Chapter 49 [18+]

2.4K 59 3
                                    

Aku menolak kekuatan tarikannya sedikit dan menahannya, tapi pria yang merasa lebih baik lagi tidak menyadarinya dan menarikku lagi. Bagaimana bisa bedebah ini begitu kuat saat dia lelah? Aku ditarik ke kamar tidur yang gelap dengan ketidakpuasan. Dia memegangku dan mencoba naik ke kasur, tapi aku menolak dengan kedua kakiku. Pria dengan satu kaki terangkat ke kasur pun berbalik, tapi ruangannya tidak cukup terang untuk melihat ekspresinya.

"Lepaskan aku."

"Kenapa?"

Dalam beberapa kata pendek, aku mengeluarkan perasaanku yang sesungguhnya tanpa sadar.

"Tidak nyaman. Aku tidak tahu kenapa kita harus berbaring bersama."

Ada keheningan sejenak yang merespons jawaban terus terang itu, diikuti dengan suara pelan.

"Kalau begitu kau harus lebih mau tidur di kasur yang sama denganku."

"Kenapa?"

Saat aku menanyakan hal yang sama kembali, jawaban kali ini datang dengan segera.

"Hidupmu itu untuk penebusan, jadi kau tidak boleh merasa nyaman. Itulah kenapa kau sengaja tidak mengejar kenikmatan dan menemukan ketidaknyamanan. Jadi kalau kau nyaman, tentu saja kau harus berbaring denganku."

"..."

Aku lelah, tapi kepalaku berputar. Aku tahu itu adalah logika konyol, tapi aku tidak bisa memikirkan apapun untuk dijawab. Dengan kekuatan itu, aku menyangga kasur dengan satu tangan, nyaris tidak bisa bertahan dan membuka mulut.

"Aku tetap tidak mau."

Kekuatan yang menarikku berhenti dan tangan lainnya diletakkan di pundakku. Aku sadar kondisiku dengan kekuatan genggamannya. Kata-katanya yang teredam juga ambil bagian.

"Mengatakan tidak... kedengarannya menyebalkan."

Untuk sesaat, untuk beberapa detik, aku merenung lagi. Haruskah aku mendorongnya dan berkelahi dengan si gila ini? Aku menyerah pada gagasan yang muncul di benakku dan membuat alasan lain.

"Aku juga perlu mandi."

Jawaban yang kugumamkan juga tentu saja adalah cara untuk melepaskan diri darinya. Menggunakan alasan ingin mandi, aku akan tidur di sofa. Tetapi, rencananya gagal karena pria itu menarik tangan yang berada di pundakku. Setelah tubuh bagian atasku jatuh ke kasur, pria yang menarikku menaruh hidungnya di leherku dan bergumam.

"Tidak apa-apa. Aku suka baumu."

Berlawanan dengan rencana begadang semalaman, aku juga tertidur selama beberapa jam. Pria yang mengunciku di lengannya dan berbaring menyamping juga menutup mulut dan tertidur dengan napas teratur. Aku ingin keluar, tapi segera setelah aku membuat gerakan kecil, dia akan menghentikanku dan bergumam.

'Kau tidak harus mandi.' 'Lapar?' 'Haus?' dan akhirnya, 'Haruskah kita...?' Setelah kata-kata itu, aku menyerah dan memejamkan mata. Dan kedua kalinya aku terbangun di kasurnya, aku tidak langsung bangkit kali ini. Sensasi geli yang samar berkumpul di perut bawahku. Kalau kau pria, tentu saja rasanya pasti familier. Dan meskipun wajar itu bakal berdiri di pagi hari, amat sangat jarang terbangun dengan napas terengah-engah.

"... Haa."

Tanpa sadar, aku menghela napas panas dan mencoba bergerak, tapi kemudian aku menyadari lengan yang mengekangku. Berbaring menyamping, dia melekat ke punggungku, melingkari pinggangku di bawah baju yang tak dikancingkan. Kemudian, lewat kaki telanjang tanpa celana, tangannya menggosok milikku.

"Hei..."

Saat aku mengeluarkan suara yang nyaris pecah diantara napasnya yang kasar, pria yang menghisap tengkukku menempel di punggung seolah-olah sudah menunggu.

PaybackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang