Dear Diary,
Hari ini aku bolos sekolah.
Semalam aku terbangun dengan rambut basah. Yerim bilang aku tidur berjalan lalu mandi di tengah malam. Setelahnya aku mendapat demam tinggi.
Tadi pagi, aku merasakan bahwa rambutku lengket. Terpaksa aku kembali mandi dalam keadaan tak enak badan. Setelahnya aku mendapat flu.
Ya sudahlah. Aku beruntung jadi bisa tidur seharian.
—
"Kakak sudah sembuh?" tanya Yerim sembari menyimpan punggung tangannya pada dahi Joohyun.
"Hm, ayo cepat duduk. Filmnya sebentar lagi dimulai" Joohyun menyomot keripik kentang yang dibawa oleh Yerim, lalu menarik lengan sang adik agar duduk di sampingnya.
"Kakak serius mau menonton film hantu?" tanya Yerim melihat judul film yang terpampang di layar tv.
Joohyun melirik jahil, "Kenapa? Kamu takut?" tanyanya menyeringai.
Yerim mendelik. "Bukannya kakak yang biasanya takut?"
"Aku tidak pernah takut pada hantu!" ucap Joohyun enteng. Ia mulai fokus pada layar tv, sesekali kembali menyomot snack milik Yerim.
Yerim mengendikkan bahu, "Pembual" ejeknya.
Lima belas menit setelah film dimulai, ucapan Yerim kini terbukti. Joohyun pembual, gadis itu ketakutan setengah mati hanya dengan mendengar sound effect yang berasal dari film.
"Yah!" pekik Joohyun ketakutan. Gadis itu meraih lengan Yerim, hendak menyembunyikan wajahnya.
"Aw!" Yerim ikut memekik. Bukan karena ketakutan, jelas sekali bahwa gadis itu merasa kesakitan.
Joohyun menatap wajah Yerim yang tertuju pada lengan miliknya.
"Kenapa? Mana yang sakit?" tanya Joohyun khawatir.
Yerim menggeleng. Gadis itu merengkuh bahu Joohyun, membawa kepala milik kakaknya untuk bersandar di atas dadanya.
"Tidak, kakak membuat tanganku terkilir!" jawabnya cepat, gadis itu buru-buru fokus kembali pada layar tv.
Joohyun kembali duduk tegak, melepas paksa pelukan hangat dari adiknya.
Gadis yang lebih tua itu kembali menyentuh lengan Yerim, kali ini lebih pelan. Tetapi raut kesakitan itu kembali muncul dengan jelas di wajah Yerim.
"Kakak, ngapain sih!" seru Yerim setelah Joohyun berniat menggulung lengan kaos miliknya.
"Kalau terkilir itu sakitnya di bagian siku, bodoh! Aku mau lihat lengan atasmu!" Joohyun menatap tajam adiknya itu, membuat sang adik menyingkirkan tangannya yang menahan Joohyun.
Joohyun membelalak setelah mendapatkan luka lebar pada lengan Yerim. Sesuatu telah menyakiti adiknya. Luka itu seperti cakaran atau garukan panjang dan dalam. Luka itu sudah tak mengeluarkan darah, tapi cukup menyakitkan bila sesuatu menyentuhkan. Yerim tetap perlu diobati.
Joohyun menarik Yerim ke arah dapur, gadis yang lebih tua itu terlihat mencari sesuatu.
"Sedang mencari apa, Nona?" tanya Bibi Park, asisten rumah tangga satu-satunya di rumah ini.
"Dimana kotak obat?" jawab Joohyun tergesa, Yerim di belakangnya hanya menunduk terdiam.
Bibi Park buru-buru mengambil kotak obat di lemari penyimpanan sebelah kulkas. Ia kemudian memberikannya pada Joohyun.
"Ya ampun, kenapa bisa luka seperti itu?" ucap Bibi Park, meringis. Kini ia dapat melihat sebab dari nona majikannya mencari kotak obat.
Yerim menatap Joohyun yang kini sedikit menunduk—menyetarakan tingginya dengan lengan miliknya, tangannya dengan telaten menotolkan obat merah pada luka yang lumayan lebar pada lengan kiri miliknya.
"Tidak apa-apa, Bibi. Terima kasih" jawab Yerim, ia sedikit melirik pada Bibi Park. Bibi Park menunduk hormat kemudian berlalu, mengerti pada sinyal yang diberikan oleh Yerim untuk meninggalkan mereka berdua.
Joohyun menghela napas panjang setelah selesai menempelkan perban pada lengan Yerim.
"Mau cerita?" tanyanya lembut, ia mengelus rambut Yerim pelan.
Yerim mendongak, "Cerita....?"
Joohyun melemaskan bahunya lantas bersender pada kulkas. Gadis itu menatap langit-langit dapur, berusaha menahan tangisnya.
"Kenapa bisa begitu, Yerim?" lanjutnya, netranya fokus pada lengan kiri milik Yerim.
Yerim mengikuti arah tatapan kakaknya, tersenyum.
"Aku baik-baik saja, kakak sudah mengobatinya" ucapnya.
Joohyun ikut tersenyum, namun senyum yang berbeda dengan adiknya. Gadis itu menatap sang adik dengan tatapan nanar.
"Kalau aku tak sengaja menyentuhnya aku tak akan tahu, Yerim. Kamu tidak akan baik-baik saja seandainya aku tak membuatmu memekik kesakitan setelah aku menyentuhnya tadi"
"Aku tetap akan baik-baik saja. Kak Seulgi, Kak Wendy, atau Kak Joy yang mungkin akan mengobatiku. Selama ada kalian, aku akan baik-baik saja, kak" jawab Yerim seraya menampilkan senyum tulus.
Joohyun mulai meneteskan air matanya, ia sudah tak sanggup menahannya.
"Kenapa kakak menangis? Aku baik-baik saja, serius!" Yerim bergerak memeluk Joohyun. Gadis itu mendongak, tingginya hanya sebatas dada sang kakak.
Joohyun mengusap air mata miliknya. Menunduk, tersenyum pada Yerim lantas menyentil dahinya jahil.
"Kalau begitu katakan padaku. Siapa yang membuat luka itu? Kenapa?" tanya Joohyun, kini tatapannya menajam.
Yerim terdiam sebentar, dia bingung harus menjelaskannya darimana.
"Aku yang menggaruknya. Gatal. Di kamar banyak nyamuk." jelas Yerim.
Joohyun kembali meraih tangan Yerim, memperhatikan kuku-kuku sang adik.
"Kurasa kukumu tak cukup panjang untuk membuat luka sedalam itu" ucap Joohyun menyelidik.
Gadis yang lebih dewasa itu kini berganti memperhatikan kuku miliknya lantas menatap Yerim.
"Apa aku yang menyakitimu, Yerim?" tanya Joohyun pelan, baru tersadar bahwa ia belum menggunting kukunya.
Yerim kembali memeluk Joohyun hangat.
"Tidak. Sudah kubilang aku yang menggaruknya, kak"
"Tatap aku" Joohyun menangkup wajah Yerim, tatapannya kembali menyelidik.
"Kamu bohong. Kakak tidak suka kalau kamu bohong" lanjut Joohyun.
Yerim terdiam. Tatapannya kini memelas.
"Kakak tanya sekali lagi, Yerim. Siapa yang membuatmu terluka?" tanya Joohyun.
"K- Kak Seulgi" jawab Yerim setengah berbisik, menunduk.
Wajah Joohyun mengeras. Lagi-lagi Seulgi. Seulgi Seulgi itu sudah dua kali hampir membuat Yerim celaka. Seulgi Seulgi itu pernah membawa Yerim berdiri di atas atap rumah, juga pernah membawa Yerim hampir tenggelam di sungai. Rasanya Joohyun ingin membunuh siapapun itu Seulgi yang ingin mencelakakan adik kesayangannya itu.
Yerim menyadari raut emosi dari wajah Joohyun. Gadis yang lebih muda itu kini mengelus punggung Joohyun pelan, berusaha menenangkannya.
"Kak Seulgi tidak sengaja, kak. Maklum saja, dia itu seorang beruang. Kukunya memang panjang. Tapi dia tidak sengaja"
Joohyun menatap pantulan dirinya dan Yerim pada kaca microwave. Rasanya Joohyun seperti orang sakit jiwa. Kenapa dia tak bisa melihat kakak Yerim yang lain?
—
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary
FanfictionYerim bilang dia punya empat kakak; Kak Joohyun, Kak Seulgi, Kak Wendy, dan Kak Joy. Joohyun selalu menggeleng kebingungan setiap mendengar pengakuan tersebut dari adiknya. Seingatnya, mereka hanya dua bersaudara. Lalu siapakah Seulgi, Wendy, dan Jo...