"Aku akan kembali, aku janji. Lagipula Aunt masih mempunyai hutang membuat strawberry pie untukku."
Hogwarts, 1998
API dan mantra terus menyala dengan keras di seluruh penjuru kastil. Anak-anak itu masih terlalu dini untuk memahami bahwa mereka dalam perang dan bisa kapan saja mati di tangan para Pelahap Maut. Tapi jika dilihat dari sorot mata mereka yang penuh ambisi membara setidaknya kalaupun mati hari ini mereka tidak menyesal telah membela di sisi terang.
Profesor Mcgonagall mengarahkan tongkatnya dan mengucapkan mantra dengan tekad hanya untuk melindungi Hogwarts dan para murid penyihirnya serta memberi waktu untuk sang Anak yang Terpilih. Rasanya wanita tua itu ingin menangis saat pelindung yang ia dan profesor lainnya bangun terlihat mulai hacur di beberapa sisi. Lalu setelah itu tanpa bisa dicegah para pengikut Pangeran Kegelapan mulai meringsek masuk dan melemparkan berbagai macam kutukan tanpa mempedulikan bahwa yang mereka lawan hanyalah murid-murid penyihir yang masih belum menguasai banyak mantra apalagi menghadapi perang.
" Semuanya akan tongkat kalian, hari ini aku izinkan kalian untuk menggunakan mantra dan melawan mereka. Lindungi diri kalian dan Hogwarts sebaik mungkin."
Profesor Mcgonagall mengedarkan pandangannya kepada rekan-rekan dan para murid yang berdiri disisinya. Wanita itu hampir goyah saat melihat beberapa murid yang ia didik selama ini bergetar ketakutan. Ia tak menyalahkan mereka, bagaimanapun murid-murid ini belum siap untuk bertempur di medan perang.
"Kuat kan diri kalian. Kita akan bertemu di lain sisi yang lebih baik. Demi Hogwarts." Ucap professor Mcgonagall mantap lalu mulai mengayunkan tongkatnya untuk menjatuhkan para Pelahap Maut. Melihat itu para Profesor dan murid-murid mulai mengikutinya dengan tekad yang sama 'demi Hogwarts' batin mereka.
***
Wanita berambut cokelat tua itu terus bersiaga dan melemparkan beberapa mantra ke beberapa pelahap maut dihadapannya. Kalau tidak ingat ia adalah wanita yang masih memiliki hati dan akal sehat, sudah dari tadi ia lemparkan mantra Tak Termaafkan kepada para pengikut Pangeran Kegelapan tanpa hidung itu." Awas di belakangmu Dora." Lalu dengan itu seorang pelahap maut dengan gigi hitam yang jelek itu terlempar dan membentur dinding di belakangnya dengan cukup keras.
Nymphadora sedikit merunduk lalu menatap wanita itu dengan senyum hangat. Tak salah memang jika ia mengagumi sahabat suaminya itu.
" Kau selalu mengagumkan Edelweiss." Ujarnya dengan tulus.Walaupun mereka memiliki perbedaan umur yang cukup jauh, tak bisa dipungkiri bahwa Nymphadora Tonks sangat menyukai pertemanan diantara mereka. Pertemuan awalnya dengan suaminya di Grimmauld place juga menjadi pertemuan awal baginya dengan Edelweiss. Awalnya Nymphadora sedikit cemburu dengan Edelweiss karena kedekatannya dengan suaminya dulu. Jujur saja Edelweiss itu masih cantik dan manis di usianya yamg sudah berkepala tiga itu, dengan surai cokelat tua dan iris hijau kecokelatan nya yang mengagumkan.
Tapi siapa sangka akhirnya ia akan menjadi berteman baik dengan wanita yang terlihat sinis itu tapi ternyata adalah seorang wanita hangat dan perhatian walaupun mulutnya terkadang suka blak-blakan . Edelweiss pula lah yang paling gencar mendekatkan dan meyakinkan suaminya Remus hingga akhirnya mereka menikah dan memiliki seorang putra yang lucu.
"Sama-sama Lupin." Balas Edelweiss menatap Nymphadora dan memberikan seringaiannya. Di tangannya tongkat itu masih sibuk mengeluarkan banyak mantra untuk menghadapi para pelahap maut yang entah kenapa tidak ada habisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bright and Black
FantasyDemi jenggot Merlin, apakah ia penuh dosa sehingga arwahnya tidak diterima di dunia akhirat? ini benar-benar tak bisa dipercaya. Harusnya malaikat pencabut nyawa sudah menjeputnya setelah Bellatrix sialan itu mengucapkan mantra Tak Termaafkan kepada...