh yang sedang ia buat, cewek itu menghampiri sang adik yang sudah pulang. Rasanya lega sekali melihat Olive tidak kenapa-kenapa. Tatapannya beralih ke arah belakang Olive, sang pemilik apartemen ini. Cowok itu sibuk membuka jaketnya yang sedikit basah.
"Olive langsung mandi ya?" ucap Kayra yang di laksanakan anak kecil itu.
Setelah kepergian Olive, Kayra mengambil alih jaket kulit Reza. "Lo langsung mandi."
"Males mandi gue," keluh Reza menyugarkan rambut basahnya.
Kayra menatap Reza galak. "Mandi gak lo? Atau apartemen lo ini gue jual?" ancamnya.
"Jual aja." sahut Reza santai. Orang kaya mah bebas, bisa beli apa aja.
Kayra berdecak kesal. "Cepet, Rez. Lo bisa sakit kalau gak mandi." Kayra menarik tangan Reza.
"CK, iya gue mandi." jawab cowok itu. "Berasa di bawelin istri." cekikinya sambil berjalan cepat walaupun kakinya terasa sakit dan berjalan pincang.
Kayra memutar bola matanya malas mendengar ucapan Reza. Detik selanjutnya kerutan halus di dahinya tercetak. Cara jalan Reza berbeda. Ada apa dengan kaki cowok itu? Baru saja ingin memanggil nama cowok itu, tapi tubuh Reza sudah hilang dari pandangannya, dia sudah masuk ke dalam kamar cowok itu. Kayra dan Olive tidur di kamar satu lagi.
Kayra memilih kembali ke dapur untuk membuat teh hangat untuk Reza dan Olive, juga membuat mie instan untuk mereka. Sesekali pikiran Kayra terus terarah pada Reza, lebih tepatnya saran dari Kanaya. Secepatnya 'kan?
Beberapa menit setelahnya Kayra sudah selesai menyiapkan makanan dan minuman di meja makan, dengan sedikit berteriak dia memanggil Reza dna Olive. "REZA, OLIVE. MAKAN."
Tidak ada dua menit, kedua orang yang Kayra panggil sudah siap di tempat masing-masing. Kayra terkekeh geli melihat, hujan-hujan begini memang membuat siapa saja tiba-tiba lapar dan ingin menikmati yang hangat-hangat. Suara hujan terdengar lagi di indera pendengarannya.
****
"Rez?" panggil Kayra.
Tidak ada jawaban dari sang pemilik nama, Kayra berniat membangunkan cowok itu, katanya jam sembilan cowok itu akan pulang, jadi dia membangunkan Reza. Kayra menyentuh lengan Reza. Seketika raut wajahnya panik saat kulitnya bersentuhan dengan kulit Reza yang panas. Kayra mencoba membangunkan Reza lagi.
"Rez?" panggil Kayra.
Reza hanya bergumam tidak jelas dengan kedua matanya yang masih tertutup. Kayra menyingkirkan rambut poni Reza yang sudah panjang, punggung tangannya kembali memeriksa suhu tubuh Reza.
"Rez bangun, pindah kamar yuk?" Kayra jadi kesal, harusnya Reza kalau mengantuk langsung ke kamar saja kenapa harus di sofa? Kekesalan juga bertambah karena Reza yang sakit. Cowok keras kepala, sudah tau dia gampang sakit, tapi tidak mau mendengar ucapan Kayra.
"Dingin..." lirihnya.
Kayra mengambil remote AC, mematikannya. "Ke kamar yuk?" bujuknya.
"Pusing, Kay..." adunya.
Kayra langsung beranjak dari duduknya, dia mengambil selimut yang ada di kamar cowok itu dan memakaikannya pada sang pemilik. Setelahnya dia ke dapur, memasakkan bubur dan menyiapkan obat penurun panas untuk Reza. Setelah bubur itu matang dalam beberapa menit yang cukup, Kayra langsung menyajikan dan membawakan ke ruang tengah, tempat dimana Reza sekarang.
"Rez? Minun obat dulu." Kayra duduk karpet berbulu sambil menggoyangkan lengan Reza pelan.
Cowok itu malah menarik selimutnya sampai menenggelamkan kepalanya membuat Kayra merenggut kesal, tapi dia harus sabar karena sekarang Reza sedang sakit, kalau tidak dia akan menjambak rambut cowok itu hingga rontok atau botak!
"Makan dulu, baru minum obat." ucap Kayra membujuk Reza. "Ayo Rez, gue udah buatin lo bubur malem-malem gini. Lo gak tau apa gue ngantuk nih! Malah harus—"
"Berisik!"
"Ya makanya lo makan, abis itu minum obat, baru lanjut tidur!" sahut Kayra kesal.
Demi dia yang ingin tidur dengan tenang, akhir dia pun membuka selimutnya dan mencoba duduk walaupun kepalanya sekarang sangat berat, untung saja Kayra peka, cewek itu membantunya untuk duduk.
Kayra duduk di sebelah Reza yang mengeratkan kedua tangannya pada selimut tebal itu, Kayra menaruh nampan yang berisikan semangkok bubur, obat penurun panas dan air di pahanya. Dengan telaten Kayra menyuapi Reza.
Butuh waktu hampir lima puluh menit menghabiskan bubur dengan di isi perdebatan kecil Reza dan Kayra. Setelahnya Kayra memasukan obat ke dalam mulut Reza agar cowok itu tidak menolak obat yang sudah ia siapkan.
"Pait anjir!"
Kayra berdecak, dia kembali membantu Reza berbaring di sofa besar itu. Kayra duduk di karpet lagi, dia membiarkan nampan yang berisi mangkok dan gelas di atas meja. Kayra memijat pelipisnya Reza agar mengurangi pusing di kepala cowok itu.
"Pusing banget," adunya dengan sedikit rengekan.
"Lo gak liat gue lagi apa?" tanya Kayra galak. "Udah deh lo diem aja, berisik banget. Sakit gak sakit sama aja!"
"Gue lagi sakit Kay," ucapnya.
"Iya gue tau, gak buta!" sahut Kayra sewot.
"Lo juga jangan berisik, tambah pusing nih," omelnya.
Kayra menghembuskan napasnya kasar. "Sabar Kay. Besok kalau dia sembuh langsung lo bunuh aja."
"Lo mau jadi janda emang?" tanya Reza.
Kayra mengerutkan dahinya. "Jadi janda? Maksudnya?"
"Iya, kalau gue mati lo jadi janda, makanya jangan lo bunuh, jangan di omelin juga. Di sayang Kay." ucapnya.
"Pala lo janda!"
****
Kayra Chelzya
Kanaya Jovina
2 Februari 2023