***
"berikut pilihan catering nya per paket silahkan dilihat-lihat dulu mbak, nanti boleh menghubungi saya jika sudah fix."
Yara dan Mahesa keluar dari venue test food sembari melihat-lihat pilihan menu, "semuanya enak." Komentar Mahesa dengan lidah yang sibuk membersihkan sela-sela behelnya.
"ngga ada yang kamu favoritin gitu dari semua menu ini?" tanya Yara.
"kalo Yara sendiri?" tanya Mahesa balik. Yara menunjuk beberapa menu makanan sembari memperkirakan paket yang sesuai dan memutuskan untuk melanjutkan diskusi bersama Ibu dan Ayah mengingat pasangan itu akan pergi ke rumah mereka.
Seraya memasuki mobil, Yara melirik lockscreen ponsel Mahesa; foto mereka dengan latar biru.
"emang ngga takut dikepoin sama temen kantor ato temen kuliah?" Yara menunjuk ponsel Mahesa dengan dagunya.
"ini lockscreen khusus pergi sama Yara." Jawab Mahesa sembari mengulum senyum jahil, Yara meresponnya dengan tawa tak percaya.
"abis ini perlu fitting, cek venue, cek hampers...... kok banyak ya ternyata?" Yara menggaruk pipinya pelan. "cukup ngga nih waktunya buat ke rumah Ayah."
"kayaknya cukup." Mahesa melirik jam di mobil seraya melajukannya menuju jalan raya. "tenang-tenang.... Yang penting dikerjain satu persatu."
Tangan kanan Mahesa menggenggam jemari Yara, cincin milik laki-laki itu bersinar terpantul sinar matahari; cincin yang masih cemerlang lantaran hanya digunakan saat di rumah dan saat pergi bersama Yara.
***
Mahesa menyandarkan dahinya di setir mobil seraya menghela nafas, perjalanan pulang dari rumah mertua yang seharusnya berkisar 30 menit ternyata lebih lama lantaran malam tahun baru
"... padet ya, mana kita belom makan." Komentar Yara seraya melirik jam tangannya berkali-kali. "mau berenti dulu dimana gitu?"
Mahesa tidak menjawab, kepalanya berputar hebat menghadapi stress luar biasa akibat macet. Kepalanya berpindah dari setir ke jok mobil dan lagi-lagi menghela nafas.
"Mahesa." Panggil Yara. "kamu udah capek, it's okay kita bisa berenti dulu soalnya saya kan ngga bisa gantiin nyetir."
"ada pertandingan basket malem ini." akhirnya Mahesa bersuara. "aku mau nonton di rumah."
Yara mengulum bibir, waktu menunjukkan pukul delapan malam dan mobil mereka tidak kunjung bergerak. Manusia-manusia mulai berjalan menuju pusat kota untuk melihat kembang api dan mobil-mobil seakan parkir di tengah jalan karena tidak ada pergerakan sama sekali.
"... saya laper." Ucap Yara tetap tenang sembari matanya menjelajah ke tempat yang kira-kira bisa mereka kunjungi untuk mengenyangkan perut, seketika pandangannya tertuju pada sebuah hotel yang terletak 200 meter dari posisi mereka.
"kita nginep aja, di situ." Ucap Yara dengan jemari menunjuk hotel, "mau gimana lagi.. macetnya keterlaluan. Lagian makanan hotel pasti enak."
Mata Mahesa yang mulai memerah karena lelah mengikuti arah jemari Yara, "... bisa nonton basket di situ?"
"ya bisa lah, kan ada TV." Balas Yara sedikit tertawa. "terbukti kamu udah capek, pikiranmu jadi ngga logis."
Yara menghela nafas penuh kelegaan setelah punggungnya bersentuhan dengan kasur hotel setelah mereka makan malam dengan sajian ala fine dining yang dengan mengejutkan sedang ada promo malam tahun baru begitu pula dengan harga kamar yang diskon –lagi-lagi karena malam tahun baru.
Mahesa ikut merebahkan diri dengan tangan memegang remot TV, dicarinya channel favorit yang menampilkan pertandingan basket, dengan tatapan serius ia masih menelusur channel dengan remot kemudian terkesiap gembira. "Yes! Ada!"
Seraya pertandingan basket berlangsung, Yara memperhatikan wajah serius Mahesa yang beberapa kali menunjukkan reaksi saat tim kesayangannya gagal mencetak skor, mata bundar Mahesa yang tadi terlihat lelah kini berkilat penuh antusiasme. "setau saya kamu ngga pernah ikut ekskul basket di sekolah."
"aku cuman suka nonton pertandingan, kalo olahraganya biasa aja." Komentar Mahesa seraya pertandingan terhenti sebentar untuk para pemain minum dan mengatur siasat baru. Yara berusaha menonton pertandingan namun matanya semakin berat dan kantuk melanda. Ia memutuskan untuk mengistirahatkan diri sejenak dengan telinga yang masih terjaga oleh suara kembang api.
DOR!! Tiba-tiba suara kembang api membangunkannya seraya ia tersadar layar televisi telah berganti menjadi tayangan musik dan Mahesa yang memunggungi nya. "ugh... udah selesai?"
Mahesa menoleh, pandangan mereka terpaku satu sama lain seiring dengan pendar kembang api warna-warni terpantul dari kaca jendela. Laki-laki itu bangkit kemudian menyentuh anak rambut Yara seraya.... Tangannya melepas ikat rambut Yara.
"ayo." Ucap Mahesa. "kita sholat bareng."
***
Kalo minta sholat bareng... tau lah ya mau ngapain xixixi 🫢
KAMU SEDANG MEMBACA
FREQUENCY • SKZ Seungmin ✔️
Fanfic"Tak peduli sedramatis apapun seseorang pernah hadir di hidupmu, kalau tidak satu frekuensi ya tidak akan berjodoh" -Habibie- ☆ MAMACIS, 2023 ☆ Local Fanfiction with Stray Kids as Visual Inspired by ASMALIBRASI, song of SOEGI BORNEAN #2 seungminskz ...