Bagian 3 :: Daerah Tak Bertuan

165 16 1
                                    

Tempat itu terasa lengang, hening dan damai.

Angin yang berhembus lembut ke arah pucuk-pucuk pohon dan tanaman hias yang segera bergoyang gemulai memberi rasa keindahan tersendiri di sore yang cerah itu.

Sayang sekali Soo-jeong tidak bisa menyerap keindahan sore itu.

Ia masih belum bisa mengenyahkan amarah yang tiap kali muncul.

Rasa-rasanya juga, ia masih ingin melampiaskan kemarahan itu kepadanya. Sebab inilah pertama kalinya keberadaannya sebagai seorang dosen ditantang.

"Bagaimana mungkin ada mahasiswa yang tidak pernah mengikuti kuliahku dan ia nyaris saja diperbolehkan mengikuti ujian akhir semester?"

Soo-jeong menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Bagaimana bisa aku senaif itu? Mengira mahasiswa yang sudah dewasa bisa melakukan perbuatan tak bertanggung jawab seperti itu?"

Masih terbayang jelas bagaimana ekspresi dan wajah Jong-in tadi mendadak berubah begitu mengetahui siapa dirinya.

Namun ia juga masih dapat membayangkan pria itu mempunyai jiwa ksatria dengan mengakui kesalahannya saat itu juga.

💗

"Saya sungguh minta maaf kepada Soo-jeong~ssi."

Jong-in menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Sedikit pun saya tidak menyangka bahwa Seonsaengnim masih semuda ini. Itu kesalahan saya yang kedua. Tapi kesalahan utamanya adalah karena selama semester ini, saya tidak pernah mengikuti kuliah Anda."

Jong-in mengatupkan kedua tangannya, memohon maaf.

"Padahal ketika mengisi kartu rencana studi, mata kuliah yang Anda berikan itu saya cantumkan di sana. Saya benar-benar minta maaf atas kedua kesalahan itu."

"Mengakui kesalahan dan minta maaf dengan terus terang memang tidak terlalu mudah."

Soo-jeong berkomentar dengan suara mendesis.

"Tapi itu masih jauh lebih mudah daripada menjunjung rasa tanggung jawab yang seharusnya ada pada Anda."

Jong-in menunduk, tidak berani mengangkat kepalanya.

"Terus terang saya benar-benar tidak menyangka Anda bisa berbuat sesuatu yang tidak pantas dilakukan orang dewasa. Bukankah mahasiswa itu orang yang sudah dewasa? Istilahnya saja 'maha'siswa. Apalagi mahasiswa yang seusia Anda."

Pria itu mengadukan kedua jempolnya.

"Pasti ada sanksinya jika seandainya saya melaporkan Anda pada dekan. Anda tahu apa kesalahan itu?"

"Tidak." Jong-in menjawab dengan suara mengambang.

Kini pria itu menatap lurus mata Soo-jeong yang mengandung amarah.

Dengan susah payah, ia mencoba untuk tidak membiarkan rasa kagumnya lolos dari kedua matanya karena dosennya yang masih muda ini terlihat sangat ayu dalam keadaan marah seperti itu.

Matanya menyala-nyala. Pipinya memerah. Bibirnya bergetar.

"Anda tidak tahu?" Alis mata Soo-jeong naik. "Bahwa Anda menjadi penipu, tidak Anda sadari?"

"Penipu?" Sekarang alis Jong-in juga naik.

"Bukan hanya penipu, tapi perbuatan Anda memalsukan tanda tangan pada lembar absensi itu juga suatu hal yang tidak etis. Orang sekretariat tidak akan meminta Anda menemui saya jika buku absensi tidak ada tanda tangan Anda barang satu pun. Siapa yang telah berbaik hati pada Anda untuk mengelabui orang-orang sekretariat? Kekasih Anda?"

0 cm | Kaistal ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang