part-61

2.3K 106 6
                                    

Ariz tidak bergerak dari tempatnya, laki-laki itu memilih  berdiam diri tidak jauh dari mereka.

Fang yin berniat menghampiri suaminya, tetapi tertahan kala Asya menarik tangannya untuk tidak pergi.

"Mau kemana kamu? Urusan kita belum selesai." Asya tidak akan membiarkan wanita ini datang dan pergi begitu saja sesuka hati tanpa penyelesaian.

"Lepas!" Fang yin menepis tangan Asya dan menatap wanita itu tajam.

"Urusan kita memang belum selesai, sebelum kamu melepas suamiku. Aku akan terus menganggu kamu!"

Asya memutar bola matanya malah, ia menghela nafas seraya menundukkan kepalanya. Fang yin yang melihat itu sedikit merasa aneh.

"Fang yin," Panggil Asya sembari menatap sendu mata wanita didepannya.
"Kamu mau nyalahin aku? Harusnya kamu mengerti alasan aku melakukan semua ini?"

Asya menggigit bibir bawahnya dengan ekspresi menyesal.
"Ia, aku tau aku salah. Tidak seharusnya aku balas dendam sama kamu dengan merebut suami kamu."

"Tapi Fang yin, kesalahan seperti ini harusnya kamu bisa maklumi. Dulu aku juga memaklumi kamu, kamu ingatkan? Dulu kamu juga melakukan kesalahan yang sama seperti aku sekarang, tapi aku maafin..."

"Diam kamu!!" Tunjuk Fang yin saat mendengar ucapan omong kosong Asya yang terkesan manipulatif itu.

"Oke, aku diam. Tapi sebelum itu aku mau bilang. Kita sudah impas sekarang, aku berharap ini adalah pertemuan terakhir kita, ya, semoga.." Asya menatap Fang yin datar dan memilih masuk kedalam Mansion mengabaikan Ariz.

"Ariz," Panggil Fang yin ketika laki-laki itu sudah berdiri tepat disampingnya.

Ariz menghela nafas berat, "Tolong jangan ganggu kami." Lalu laki-laki itu ikut masuk kedalam mengikuti Asya.

"Ariz! Ariz!" Fang yin berteriak frustasi saat Ariz menutup pintu meninggalkannya sendirian.

___________

"Asya! Tunggu!" Ariz melangkah terburu-buru menyusul wanita yang berjalan cepat didepannya.

"Aku bilang tunggu!" Akhirnya Ariz berhasil menarik pinggang wanita itu untuk berada di pelukannya.

Asya mulai memberontak karena merasa tidak nyaman.
"Apa lagi?! Tujuan aku sudah tercapai, jangan ganggu aku!"

"Tujuan apa? Apa yang kamu rencanakan selama ini Asya?" Tanya Ariz memegang kedua bahu Asya.

Wanita itu mendorong dada Ariz agar tidak terlalu dekat.
"Aku tau kamu mengerti apa maksud aku, jadi aku mohon sekarang pergi dari sini!"

Ariz tetap bergeming di tempatnya, ia menatap Asya penuh arti.
"Jangan keras kepala Asya, ayo kita pulang." Ariz memegangi satu pergelangan tangan Asya.

Wanita itu menghela nafas lelah, baiklah, sekarang ia menyesal membuat Ariz ikut campur kedalam misi balas dendamnya.

"Pulang? Pulang kemana? Ini rumah ku."

Ariz memalingkan wajahnya, laki-laki itu terlihat ragu untuk mengatakan sesuatu. Bibirnya yang terasa kering segera ia basahi dengan lidahnya.

"Kamu yakin tidak mau pergi bersamaku?"

Asya berdiri dengan raut bingung saat mendengarnya.

"Ada seseorang yang begitu penting sedang menunggu mu Asya, ayo kita pulang." Kembali Ariz ingin menarik tangan Asya, namun wanita itu segera mundur kebelakang.

"Siapa?" Tanya Asya penasaran.

"Aku tidak akan mengatakannya sebelum kamu setuju untuk ikut bersamaku pulang."

"Aku bilang siapa!" Jantung Asya berdegup kencang saat melihat Ariz terlihat menyimpan sesuatu rahasia.

Ariz meraup wajahnya saat mendengar nada memaksa itu.
"Katakan kamu setuju lalu aku akan memberi taumu."

Akhirnya Asya mengalah dan mengangguk dengan paksa. Ariz tersenyum gugup mendengarnya.

Dengan berbekal keraguan ia lalu mengatakan semuanya, mata Asya membola disertai tubuhnya gemetar kala mendengar ucapan omong kosong laki-laki didepannya.

"Kamu mau menipuku? Sebaiknya kamu pergi sekarang!" Dengan mimik wajah datar, Asya menarik tangan Ariz untuk mendekati pintu utama.

"Aku tidak berbohong Asya! Arsa memang putra kita!" Ariz masih berusaha menjelaskan semuanya, namun sepertinya Asya tidak akan percaya begitu saja.

"Berhenti mengatakan omong kosong Ariz, sudah jelas Arsa adalah putra mu bersama Fang yin, jangan mengada-ngada dan berhenti menganggapku bodoh!" Ucapnya tidak terima, apakah laki-laki ini menganggapnya bodoh dengan mengatakan itu.

"Asya dengar-"

"Tidak! Pergi dari sini!" Asya menutup pintu hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Asya segera merosot ke bawah sembari mencerna ucapan Ariz tadi.

Sedangkan diluar, Ariz dengan perasaan kesal memukul tembok didepannya guna meredam amarahnya yang mulai tak terkendali. Jangan sampai ia emosi dan menyakiti Asya. Seperti dulu.

Ariz berusaha menarik nafas sembari memikirkan ucapannya tadi. Apa yang membuat Asya tidak percaya dengan ucapannya? Padahal ia berkata jujur. Bahwa Arsa adalah putra mereka, anak kandung mereka.

Ariz jadi teringat masa itu, lebih tepatnya kejadian 2 setengah tahun yang lalu, sebelum Ariz bertemu dan menikah dengan Fang yin.
Kala itu, ia berhasil menemukan keberadaan Asya.

"Kamu yakin dia berada di negara ini?" Tanya Ariz menatap Bayu.

"Iya Tuan, Nona Asya memang berada di negara ini." Jawab Bayu menatap sekitar.

"Lalu untuk apa kita disini?" Ariz menatap sekitar yang dipenuhi musik yang memekakkan telinga, ditambah banyak manusia yang menari tidak tau malu.

Bayu menatap Ariz penuh arti, ia menatap sekitar dan menemukan apa yang dicari.
"Karena Nona Asya ada disini."

"Apa!" Bentak Ariz, apa yang membuat Asya datang ke tempat ini? Club.

Terjadi aksi dorong mendorong saat Ariz menghampiri Asya yang terlihat sudah mabuk.

"Apa yang kamu lakukan disini!" Teriak Ariz ketika berhasil menarik pergelangan tangan Asya.

Asya berdiri dengan teler di tempatnya. Wanita itu terkekeh ketika tangannya menyentuh wajah Ariz.
"Oh kamu berasal dari Indonesia? Apakah kamu ingin melayani ku malam ini tampan? Aku akan membayarmu berapapun jumlahnya." Asya mengusap dada Ariz yang ditutupi kemeja putih dengan sensual.

"Sadar Asya! Kamu mabuk!" Ariz menepuk pelan pipi Asya yang berada di pelukannya.

"Aku bukan Asya! Berhenti memanggilku Asya brensek!" Wanita itu mendorong tubuh Ariz.

Ariz terdiam untuk mencerna ucapan Asya barusan.
"Rasya?"

"Hahaha benar, itu baru namaku. Ayo kita ke hotel." Dengan langkah lunglai Rasya berusaha menarik tangan itu untuk keluar dari Club.

Selama beberapa bulan itu, Ariz aktif membuntuti Rasya yang sering keluar masuk kedalam club dan mereka akan berakhir bermalam dihotel setelah bertemu.

Yang membuat Ariz kecewa adalah ucapan Bagas kala itu, ucapan yang mengatakan bahwa Rasya beberapa kali mengugurkan kandungannya.
Yang berarti, sebelum adanya Arsa. Rasya beberapa kali membunuh anak mereka.

Lagi pula Rasya sudah tidak ada, yang berarti Arsa adalah putranya bersama Asya sekarang.

Sekali lagi Ariz menatap pintu dibelakangnya, sepertinya ia harus membuat sebuah rencana agar Asya mau kembali dengannya.

Satu tangannya segera merogoh saku celananya untuk menemukan handphone miliknya, saat ia ingin menghubungi Bayu, Ariz terpaksa mengurungkan niatnya saat melihat sebuah mobil familiar berhenti didepan.

Rahang Ariz mengetak begitu melihat orang yang turun dari mobil.
"Sial!"


Updatenya dikit2 aja karena udah mau tamat😁


Aku Tokoh Utamanya : Penyesalan II (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang