Happy Reading!!
Terus vote Sakura ya !!
"Terima kasih paman Hiasi atas dedikasinya untuk perusahaan Haruno," Hazel Sasori menyorot selembut mungkin pria paruh baya yang berdiri tak jauh disisi kanannya. "Paman sudah bekerja keras, sampai sini biar saya urus perusahaan mendiang ayah."
Hiasi berdiri dengan senyum kakunya, nyatanya sebuah apresiasi yang bocah sialan lontarkan untuknya berhasil membuat tamu undangan benar-benar tersentuh. Namun hal ini tak berlaku untuk pria tampan dengan surai hitam yang diikat rendah, Itachi mati-matian menahan bibirnya agar tak menyeringai sombong.
"Selama ini saya sengaja menjauh semata-mata ingin fokus pada kesembuhan adik perempuan saya," Sasori mendorong pelan punggung adiknya. "Mungkin tidak banyak yang tahu akan statusnya sebagai putri bungsu Haruno, karena mendiang ayah saya benar-benar menyayanginya hingga menutup rapat dunia luar untuknya."
Para tamu undangan Hiasi menatap penuh haru kakak beradik yang digadang-gadang telah meninggal nyatanya berdiri sehat didepan mereka.
"Sakura." Sasori berujar lirih, pria itu mengangguk pelan berusaha meyakinkan adik perempuannya. "Ayo."
Iris hijau Sakura bergulir ragu, dapat ia tangkap Sasuke dibelakang sana mengangguk yakin. Kedua tangannya lantas mengepal erat sebelum menggeser kakinya pada posisi yang ditempati sang kakak sebelumnya.
"Cukup katakan yang sudah ditulis Deidara dan semua akan selesai," bisik Sasori.
"Sakura Haruno, putri bungsu keluarga Haruno," Sakura membungkuk hormat membuat pria adonis diujung sana mendengus tak terima. "Bersama kakak, dan tentu saja seluruh pegawai Haruno Group, kita akan bersama-sama membawa kemajuan dan kesejahterakan perusahan ini, mohon bantuannya."
Pandangan Sakura beredar gelisah kala tak mendapati respon apapun seperti yang dihipotesiskan teman kakaknya. Pria bernama Deidara itu bahkan dengan penuh keyakinan mengatakan para undangan akan menyambutnya dengan suka cita, nyatanya mana.
Prok. Prok. Prok.
Tepuk tangan tunggal menyita atensi Sakura, disana calon suaminya berdiri tegak dengan senyum samar disusul calon kakak iparnya. Hal itu agaknya menarik gemuruh tepuk tangan yang bersumber langsung dari manusia berebut masuk gendang telinganya, membuat Kakuzu yang tengah bersiap menekan tombol on terhenti seketika.
Senyum Sakura merekah lebar berbanding terbalik dengan kumpulan berwajah suram yang tengah meradang. Kini sudut bibir kanannya tertarik lengkap dengan tatapan sinis yang ia tujukkan langsung kearah keluarga rembulan, kata teman kakaknya bernama Tobi. Apanya yang keluarga rembulan, wajah suram begitu yang ada malah keluarga bulan gosong.
Senggolan pelan dari Sasori sedikit membuat Sakura terperanjat, Hazel kakaknya menyorot penuh peringatan agar tak keluar dari naskah yang telah disepakati.
"Apa yang kau pikirkan Sakura, cepat selesaikan bagianmu," desis Sasori penuh peringatan.
Sakura berdeham pelan menangkap gelagat para tamu undangan yang kembali duduk rapi seakaan menunggu kelanjutan pidatonya. "Kecelakaan tragis itu membuat saya mengalami amnesia permanen, saya bersyukur kak Sasori selalu bersabar dalam kondisi kami terlebih keadaan saya," Sakura menghembuskan napas panjangnya. "Maka dari itu saya mengangkat seorang wali yang akan menemani kak Sasori selama saya menempuh pendidikan."
Iris hijau Sakura menyorot penuh arti sosok yang menyuguhkan senyum tipis kearahnya, sekali lagi pria itu mengangguk meyakinkan. "Sasuke Uchiha, wali sekaligus calon suami saya," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vibrasi
Teen FictionGetaran yang ia rasakan kali ini sungguh melampau batas, terasa asing, mendebarkan dan menyenangkan. Disclaimer @Masashi Kishimoto