Hate to be Love

Season 2 : Chapter 4

Hate to be Love

Written by Chinatsu-chan
______________________________

•

Di sebuah dapur, Sakura tengah mengobrak-abrik isi lemari esnya. Padahal lemari pendingin itu isinya tinggal sedikit dan mendekati habis atau kosong. Hanya ada air mineral dan es batu.

" Aku lupa belanja."

Sakura menutup lemari es itu dan berjalan menuju kamarnya untuk mengambil dompet dan jaketnya. Dia pergi ke minimarket terdekat.

Setelah membeli, Sakura pun pulang. Begitu sampai dia langsung memasak mie instan yang dia beli.

Mienya matang siap disantap. Sakura duduk sembari menikmati mie yang baru saja matang. Makan sendirian seperti itu sudah biasa baginya. Tak heran bila rasa sepi tidak lagi mengusiknya.

Deringan nada di ponselnya yang membuat perhatian teralihkan. Tangannya mengambil ponsel yang ada di saku jaketnya.

" Halo?"

" Halo, bagaimana kabarmu Sakura?"

Jangan bilang kak Sasori mengajaknya video call hanya untuk menanyakan kabarnya saja? Harusnya sih tidak ya.

" Baik. Bagaimana denganmu?"

" Sama baiknya denganmu. Kau makan mie lagi?"

Sakura menarik nafasnya, " Ini pertama kalinya aku makan di bulan ini."

" Benarkah? Ingat kau harus jaga kesehatan. Jangan sering makan mie instan."

" Iya, aku mengerti. Ngomong-ngomong ada apa kak Sasori menghubungi ku?"

" Aku ini rindu dengan adikku. Jahat sekali kau tidak pernah menghubungi ku sejak kau pindah."

" Tapi, aku selalu membalas pesanku 'kan?"

" Iya, sih. Tapi, mana cukup hanya bertukar pesan seperti itu."

" Lalu, kau mau kita bertemu begitu?"

" Iya. Aku mau kita bertemu."

" Bukannya kak Sasori sedang ada di Indonesia?"

" Besok aku sudah kembali. Aku mau kita bertemu Minggu ini."

" Tidak bisa. Aku sudah ada janji dengan temanku."

Sakura melihat Sasori yang baru saja menghela nafas. Benar juga sih. Karena urusan pekerjaan masing-masing mereka jarang bertemu selain hanya mengirimkan pesan.

" Minggu depannya lagi kau harus meluangkan waktumu untuk kakakmu ini."

Terdengar seperti perintah raja yang harus dilaksanakan. Sakura masih setia makan mie itu sembari mengobrol dengan sang kakak.

" Memangnya ada apa? Terlihat begitu penting."

" Ini penting untuk kelangsungan hubungan kita."