Tujuh

5.2K 907 183
                                    

Author POV

"Udah, gapapa. Lagian itu bukan salah kamu."

"Tapi dia mati gara-gara aku.."

"Ngga, emang umurnya aja yang udah habis sayang."

"Tapi seandainya aku tadi keburu lari, pasti dia bakal masih main, masih hidup, masih nen di mamanya." Lisa lalu menghapus kasar air mata yang jatuh di pipinya.

Meratapi seekor anak kucing yang penuh bersimbah darah, sudah mati tak bernyawa.

Sedangkan Jennie hanya mengusap-usap lembut bahu Lisa yang bergetar. Berusaha untuk menenangkannya.

Saat hendak berangkat ke sekolah tadi, mereka berdua sempat bermain-main dengan seekor anak kucing itu. Lisa bilang dia lucu sekali, Lisa sangat menyukai warna bulunya yang berwarna hitam dan putih.

Tetapi saat Lisa ingin memanggilnya lagi, seorang pengendara motor yang melaju kencang dengan tiba-tiba tak sengaja menabraknya. Sehingga kucing kecil itu kini berakhir naas, tepat mati di hadapan mata Lisa.

Lisa sudah sejak tadi tak bisa berhenti menangis. Apalagi yang menabraknya malah justru kabur begitu saja. Tak bertanggung jawab sama sekali.

Dan sang pengendara itu juga sempat meneriaki Lisa dari jauh, "Makanya! Kalo main sama kucing itu jangan di tengah jalan!"

Kini Lisa kian menangis sesenggukan. Sampai ia susah bernafas, suaranya begitu serak tertahan.

"Dia masih kecil banget, dia pasti punya cita-cita pengen kawin sama janda. Tapi—tapi kenapa dia harus mati di umur semuda ini sih.. hiks.."

Jennie menjadi bingung ingin ikut merasa sedih atau kesal. Namun ucapan Lisa barusan sungguh keterlaluan. Jika saja gadis jangkung itu tidak sedang menangis, maka Jennie tanpa ragu akan memukul kepalanya.

"Udah ah ayo, keburu telat nanti." Ucap Jennie. Mengingat bahwa sekarang mereka masih memakai seragam sekolah dan harus pergi tepat waktu.

"Sayang, aku kuburin dia dulu ya?"

"Nanti aja, biarin orang sekitar sini yang nguburin."

"Kalo nunggu orang lain pasti bakal lama, keburu jadi bangkai ntar terus bau busuk."

"Ya biarin ajalah, lagian kamu tuh kan masih pake seragam putih, nanti malah kotor."

"Aku ngerasa berdosa banget kalo ga nguburin dia sayang."

"Dia cuma hewan, Lisa."

Bibir Lisa cemberut dengan kondisi mata yang sembab, serta hidungnya juga memerah akibat menangis.

Sekali lagi Lisa memandangi anak kucing itu.

Karena tak tega jika hanya meninggalkannya begitu saja, Lisa kemudian merogoh sebuah buku yang ada di dalam tasnya. Lisa merobek dua lembar kertas, lalu kertas itu sengaja Lisa taruh untuk menutupi tubuh si kucing.

"Bahagia di sana ya mungil, kaka Lisa pasti doain kamu semoga cepet-cepet ketemu janda cantik di surga."

"Kucing ga masuk surga, Lisa." Jennie menghela nafasnya lelah.

"Iya tau kok, aku kan cuma berusaha buat ngehibur diri aku sendiri."

Lisa kemudian memasukan kembali bukunya ke dalam tas. Menggendong tas itu lagi pada bahu, Lisa lalu berdiri dari posisi berjongkoknya.

Tangisan Lisa kini sudah mulai mereda.

Namun sebelum gadis itu ingin membuka suara. Lisa tiba-tiba saja memalingkan setengah wajahnya dari Jennie, ia ternyata sedang mengeluarkan ingus dengan sekuat tenaga.

ASMARALOKA - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang