• 4

298 55 2
                                    

[name] menunggu mentornya di tempat biasa sembari memaikan gelas di depannya. Masih terpikirkan kata kata Kishibe kemarin soal hal yang ingin dia bicarakan dengan [name].

"Kau datang lebih awal hari ini." Mendengar suara yang familiar, akhirnya [name] menarik dagunya dari lipatan tangannya.

"Aku datang kemari setelah mengalahkan mereka 5 kali hari ini." Kishibe duduk di hadapannya, dia siap mendengarkan apa yang akan mentornya katakan.

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Tanya [name] langsung pada intinya. Kishibe melihat anak didiknya yang terlihat antusias dengan kata katanya kemarin.

"Aku sebenarnya bisa membicarakan hal ini kemarin di telepon, tapi aku yakin kau akan menutup panggilan setelahnya." Kishibe menjeda kata katanya, kali ini hanya ada mereka berdua di tempat ini.

"Kau ingin bekerja kembali di biro dengan normal?" Tanya Kishibe membuka flask yang dia bawa. [name] bingung, memang dia tak bekerja untuk biro selama ini?

"Apa maksudmu? Aku sudah bekerja di biro, bukan?"

"Aku tak bisa memanjakanmu terus menerus, [name]. Kau harus bekerja seperti devil hunter lainnya. Kau tak bisa bertarung sendiri dengan kedua tanganmu."

Mendengar kata katanya akhirnya [name] mengerti. Sorot kedua mata [e/c] wanita di depannya mulai memadam, pantas saja Kishibe ingin membicarakan hal ini secara langsung dengannya.

"Aku bisa bertarung sendiri, kau melihatnya sendiri, kan?"

"Biro mulai mencurigaimu karena tak ingin menuruti kata kata mereka."

[name] menatap sinis mentornya sekilas sebelum memalingkan wajahnya, menatap ke arah kursi dan meja kosong di sebrang sana.

"Aku rindu [name] yang akan mematahkan sayap gagak tanpa alasan yang masuk akal."

"Berhenti berbicara seperti kau ayahku. Aku bisa melakukan semuanya sendiri."

Sepertinya Kishibe harus lebih sabar sekarang karena [name] kecilnya sudah berubah menjadi orang dewasa yang keras kepala.

"Sekrup di kepalamu kembali mengencang, huh? Kukira memasukkanmu ke biro akan membuat mereka semakin longgar."

Dia lelah dengan pembicaraan ini, rasanya dia ingin segera berlari pulang dan melupakan semuanya.

"Mungkin aku hanya termakan usia." Jawab [name] dan meminum minumannya yang sempat ia pesan. Lihatlah perkembangan muridnya sekarang, yang awalnya seorang anak kecil polos menjadi seorang wanita yang mudah terbawa perasaan.

"Dia bisa memanfaatkanmu dengan mudah jika kau terus seperti ini." Kishibe memanggil pelayan untuk membawakannya minuman.

"Kau lihat, dia menempatkanmu dengan kedua rekan yang sangat baik hingga kau merasakan perasaan yang dimiliki manusia normal dan akhirnya dia menghancurkanmu dengan kebahagiaanmu sendiri."

"Dan itu kenapa aku tak ingin hal yang sama terjadi lagi. Biarkan sekrup di kepalaku longgar dengan sendirinya."

Minuman yang dipesannya akhirnya datang. Kishibe melihat ke arah kedua mata [name] yang mulai berubah sendu.

"Aku tak ingin menangisi orang yang dekat denganku saat mereka mati lagi."

"Tenang saja, aku sudah memasangkanmu dengan partner yang sempurna untukmu." [name] menatap Kishibe yang mulai meneguk minumannya.

"Partner yang sempurna? Siapa dia?"

Kelihatannya seseorang mulai tertarik.

*********

Secret [Denji x Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang