"Lu yakin ga mau tinggal di sini lebih lama lagi? Gua ga masalah nampung anak ilang kaya lu, you know."
Alvin tersenyum kecil.
Nevin hanya menggeleng pelan, menggenggam tas berisi barang-barangnya dan sebuah gelas berisi teh manis yang dibuatkan Alvin untuknya.
Sebenarnya Nevin sudah mendapatkan kembali kunci rumahnya di jauh hari yang lalu, namun Alvin ngotot dia tinggal lebih lama di sana. Alasannya karena dia kesepian, tapi nyatanya Alvin hanya khawatir pada teman dekatnya yang sedang mengalami patah hati pertama kali dalam hidupnya itu. Siapa tau apa yang akan dilakukannya jika dia ditinggal sendiri dalam keadaan begitu.
Sekarang, enam hari telah berlalu dari hari 'perpisahan'-nya dengan crush-nya, Marvel. Dan Nevin sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya sudah dalam keadaan yang bisa ditinggal Alvin.
"Rumah gua lebih deket dari Kampus loh."
Alvin kembali menawarkan.
Hasilnya tetap sama, Nevin akan pergi. Dia tidak mau merepotkan temannya dari yang sudah dilakukannya. Dan dia juga tidak kuat hanya makan mie atau memesan makanan dari luar terus-menerus.
Dia rindu dapur rumahnya yang lengkap dengan peralatan dan bahan memasak, tidak seperti dapur Alvin yang satu-satunya alat masaknya adalah panci mie.
"Makasih buat semuanya, Vin."
Nevin berkata.
"Weh, jangan bilang itu kek lu mau mati aja! Astaga... gua ngebantuin lu sebagai temen, gausah lu pikirin."
Alvin tersenyum lebar, mengangkat ibu jarinya pada Nevin.
"Kalau gitu gua pergi, Vin. See you."
"Yep, See ya!"
~
|Samsul|
Vel|
Ini alamat rumahnya Nevin|
Gua lagsung share locationnya|
aja ya|
{ ¡ } location|
7:25Yang rumah putih minimalis|
Nomor 27|
Good luck Vel|
7:26|Oke
|Thanks, Sul
7:58~
Marvel menurunkan ponselnya, lalu melihat ke depan.
Di hadapannya, sebuah rumah minimalis bercat putih-abu berdiri tegak. Dia menatap rumah itu.
『Yang ini kan, ya..?』
Seperti yang Samsul bilang, rumah putih minimalis. Nomor dua puluh tujuh....
『Ah! 27!』
Memang inilah rumah yang dicari Marvel.
Dia menegakkan badannya, menelan ludah, dan memberanikan diri. Marvel menghela nafas, dan.
Tok! Tok! Tok!
Dia mengetuk pintu abu-abu di depannya. Jantungnya berdegup saat matanya tiba-tiba melihat tombol bel di samping pintu.
Karena belum ada respon, Marvel memutuskan untuk menekan tombol bel.
Ding! Dong!
. . .
Dia menunggu.
. . .
Tak kunjung ada jawaban dari dalam rumah, Marvel memutuskan untuk menekan tombol bel sekali lagi, saat tiba-tiba saja pintu terbuka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nevin x Elestial | A Promise is A Promise | ElVin
Fanfiction"Hm, janji?" Nevin menjulurkan jari kelingkingnya. "Iya, janji." Marvel menyambungkan jari kelingkingnya dengan jari Nevin, mengikat janji. Dengan itu, sebuah janji diantara Marvel dan Nevin telah terbentuk. "Janji adalah janji, Vel." Dengan mata bi...