"Puf! Uhuk!" Dokja terbatuk bersamaan dengan suara berisik yang sama terdengar dari sebelahnya. Yah, tentu saja. Tidak semua hal bisa berjalan dengan baik, salah satunya dengan hal gila ini. "Katamu alat itu aman."
Sooyoung yang juga terbatuk, menepuk dadanya keras demi mengeluarkan sisa pasir yang masuk kedalam rongga pernafasannya. "Aku... tidak tahu, uhuk!"
"Gara-gara kau aku ikut terdampar. Sialan... dimana sih ini?!" Dokja berteriak marah. Sungguh, dia ingin sekali membunuh temannya ini kalau boleh. Tapi sayangnya, Dokja juga tidsk akan bisa keluar dari tempat aneh ini jika dia membunuh Han Sooyoung sialan itu.
"Eh.. heheh. Apa kordinatnya salah?" Sooyoung segera saja memeriksa alat yang dia bawa dipergelangan tangannya. Katanya itu alat pendeteksi lokasi khusus yang dia buat untuk keadaan darurat. Jika orang-orang yang bersiap menerima tamu di Paris belum mendapatkan kabar dari Sooyoung, maka mereka pasti akan langsung mencari Sooyoung dan Dokja.
"Diam dan selesaikan ini," Kata Dokja, kesal.
"Y-yah, sepertinya aku terlalu senang dan melupakan satu dua hal, jadi..."
"Sooyoung Han!"
"Tapi jangan khawatir. Mereka akan mencariku dalam dua jam kalau aku tidak muncul di gerbang kedatangan teleportasi."
"Kau yakin?" Tanya Dokja, curiga.
"Eum, mungkin?"
"Ahhh..." Dokja menepuk keningnya. Sooyoung Han memang serampangan. Harusnya dia tidak heran lagi.
"Meskipun begitu, karena kita sudah sampai disini, mari kita cari tahu dimana ini."
Dokja itu selalu hati-hati dengan tempat yang baru. Tapi, masalahnya tempat mereka terdampar ini sedikit aneh. Mereka terdampar ditepi laut, tetapi melihat bahwa dataran disekitarnya cukup sempit, Dokja bisa menganbil kesimpulan kalau ini pulau kecil yang belum ditemukan siapapun.
Kalau begitu...
"Dokja, sepertinya kita masih berada di Asia. Tapi melihat tumbuhan ini tumbuh disini, dan cuacanya... apa ini Oceania?"
"Kelihatannya..." Dokja kemudian melihat kearah matahari mengarah. Sepertinya perkiraan Sooyoung benar. "Mereka akan butuh waktu untuk mencari kita, sementara kita harus cari makanan...."
SRAK!
Dokja dan Sooyoung terlonjak kaget saat mendengar suara gemerisik dari semak belukar disekitar mereka. Karena disini cukup banyak pohon dan tumbuhan, mereka tidak tahu semak mana yang bergemerisik, tapi jelas bahwa ada sesuatu didekat mereka.
"Apa itu hewan...?"
Dokja menyembunyikan Sooyoung yang pucat dibalik punggungnya. Sepertinya memang benar itu hewan jika melihat gemerisiknya. Tapi.. kenapa hewan itu tidak mengeluarkan suara?
Padahal dari kecepatannya, kelihatan seperti hewan pemangsa...
Pasti mereka punya semacam geraman khas hewan kan?
"Dokja, lihat semak itu. Dia disana!"
Sooyoung menunjuk kesebuah semak-semak yang memang benar sedikit bergerak. Dan gerakannya cukup kuat untuk menjadi gerakan hewan yang cukup besar. Itu bisa jadi... bahaya.
"Sooyoung, mundur."
"Tidak! Bagaimana kalau itu hewan buas!"
"Justru karena itu mungkin hewan buas, makanya mundurlah. Aku akan menggertaknya."
"Dokja..." Sooyoung menatap Dokja dengan tatapan bersalah. Tapi Dokja kemudian menepis tangannya dengan pelan dan tersenyum.
"Diamlah disitu. Oke? Kalau itu hewan buas, segera lari ke tepi pantai. Hewan buas tidak bisa berenang."
KAMU SEDANG MEMBACA
YJH 0.9
FanfictionDihari dimana Dokja hampir menyerah menyempurnakan robot buatannya, percobaannya yang ke 99.99 dengan luar biasanya berhasil. Bahkan melebihi harapannya. Tapi... entah kenapa, robot ini... terlihat sangat terobsesi dengan Dokja?