...
Sadar akan kehadiran Jeno, Rena buru-buru kabur sampe kentang goreng mcdnya kececeran dilantai, dimeja, sampe sofa ruang tamu karena nggak sengaja terkena tangannya.
"Oh jadi nggak mau tanggung jawab nih?" Kata Jeno. Dia jalan santai menuju kamar Renata, tapi nada suaramya kedengeran mengintimidasi banget. Atau cuma perasaan Rena aja?
Rena menahan pintu dan kenopnya dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Dia nggak dikasih kunci kamar sama Jeno. Pintunya juga nggak ada kaitan pengunci dari dalem. Dicopot sama Jeno. Gara-gara Rena pernah ngambek sampe mengunci diri didalam kamar seharian.
Btw mereka seunit apartemen, beda kamar tapi.
Biasanya kalo Rena nolak buat tidur bareng entah itu dikamarnya atau kamar Jeno, pasti cewek itu lagi ngambek sama Jeno. Sampe udah hafal diluar kepala si Jeno.
"Buka pintunya sayang.."
"NGGAK MAU! AKU LAGI DAPET! GABISA!!" Seru Rena dengan sudut bibirnya yang terdapat noda mcflurry yang belum sempat dia habiskan tadi. Boong dia.
"Kan masih ada tangan sama mulutmu. Atau.. your ass between.. maybe?"
Rena melotot lebar dibalik pintu. "Nggak usah gila Lo!"
"Bercanda sayang. Bukain dulu dong."
Perlahan pintu itu pun terbuka tanpa paksaan dari luar oleh Jeno.
"Pokoknya nggak mau!!"
Tanpa bicara apa-apa, Jeno mendorong tubuh Rena mundur. Menatap lekat mata yang menatapnya dengan gelisah.
"Ak-aku beneran nggak mau.." Lirih Renata.
"Enggak.. nggak akan aku kaya begitu." Sahut Jeno.
"Beneran?"
Jeno pun mengangguk. Jemari Jeno bergerak mengusap sudut bibir Renata, lalu menyelipkan rambut Rena ke belakang telinga.
Bahu cewek itu sedikit naik, menahan rasa geli oleh jemari Jeno yang kini justru bermain di daun telinganya.
Jemari itu kemudian turun membelai leher Rena, disaat tangannya yang lain menarik tangan Rena untuk menyentuh inti tubuhnya.
"Kerasa nggak?"
Rena berkedip beberapa kali saat telapak tangannya menyentuh sesuatu yang begitu keras dibalik celana Jeno.
"Ini dari tadi begini, Yang?" Cewek itu malah heran sendiri. Padahal itu gara-gara dia.
"Ya lo mikir aja tadi telpon pake suara sumbang begitu efeknya kemana." Kata Jeno asal. Nggak mau ngomong yang sebenarnya kalo suara Rena tadi beneran kedengeran seksi banget di telepon tadi.
"Su-sumbang lo bilang???!!!!" Seru Rena nggak terima suara merdunya dibilang sumbang. Kedua matanya membelalak lebar banget. Dadanya udah naik turun karena nafasnya yang memburu menahan amarahnya.
Merasakan aura kegelapan yang mulai melingkupi Renata, Jeno pun mulai panik. Buru-buru dia meralat ucapannya tadi.
"Enggak Yang bercanda plis jangan ngereog! Merdu kok suaramu sumpah nggak boong! Maapin~" Kata Jeno nyaris tanpa jeda.
Kedua mata Rena menatap Jeno nyalang. "Keluar! Gue mau tidur sendiri malem ini!" Ucapnya sambil dengan berusaha keras mendorong tubuh Jeno hingga tubuh bongsor itu mundur perlahan.
"Yang..." Muka Jeno udah melas banget di depan kamar Rena. Sekarang cewek itu sudah berdiri menghalangi pintu.
"Sampe entar tengah malem lo diem-diem nerobos pintu ini, gue gigit tytyd lo sampe biru-biru!"