Joohyun

430 87 18
                                    

Dear Diary,

Ini aku, Yerim. Aku pinjam buku diary punya kakak dulu, ya.

Aku rindu kakak. Aku juga rindu Kak Seulgi, Kak Wendy, aku juga rindu Kak Joy, dia sebenarnya baik, tapi Kak Joy tak suka pada Kak Joohyun, Kak Seulgi, atau Kak Wendy. Itu mengapa dia terlihat seperti orang jahat.

Kemarin papa baru memberitahuku, Kakak sedang dirawat di rumah sakit. Aku paham, kakak tidak ada di rumah sakit biasa. Rumah sakit kakak pasti lebih spesial. Kak Wendy pernah bercerita tentang rumah sakit spesial ini saat aku bertanya mengapa mama dan papa tidak boleh tahu ada Kak Seulgi, Kak Wendy, dan Kak Joy yang hidup bersama Kak Joohyun? Kak Wendy bilang jika aku memberitahu mama papa, Kak Joohyun akan masuk ke dalam rumah sakit spesial ini. Dan lagi-lagi, Kak Wendy selalu benar.

Aku tidak tahu kapan kakak akan sembuh.

Aku tidak tahu kapan akan melihat wajah kakak lagi.

Aku rindu kakak.

Aku rindu Kak Joohyun, Kak Seulgi, Kak Wendy, dan Kak Joy.



 "Kamu Joohyun?" 

Joohyun berdecak kesal. Menatap tajam dokter di hadapannya yang telah lima kali melontarkan pertanyaan yang sama itu. Joohyun tidak punya banyak waktu untuk meladeni pertanyaan-pertanyaan konyol ini, ia mau pulang dan bertemu Yerim!

"Sudah kukatakan aku Joohyun! Aku mau pulang!" teriaknya kencang.

"Kamu mengenal Wendy?" tanya sang dokter masih dengan raut tenang.

"Aku tidak tahu! Kenapa bertanya padaku! Dia itu temannya Yerim dan aku sama sekali tak mengenalnya!" seru Joohyun tak sabaran. Pertanyaan-pertanyaan ini membuatnya tak nyaman.

"Aku baru saja berbicara dengan Wendy. Dia baru saja menceritakan tentang ikan lemon biru"

Joohyun meluaskan pandangan pada seluruh penjuru ruangan.

"Kemana dia? Aku mau bicara dengannya!"

Dokter di hadapannya itu melemaskan bahu, menyenderkan punggungnya pada kursi empuk.

"Kamu masih ingat jam berapa kita masuk ke dalam ruangan ini?" tanya dokter tersebut.

Joohyun tampak berpikir. Ia mengingatnya, ia diperintahkan untuk melirik jam dinding sebelum mereka mulai mengobrol—dengan pertanyaan-pertanyaan payah yang dilontarkan oleh dokter tersebut.

Joohyun mengangguk, "Jam tiga"

Dokter itu melirik ke arah jam dinding di samping, membuat Joohyun mengikuti arah pandangannya.

Joohyun tercekat. Jam dinding sudah menunjuk angka lima.

"B- Bukannya barusan anda hanya menanyakan tiga pertanyaan bodoh yang terus menerus diulang?" tanya Joohyun bingung.

Dokter tersebut mengangguk.

"Aku memang hanya menanyakan tiga pertanyaan saja padamu, Joohyun. Tapi aku menanyakan belasan pertanyaan pada Wendy, Seulgi, dan Joy. Aku lebih banyak berbicara dengan mereka"

Joohyun menggeleng kuat. Semua itu tidak mungkin.

Dokter itu menyodorkan sebuah recorder yang baru ia matikan di hadapan Joohyun.

"Putar saja" pelannya.

Joohyun melakukan instruksi dari sang dokter, jari telunjuknya menekan tombol play dengan perlahan.

DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang