01 : Back to 15

353 41 0
                                        

"Sepertinya kau akan terkenal
dengan julukan Putri tidur."


GADIS itu bergerak gelisah, matanya masih terpejam erat dengan bulir-bulir keringat muncul di dahinya. Nafasnya tampak memburu sedangkan kepala gadis itu bergerak tak menentu ke kanan dan kiri.

Pemuda yang duduk di samping ranjang gadis itu mulai panik. Dirinya mencoba mengguncang bahu gadis dihadapannya, berharap ia dapat tersadar dari tidurnya. Sedangkan, teman-teman dari pemuda itu berlari memanggil madam Pomfrey.

Pemuda beriris biru itu masih mencoba memanggil nama adiknya berulang kali. Dirinya bingung sekarang, entah harus senang atau sedih. Di satu sisi ia senang akhirnya adik perempuannya mulai menunjukkan pergerakan setelah tertidur selama seminggu lamanya, tapi disisi lain ia khawatir dan sedih melihat adiknya seperti ini.

Madam Pomfrey datang dengan tergesa-gesa, "Ada apa ini?" Wanita itu mendekat ke ranjang gadis yang masih bergerak gelisah dalam tidurnya itu. Madam Pomfrey menyuruh pemuda itu bergeser karena ia ingin memeriksa tubuh pasiennya. Tetapi belum sempat Madam Pomfrey menyentuh gadis itu, matanya yang beriris hijau mulai terbuka dengan lebar.

Dengan suara yang lemah dan serak, gadis itu mencoba menyebutkan satu nama yang terdengar asing bagi orang-orang yang ada diruangan itu. "Ha.. Harry..." ucapnya

James kembali mendekati ranjang dan menggenggam tangan adiknya, "Edelweiss kau tak apa? Apa kau bisa melihatku dengan jelas? Kau tidak lupa denganku kan?" Pemuda itu bertanya secara dramatis. Teman-teman pemuda itu hanya memutar bola matanya malas.

Edelweiss mengalihkan pandangannya ketika mendengarkan suara pemuda disebelahnya. Mata gadis itu melebar, ia bangun secara tiba-tiba. Edelweiss langsung meringis memegangi kepalanya. Demi Salazar, rasanya ia ingin mencopot kepalanya saja saking sakitnya.

James memegang bahu gadis itu, "Pelan-pelan El, kau masih sakit."

Edelweiss mengucek matanya pelan memastikan kembali pandangannya. Rambut hitam berantakan, jubah Gryffindor, kaca mata bulat, dan iris mata berwarna biru cerah. Ini jelas bukan keponakannya Harry, mata pemuda itu berbeda. Edelweiss merinding sekarang. Matanya menatap tak percaya kearah pemuda itu.

"James?" Edelweiss bertanya memastikan.

James sedikit mengernyit bingung, "Iya, ini aku kakak tampanmu."

Rasanya Edelweiss ingin menangis sekarang, gadis itu langsung menghambur ke pelukan pemuda itu. Sedangkan James terkekeh geli tapi tak urung juga memeluk gadis itu erat. Sebenarnya ia sedikit bingung, karena jujur saja adik perempuannya ini sangat anti bersikap manis apalagi memeluknya dengan suka rela.

Edelweiss mengedarkan pandangannya, ia bisa melihat Remus yang entah kenapa terlihat masih muda sedang tersenyum ke arahnya, begitu juga dengan Sirius Black dan Peter Pettigrew serta Madam Pomfrey. Sebentar, kenapa ada Madam Pomfrey? Bukankah wanita itu belum meninggal dan lagipula ia terlihat jauh lebih muda.

Terdengar konyol memang. Tetapi di otak Edelweiss saat ini berpikir bahwa dirinya sedang berada di akhirat, ketika melihat orang-orang terdekatnya yang sudah meninggal dulu berdiri dihadapannya.

Edelweiss melepaskan pelukannya, "Apakah kita sedang berada di akhirat?" Tanya gadis itu polos.

James menatap gadis itu seperti berkata apa kau bercanda? Remus melongo mendengarkan pertanyaan gadis itu, sedangkan Sirius dan Peter sudah terbahak dengan kencang.

Madam Pomfrey terkekeh kecil lalu menyerahkan sebuah gelas berisi air kepada gadis itu, "Well, beberapa anak menyebutkan tempat ini lebih seperti neraka."

 Bright and Black | Sirius BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang