BAGIAN 5 Pertemuan Tak di Sengaja

20 15 0
                                    


Happy Reading


Mobil Langit berhenti tepat di depan Kantor baru Almyra. sebelum Almyra turun dari mobil, pria itu dengan gesit mencium pipi Almyra, membuat gadis itu yang tampaknya tengah bersiap-siap sedikit mematung ketika mendapat serangan mendadak yang membuat jantungnya berdegup secara abnormal.

"Jam berapa balik ke rumah?" Langit bertanya santai. setelah melakukan hal yang Almyra anggap sebagai serangan.

berdehem singkat untuk menutupi rasa gugup dalam dirinya, barulah Almyra menjawab dengan santai--seolah hal yang Langit lakukan padanya barusan bukanlah apa-apa. "Jam 5 sore, mungkin." jawab gadis itu meragu karena ini adalah hari pertama ia bekerja dan ia belum paham betul sistem kerja mereka akan seperti apa. 

"Oke, telpon aku kalau udah selesai, biar aku jemput." Langit mengelus pundak Almyra.

"Oke," Almyra menjawab dengan senyum hangat. Langit kembali mencium pipi gadis itu dan berlanjut di kening gadis itu. Almyra yang kian merasa gugup langsung buru-buru keluar dari mobil. ia tidak ingin Langit mengetahui bahwa jantungnya tengah berdentum hebat akibat ulah pria itu.

Langit terkekeh melihat betapa grasak-grusuknya Almyra ketika keluar dari mobil hingga gadis itu berjalan masuk ke kantornya. merasa Almyra sudah tak lagi tampak di pandangan matanya, Langit menghidupkan mesin mobilnya untuk melesat pergi dari sana.

"Waw, it's Amazing! Seorang Almyra yang pacarannya LDR 2 tahun akhirnya bisa satu kota sama pacarnya," Gina terkekeh. Meledek partner kerjanya itu.

Almyra yang baru saja melangkah memasuki lobi kantor, dibuat terperanjat sebab suara Gina sudah mengintrupsinya pagi ini. 

"Apasih, Gin, job kerja banyak, fokus!"

"Hello, Gina selalu fokus soal pekerjaan, temen-temen lo aja yang pada aneh, bisa-bisanya lagi rapat malah ngebahas yang lain." Gina mengingatkan Almyra pada kejadian di antara mereka setiap kali mereka mengadakan rapat.

Almyra tertawa lepas mengigat betapa tidak pernah seriusnya proses rapat yang mereka lakukan. Kini Almyra malah merindukan sosok dua rekan kerjanya itu.

"By The Way, lo kok bisa ikutan pindah, Myr?" Gina bertanya serius dalam langkah mereka memasuki ruang kerja mereka yang ada di lantai dua.

"Gue yang minta sama Bos, dong! Gue gak bisa jauh-jauh dari dia lagi, Gin. Gue gak kuat. Gue gak mau kehilangan dia." Almyra menatap lurus lorong menuju ruang kerja mereka.

"Sekarang dia yang beruntung miliki lo atau lo yang beruntung miliki dia?"

"Gue yang beruntung miliki dia, lah! Lo bayangin aja, cowok modelan Dia susah dapetnya, Gin. Apalagi udah sukses dengan beberapa usaha yang dia jalankan. Tapi bukan itu sih intinya, gue sayang dia tulus karena... Langit orangnya romantis gila, Gin. Sumpah meleleh mulu gue setiap ditatap sama dia." Almyra mencurahkan seluruh isi hatinya sembari membayangkan beberapa moment romantis yang ia lewatkan bersama sosok pria itu. Mecurahkan kepada Gina tentang apa yang ia rasakan ketika bersama Langit.

Gina geleng-geleng kepala dengan alis yang terangkat sebelah. Almyra kelihatannya aja anggun. Tapi jika urusan percintaan, dialah yang paling bucin. Oh seluruh dunia harus tahu tentang sifat Almyra yang satu itu.

***

Sabit sampai di area pantai. Angin sejuk langsung menyapanya, membuat rambut panjangnya yang terurai sedikit beterbangan. Sabit memejamkan matanya, menikmati sensasi semilir angin yang menyentuh pipi dan tubuhnya yang lainnya.

Sabit membukanya perlahan, tentu dengan senyum lebar yang mengembang. Ia mengedarkan pandangannya menatap sekitaran. Pukul 10 pagi dan Pantai sudah ramai dengan orang-orang yang sekedar berjemur, jogging dan juga yoga.

Langit Sabit (KUN) EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang