Kakinya melangkah semakin mendekat ke arah pintu bernomorkan 1305, yang sedikit terbuka.
Belum sempat ia menarik gagang pintu itu, matanya telah terbelalak sempurna.
Bagaimana tidak, sebelah matanya yang melihat dari rongga pintu yang terbuka itu, menyaksikan situasi dari balik pintu.
Alangkah terkejutnya ia, melihat pemandangan dari dalam ruangan.
Dimana Leo yang tengah terbaring di atas ranjang dengan bertelanjang dada, di duduki oleh seorang wanita yang juga setengah telanjang diatasnya.
Belfa menutup mulutnya erat-erat agar tidak berteriak.
'Mataku! Mataku! Telah ternoda!' Pekiknya dalam hati.
Ring.. ring.. tidak di sangka, ada panggilan masuk di saat yang tidak tepat.
Belfa terlonjat kaget mendengar deringan tersebut, begitu pula dengan orang yang berada di dalam ruangan, tampaknya mereka juga mendengar ponselnya berdering.
Sebelum ketahuan, gadis itu berlari dengan sekencang-kencangnya dari tempat itu.
Seakan oksigen di ruangan itu menipis, hingga membuat napasnya pun terasak sesak.
Bahkan pria yang ia temui di depan pintu tadi saja, tidak ia sadari kehadirannya, padahal mereka berpapasan di tengah jalan ketika Belfa dalam pelariannya.
***
Setelah berhasil keluar dari tempat itu, Belfa menyenderkan tubuhnya di dinding hotel, kebetulan tiada siapapun di dekatnya saat ini, ia menghirup Udara dalam-dalam, sekedar merelax kan tubuh saja.
Di saat tangan dan kakinya masih bergetar, ponselnya kembali berdering.
"Ya!" Jawabnya saat mengangkat panggilan tersebut dengan Cepat, karena Mengenali Nomor yang menghubunginya.
Seseorang di balik telepon pun terkejut, ia kembali melihat nomor ponsel yang ia tekan, 'nomornya benar kok.. tidak salah..' ucap pak Edra berbicara sendiri.
"Ada apa pak?" Ucap Belfa lagi.
"Oh.. saya kira, saya salah sambung.." jawabnya. Pasalnya Belfa biasanya selalu mengucapkan salam, mau itu di telephon, atau pun berpapasan dengan orang di jalan, tapi kali ini dia terlihat sedikit berbeda.
"Anu.. cepat kembali non.." ucap pak Edra memperingati.
"Ada apa pak?"
"Ibu anda.. datang.." jawab pak Edra yang membuat mata Belfa kembali membulat sempurna. Belum tenang dari keterkejutannya melihat pemandangan yang tabu, kali ini di tambah lagi dengan masalah baru.
"Baiklah.. aku kembali sekarang, tolong tahan ibu pak.. jangan sampai membuat keributan dan membangunkan tuan besar" pinta gadis itu.
Panggilan pun di matikan, Belfa dengan segera melajukan mobil kecilnya di jalanan dengan kecepatan 80 kilo meter per jam.
***
"Ibu.. mengapa datang?" Sapa Belfa saat melihat sang ibu yang telah menunggunya di halaman rumah kecil miliknya.
Plak! Satu tamparan mendarat di pipi sebelah kiri Belfa.
"Kalau aku tidak datang, bagaimana aku bisa memastikan, jika kau benar keluar ditengah malam seperti jalang?!" Bentak Elisa
"Tapi ibu.. aku tidak-" belum sempat ia menjelaskan, Elisa telah memotong kalimatnya.
"Lihat ini! Ini foto mu! Bagaimana kamu menjelaskannya? Mengapa kau datang ke tempat seperti itu?! Itu tidak pantas untuk mu! Dan bila tuan besar dan tuan muda memergoki mu, apa kau tidak memikirkan akibatnya? Apa yang akan mereka pikirkan tentang mu nantinya?! Tidakkah kau perduli sedikit pada pernikahan mu yang hanya tinggal menunggu beberapa jam lagi ini?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Bukan Pilihan Hatimu
RomansaWarning!! ini Novel ROMANCE, BUKAN RELIGI. *** Maleo Dirgatama, adalah satu-satunya penerus di keluarga terpandang Dirgatama. Sifatnya yang pendiam, dingin, dengan sorot mata yang tajam, membuat siapapun takluk di bawah kakinya. Tiada yang ia takut...