02. Kania dan Leon

118 75 351
                                    

Pagi-pagi Kania duduk termenung di kursinya. Sampai-sampai tak menyadari kehadiran Zara duduk di sampingnya.

"Kenapa Lo?" Kania tak merespon membuat dahi Zara mengkerut kebingungan.

"Woi, Lo kenapa?" Tanya Zara lagi dengan sebuah cubitan yang mendarat mulus di lengan Kania, sampai membuat sang empu kesakitan dan tersadar dari lamunannya.

"Aww, Lo?. Apaan sih Zar." Kesal Kania pada Zara.

"Dih, lagian Lo pagi-pagi dah ngelamun wae. Pasti Lo ngebayangin yang aneh-aneh kan?" Kania menatap Zara jengah karena mendengar tuduhan darinya.

"Sembarangan Lo kalo ngomong."

"Yaudah sih, nggak usah marah-marah."

Bukan Kania dan Zara jika tidak pernah berantem dalam sehari. Jika Zara yang suka cari masalah dan Kania yang mudah terpancing, lengkap sekali.

•••

Seluruh kelas 12 kini sedang berkumpul di aula sekolahnya. Karena, akan ada mahasiswa yang ingin melakukan sosialisasi.

Kania dan Zara tentu turut hadir pada acara itu. Jika Kania ikut karena memang tertarik dengan Kampus yang ingin di sosialisasikan itu, maka berbeda dengan Zara, niat utamanya untuk hadir yaitu karena ingin melihat wajah tampan para mahasiswa yang turut hadir.

Zara yang kelewat semangat pun menarik tangan Kania agar mau menemaninya duduk di bangku paling depan. Kania yang tidak bisa apa-apa hanya pasrah dengan kelakuan sahabatnya itu.

Tepat sekali mereka duduk tepat di depan para mahasiswa tanpa ada satupun yang menghalanginya. Kania memutar bola matanya malas melihat senyum sumringan Zara.

Jika bukan sahabatnya mana mau dia duduk dia seperti ini.

Kania mencoba memperhatikan wajah-wajah mahasiswa di depannya itu dengan satu persatu dan maniknya berhenti saat melihat seseorang yang tidak asing di penglihatannya.

Kania menatap dia lekat dan berusaha mengulik kembali ingatannya. Saking fokusnya dia tidak berkedip dan membuat orang yang ditatapnya juga kembali melihatnya.

Jadilah mereka adu pandang, sampai Kania sudah mengingat siapa dia. Dengan cepat dia memutus kontak matanya.

Kania berusaha agar tidak salah tingkah saat ini, dan berusaha seperti tidak terjadi apa-apa.

"Ganteng banget tu cowok, ya kan?" Zara tak mendapat respon.

Zara mencoba memperhatikan cowok itu dan mengikuti ke mana arah pandangnya. Tepat sekali cowok itu sedang menatap Kania.

Sedangkan Kania sedang sibuk memainkan ponselnya.

"Kania, Cowok ganteng itu ngeliat Lo tau."

"Hah, apaan sih." Kania mengelak dan inisiatif sedikit mendongak untuk memastikan apa benar kata Zara.

Dan Yap, dia masih menatapnya.

"Beneran gue, apa jangan-jangan dia naksir ya sama Lo."

"Ngaco lo mah, kebanyakan nonton drakor."

"Aelah, kan lumayan tau Lo bisa pacaran sama mahasiswa ganteng kek dia." Goda Zara tak henti sampai membuat Kania ingin sekali melakban mulutnya.

"Diem gak Lo! pikiran Lo terlalu jauh tau nggak."

"Pantes nggak ada yang mau sama Lo, Lo nya aja ganas." satu pukulan mendarat di bahu Zara yang membuat sang empu merengek kesakitan.

"Kalo bukan Lo sahabat gue, udah habis Lo gue geprek buat jadiin pakan lele." kesal Zara tapi Kania tak peduli.

UNTUK KANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang