Delapan

4.8K 866 104
                                    

Author POV

"Kata para ilmuwan, kalo bintang yang paling lama umurnya itu bintang Methuselah. Dia diprediksi udah berusia enam belas miliar tahun. Kenapa dia bisa sampe setua itu? Karena dia adalah jenis bintang subraksasa yang miskin logam, dengan kata lain sebagian besar penyusunnya itu cuma hidrogen dan helium. Letaknya jauh banget di atas sana, di antara rasi bintang Ophiuchus sama bintang Zubeneschamali."

"Terus kalo misalnya kita mau ngeliat bintang itu, bisa ga?" Tanya Jennie menatap Lisa.

"Bisa, tapi harus pake teleskop binokuler, dan pastinya di lokasi yang minim tingkat polusi cahaya." Di akhir kalimatnya, Lisa kemudian tersenyum ke arah Jennie.

Sedangkan Jennie pun juga membalas senyuman. Benar-benar tak menyangka bahwa kekasihnya yang terkenal menyebalkan ini ternyata juga pintar sekali mengenai bidang luar angkasa.

Saat ini mereka berdua sedang memandangi langit malam yang begitu cerah di atas sana. Duduk berduaan di depan teras rumah Jennie.

"Aku dulu pernah punya cita-cita, kalo udah dewasa nanti pengen tinggal di planet saturnus, soalnya keren aja gitu ada cincinnya."

"Kalo sekarang?"

"Apa?"

"Kamu masih pengen ga tinggal di sana?"

Sebelum akan menjawab, Lisa terkekeh sebentar. Kemudian kepalanya menggeleng pelan, Lisa lalu mengambil satu tangan Jennie untuk ia genggam.

"Udah ga mau lagi, seruan di sini sama kamu." 

Sudut bibir Jennie lagi-lagi berhasil dibuat tersenyum. Ia lantas memandangi genggaman tangannya dengan tangan Lisa.

Gadis tinggi yang terkadang banyak usil padanya ini memang benar-benar telah membuat Jennie 100% jatuh hati.

Udara malam terasa semakin dingin, tetapi Jennie tidak perduli. Entah mengapa, malam ini Jennie masih ingin berlama-lama dengan Lisa.

"Sayang, maafin kelakuan nakal aku ya."

"Kenapa? Kok tiba-tiba ngomong gitu?" Tanya Jennie.

"Aku jadi kepikiran aja soal perkataan Jisoo tadi siang. Aku sempet ngobrol sama dia, dia bilang kamu itu pasti tertekan banget karena harus pacaran sama cewe nakal terus jorok banget lagi, kaya aku." Lisa mengembuskan nafasnya berat. Tetap menampilkan senyuman.

"Gapapa kok, kamu ga perlu minta maaf soal itu. Tapi kalo untuk kebiasaan-kebiasaan buruk kamu, kamu coba aja ubah pelan-pelan ya?"

"Aku bukan ga suka, tapi kamu juga ga boleh terus-terusan ngelakuin hal itu. Kaya kebiasaan kamu kentut sembarangan, terus ngelap ingus tanpa cuci tangan, terus yang lain-lainnya juga." Lanjut Jennie.

"Iya, aku bakal nyoba sayang." Lisa menganggukkan kepalanya.

Jennie tersenyum lega. Dibawanya genggaman tangan mereka ke atas pangkuan Jennie, kemudian gadis itu memainkannya. Menggoyang-goyangkan kedua tangan mereka ke kanan dan kiri.

"Ga kerasa ya, bentar lagi kita lulus." Kata Jennie.

"Kamu udah ada planning mau kuliah kemana?"

"Eum—ada sih, tapi masih belum yakin. Soalnya Papa lebih dukung aku buat langsung kerja di kantornya."

"Bagus dong, kamu mau?"

"Ga tau, aku masih bingung. Tapi nanti kata Mama biar dibicarain dulu."

"Ooh gitu ya."

"Iya, kalo kamu?" Jennie menatap Lisa.

ASMARALOKA - JENLISA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang