PK 07 : ...... Inikah rasanya ?

1K 42 7
                                    



Kang Burhan tersungkur dengan memegangi daerah rusuk kirinya. Matanya terpejam, menyerengit seperti kesakitan.

"Kang .... Kang Burhan kenapa?"

Kucoba menegakkan tubuh Kang Burhan dalam dekapanku.

"Ayo Kang, kita kesana." 

Ajakku sambil mencoba mengangkat tubuh berat Kang Burhan untuk berdiri. Dengan bersandar dipundakku, kuajak Kang Burhan untuk mendekati Pondok Kelapa. Kang Burhan duduk di papan tangga.

"Tunggu disini sebantar, Kang."

Pandangan mataku mencoba untuk mencari sesuatu yang bisa diminum. Aku berlari ketempat Kang Burhan menjatuhkan butir-butir kelapa tadi, kulihat ada beberapa kelapa muda, aku ambil satu ikat dua kelapa muda. Aku juga mengambil parang yang aku lihat ada di boncengan sepeda. Segera kubawa semua itu ke tempat Kang Burhan duduk.

"Minum air kelapa ya, Kang."

Aku mencoba membuka bagian atas kelapa muda dengan parang, namun hasilnya sangat mengecewakan. Sudah bentuknya tidak rata, hampir saja tangan kiriku kena parang juga.

Aisshhhh .... kenapa aku tidak bisa ? Kemarin aku lihat Kang Burhan melakukannya dengan sangat mudah sekali.

"Sini, Ky .... Biar Akang saja. Bisa putus tanganmu nanti."

"Tapi Akang kan ........"

"Udah ... kamu duduk saja."

Kang Burhan mengambil parang dari tangganku dan dengan mudahnya dia memangkas bagian atas kelapa muda, melubanginya sedikit dan menyodorkan ke arahku. Aku menerimanya dengan malu. Kemudian dia mengupas kelapa muda untuk dirinya sendiri.

Kang Burhan kembali duduk di sampingku, dan meminum air kelapa mudanya, aku meminum air kelapa mudaku sendiri.

Saat Kang Burhan menaruh butir kelapa di bawah tangga, kedengar dia sedikit mendesis.

"Yang sakit sebelah mana, Kang? .... Boleh aku lihat?"

Kang Burhan mengangkat kaos putihnya dan menunjuk daerah tulang rusuk kirinya. Kulihat ada memar berwarna kemerahan mungkin nantinya akan menjadi lebam. Kusentuh permukaan kulit Kang Burhan perlahan, membuat Kang Burhan mendesis.

Reflek kutundukkan kepalaku dan meniup permukaan kulit Kang Burhan yang lebam. Kulihat otot perut Kang Burhan mengejang. Kutiup lagi kulit itu, meski aku tidak tahu apakah usahaku ini berhasil aku hanya ingin membuat Kang Burhan tidak merasa sakit lagi.

Tiba-tiba Kang Burhan meloloskan kaos putihnya dan kini dia bertelanjang dada dihadapku. Membuat jantungku berhenti berdegub.

"Coba kamu cium, Ky ..... Mungkin sakitnya bisa berkurang."

Aku menurutinya, kutundukkan kepalaku sekali lagi dan kini ujung bibirku menyentuh kulit rusuk Kang Burhan, memberi kecupan di daerah itu. Kudengar Kang Burhan kembali mengerang.

Kudonggakkan kepalaku melihat reaksinya.

"Masih sakit, Kang ?"

"Sakitnya pindah, Ky ...."

HAH.

Mataku berkekejap menatap Kang Burhan.

"Sakitnya pindah kesini ....." kata Kang Burhan sambil menunjuk dada kirinya. Dahiku mulai berkerut, namun aku turuti saja apa maunya. Kukecup juga daerah yang di tunjuk jari Kang Burhan, dada kirinya.

PONDOK KELAPA Re-PublishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang