Part 4

3.3K 268 8
                                    


Bangkok merupakan kota terbesar dari Thailand. Kota yang sibuk, banyak warga Thailand yang mengadu nasib di sini. Gedung-gedung pencakar langit banyak di temui di kota ini. Gedung-gedung itu seakan berlomba, siapa yang paling gagah, siapa yang paling tinggi, di antara mereka semua.

Tak terkecuali untuk gedung berlantai 30 yang berdiri gagah di jantung kota.

Gedung besar yang di miliki oleh seorang pembisnis yang masih tergolong muda

untuk mendapat posisinya sekarang.

"Fort? Apa yang kau lakukan di sini?" Gerakan tangan Fort di atas berkas

berhenti, matanya mengernyit memandang teman sekaligus karyawan

kantornya itu.

"Ini kantorku Boss, salah aku berada di sini?"

Pria berwajah tampan dan memiliki senyum teduh itu tertawa.

"Maaf, maaf. Habis, tidak biasanya kau datang sepagi ini. Alex bagaimana?"

Tanyanya sambil mendudukan diri di sofa yang terletak di tengah ruang kerja Fort.

"Sudah berada di daycare, mereka buka dari jam delapan." Saut Fort.

"Kau tidak pernah datang sepagi ini maksudku ya itu hakmu sih, karena ini

kantor milikmu. Tapi, kau datang bahkan sebelum jam sepuluh, wow!"

Sebenarnya Boss merasa ada yang berbeda dari Fort , ketika temannya itu

datang ke chiangmai minggu kemarin.

Fort yang biasanya malas mengepak baju ganti dan memilih untuk membeli baru saja, membawa koper kecil yang berisi keperluan dirinya sendiri dengan lengkap. Benar-benar bukan tipikal Fort sekali.

Lalu hari ini, Fort datang pagi sekali ke kantor. Padahal biasanya, dia pasti datang di atas jam sebelas. Boss tahu itu, Fort susah bangun pagi.

"Katakan padaku Fort." Boss menyipitkan matanya kearah Fort .

Seperti sedang curiga dengan sesuatu.

"Apa?"

"Kau punya kekasih kan?"

Fort mendengus dan lebih memilih untuk beralih membaca dokumen.

"Mengaku saja. Ada yang membangunkanmu kan pagi ini?" Tanya Boss.

Fort menghembuskan napasnya, "Tidak ada, aku bangun sendiri. Puas?"

Fort memang bangun atas kesadaran dirinya sendiri pagi ini. Dia bangun dengan semangat, karena ia tahu ada kelinci kecil di dapur rumahnya pagi ini.

"Baiklah, baiklah kalau kau tidak mau mengaku." Boss bangkit dari duduknya, "Karena kau datang sepagi ini, mau sarapan bersama? Aku hanya sempat minum kopi tadi." Ajak Boss.

Fort tertegun, matanya mengedip cepat beberapa kali ketika menyadari bahwa ia sudah sarapan tadi.

"Err.. Boss.."

Boss yang sudah berada di depan pinta ruangan Fort berbalik, "Kenapa? Mau titip saja?"

"Sebenarnya.." Fort menggaru tengkuknya sambil tertawa canggung,

"Aku sudah sarapan tadi di rumah."

Bibir Boss terbuka dengan dramatis, "Fort . Kau. Berhutang. Cerita. Kepadaku."

Ucapnya sambil menutup pintu.

Seharian ini Fort seperti tidak fokus bekerja. Ia selalu melirik arlojinya tiap sepeluh menit. Rapat yang biasanya berlangsung alot, kini ia berikan sedikit kelonggaran. Tentu saja semua itu disambut bahagia oleh karyawannya.

My kid Babysitter is My LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang