[ DUA TAHUN KEMUDIAN ]
Siang ini matahari bersinar begitu terik, membuat kepalaku terasa pusing walau aku memakai helm saat keluar dari Kampusku.
Ya, setelah pulang dari rumah Nenek dan kembali ke rumahku di Jakarta, aku meneruskan hidupku. Menyelesaikan sekolah SMAku dan masuk Kampus yang aku inginkan. Kini aku kuliah di Kampus yang paling terkenal di kota Bandung. Dan aku memilih untuk indekos dengan menyewa satu rumah munggil namun nyaman untuk ditingali.
Sengaja juga aku memilih rumah indost yang agak jauh dari area Kampusku. Sebagai efeknya cuaca panas saat pulang begini aku harus aku terima sebagai resikonya. Aku masukkan motorku ke garasi samping. Aku masuk kerumah sambil melepas helm yang aku taruh sembarangan di atas meja tamu di teras depan. Kuambil kunci rumah dan membuka pintu, hawa dingin ruang tenggah yang sengaja AC nya tadi tidak aku matikan langsung menyergab diriku.
Ahhhhh .... Segarnya.
Kenyamanan seperti ini yang aku nantikan sejak tadi. Dan hari ini aku sengaja juga tidak masuk perkuliahanku yang ke dua, kepalaku terasa pusing sekali. Aku ingin beristirahat saja melepas penat. Dan rumah kostku ini adalah pilihan yang paling tepat.
Ini juga salah satu keuntungan tinggal sendiri. Rumah bisa aku atur sendiri, aku tinggal, pergi dan datang sesuka hati, tanpa harus menerima ocehan atau teguran dari orang lain. Dan dengan santainya juga aku melepas jaket yang langsung teresampir di sofa depan, sepatuku berurutan tergeletak di atas karpet, sebelah kanan ... kaos kaki .... Sebelah kiri .... Kaos kaki. Bahkan aku melepas celana jeans ku diantara ruang tengah dan dapur.
Hawa dingin lemari es langsung menerpa kedua pahaku yang polos. Karena aku hanya memakai celana boxer dan kaos oblong saja. Kuambil air putih dalam botol yang super dingin. Terasa gelenyar yang aku suka saat air itu membasahi kerongonganku dan meluncur aman di perut.
Kucomot satu buah pisang yang tinggal separu sisir diatas meja makan. Kuambil majalah edisi terbaru kesukaanku dan langsung kurebahkan tubuhku di sofa Panjang ruang tengah.
Ahhhh ..... sesantai ini yang aku inginkan.
Kulit pisang aku letakan diatas meja pendek, beberapa halaman sudah terlewat dan sekarang aku tengah menikmati ulasan artikel yang menarik perhatianku. Saat itulah aku mendegar ketukan di pintu.
Awalnya aku diam saja. Namun ketukan ketiga terdengar dan sekarang lebih keras.
Siapa yang datang siang-siang begini ?
Aku tidak suka membagi alamat rumah kostku pada orang lain, temen kampus hanya dua orang yang tahu, itupun temen deket sekali. Yang lain cuman Mama dan Tante Lidia yang tinggal di Malang yang tahu.
..... Apakah kurir ?
Tetapi aku tidak memesan atau belanja apa-apa akhir minggu ini.
Dengan Langkah malas aku mendekati pintu dan mengintip melalui lubang intip pintu yang memang sudah dipasang.
Ruang depan tampak lengang, namun dari sudut kiri tampak sesosok bayangan seseorang berdiri. Dia membelakangi pintu dan terlihat sedang memperhatikan area depan rumah. Dan yang lebih mengherankan lagi. Sosok laki-laki berbadan tegap dan tinggi itu memakai seragam doreng hijau khas seragam Angkatan Darat. Dan potongan rambutnya cepak khas seorang Tentara.
Ada tantara di depan pintu aku ? ..... Ngapain ? ..... Dan siapa dia.
Penuh penasaran akhirnya aku membuka pintu walau aku sisakan sedikit sebab aku sedang tidak ingin di gaganggu, jika pria itu hanya mau menanyakan alamat aku akan menjawab seperlunya saja.