Ternyata begini rasanya jadi manusia.
Sewaktu Joonghyuk baru saja dibuat, dia tidak serta-merta mengenali dan tahu apapun. Namun satu hal yang dia ketahui, pembuatnya, profesor Kim Dokja selalu muncul disaat dirinya membuka mata.
Saat ia membuka mata, ia melihat Dokja berkutat disebuah jurnal tebal dengan kacamata yang tidak kalah tebal. Dan kemudian, Dokja mengatakan sesuatu dan bertanya tentang sesuatu. Setiap kali itu terjadi, mesinnya bekerja keras untuk memberikan informasi paling baik yang menurut sistemnya pantas. Tapi profesor tidak pernah senang dengan semua jawabannya.
Profesor selalu berkata, "Seandainya kau mengerti apa itu perasaan."
Yoo Joonghyuk merasa bersalah karena dia tidak paham jawaban apa yang selama ini dicari profesor Dokja.
Setelah dipikir-pikir, setiap kali dia membuka mata, Joonghyuk selalu merasakan sesuatu yang baru. Contohnya, disaat sifatnya telah dibuat. Suatu kali, saat dia terbangun dan melihat profesor dengan kondisi tidak menyenangkan, wajahnya terlihat kering dan sayu karena bergadang, Yoo Joonghyuk khawatir.
Lalu, beberapa bulan lalu, saat seorang wanita berambut pendek dan berwajah menyebalkan itu menyentuh dirinya, dia marah. Apalagi, wanita itu secara rutin mencium profesor sesuka hatinya. Dia marah. Itu sebabnya dia sempat berusaha menyerang Han Sooyoung.
Tidak hanya itu,
Biasanya dia tidak akan bereaksi dengan kata-kata yang dikatakan Dokja. Tapi saat itu,
Saat Dokja memegang pakaian piyama lab tipis milik Joonghyuk, berkata lelah dan ingin istirahat,
Joonghyuk merasa aneh. Seolah-olah, ingin memukul sesuatu. Dia pikir perasaan itu yang dinamakan kesal. Tapi, saat dia berpikir akan memukul Dokja, dia terkejut sendiri. Sistemnya terkejut dan seketika mengalami bug. Itu karena memukul Dokja adalah perintah yang tidak dikenali oleh sistemnya.
Dokja jadi semakin sedih saat Joonghyuk mengalami bug. Lalu sistemnya mati lagi, dan dia tidak melihat Dokja lagi untuk waktu yang cukup lama.
Setelah dia membuka mata lagi, satu semester sudah lewat dan kini dia bisa melihat Dokja lagi dengan ekspresi lebih serius. Sifatnya Joonghyuk sudah lengkap bersama kriteria dan cara berpikirnya. Jadi Joonghyuk sudah sedikit lebih paham alasannya tidak bisa memukul Dokja hari itu.
Jika Yoo Joonghyuk dikenalkan pada perasaan baru yang tidak dia mengerti, dia akan mengalami pembekuan sistem dan mengalami bug.
Bukan karena dia kesal pada Dokja, tapi perasaan itu lebih tepat disebut frustasi.
Frustasi karena Dokja menangis, tapi dia tidak bisa melakukan apapun karena tidak tahu apa yang bisa dia lakukan. Itu karena Joonghyuk masih dalam tahap beta dan sistemnya masih belum lengkap.
Itu kenapa bug-nya terjadi.
Beberapa pertanyaan yang sering muncul dipikirannya adalah, kenapa profesor sangat berusaha keras membuat dirinya?
Dan lagi, kenapa juga profesor selalu mengatakan hal-hal yang tidak bisa dia mengerti? Kalaupun dia mengerti, Dokja selalu menjadi murung dan senyumannya terlihat palsu. Joonghyuk cukup cerdas untuk menilai ekspresi karena dia adalah robot yang diciptakan secerdas mungkin oleh Dokja.
Tapi Joonghyuk tidak pernah merasa dirinya cerdas. Itu karena sampai sekarang dia masih tidak paham dengan apa yang diinginkan profesor dan itu membuatnya frustasi.
"Joonghyuk, hari ini ayahku meninggal." Joonghyuk lalu ingat percakapannya dengan Dokja waktu itu.
Dokja dengan datar menjawab. "Turut berduka cita, profesor."
KAMU SEDANG MEMBACA
YJH 0.9
FanfictionDihari dimana Dokja hampir menyerah menyempurnakan robot buatannya, percobaannya yang ke 99.99 dengan luar biasanya berhasil. Bahkan melebihi harapannya. Tapi... entah kenapa, robot ini... terlihat sangat terobsesi dengan Dokja?