"Lisaaa!"
Jihan berteriak memanggil sahabat nya itu yang masih berjalan dengan cepat ke arah belakang sekolah.Jihan mengatur nafasnya yang ngos ngosan akibat berlari untuk mengejar Melisa, dia menatap ke kanan dan kiri. Jam sudah menunjukkan pukul 8:30 dan sudah waktunya mereka belajar, aula pun tampak sepi dan kelas kelas juga mulai terisi penuh karna memang sudah waktu pembelajaran, Jihan menepuk jidatnya pelan, dia merasa malu karna asal berteriak membuat beberapa ahh banyak mata memandang nya. Guru yang ingin masuk ke kelas pun menatap Jihan dengan tatapan marah dan kesal karna merasa terganggu dengan ulah Jihan.
Melihat itu semua Jihan langsung saja berlari meninggal tempat TKP sekarang tujuan nya hanya ingin menemukan Melisa dan menenangkan gadis itu, dia tak peduli jika dirinya di Alpa, dia hanya memperdulikan Melisa saat ini.
************
Melisa duduk diam taman sekolah nya, dia menatap kedepan dengan pandangan kosong, perlahan dirinya merebahkan badan nya di rerumputan dibawah pohon besar melindungi diri nya agar tak terkena matahari, Melisa menatap dedaunan tak ada yang menarik selain dedaunan itu.
Saat ini dirinya ingin menangis, sangat ingin menangis dia tak sanggup lagi untuk menahan semua ini!
Dia bukan gadis kuat, selama ini dirinya sudah cukup bersabar dan terus terusan terlihat dalam keadaan baik baik saja, dia tak pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya, ini berbeda dia tak pernah mendapatkan kekerasan disekolah, ini pertama kali nya dirinya ditampar didepan banyak orang.
Dirinya memang terbiasa dipukul ketika di rumah!
Yap dia sudah terbiasa mendapatkan nya dirumah, jadi ketika mendapatkan nya di sekolah itu membuat nya kaget. Karna hanya disekolah Melisa bisa menghindari rasa sakit yang sering didapatkan nya ketika didalam rumah, hanya disekolah lah dia bisa terbebas akan rasa sakit itu.
Kalo disekolah dia mendapatkan kekerasan maka dimana lagi dia tak akan mendapat kan kekerasan?
Melisa menutup mata nya, air mata nya mengalir dengan deras dia masih dalam kondisi menutup mata tak berniat untuk menghapuskan air mata nya.
Jika dirinya sudah tak bernafas lagi apakah akan ada ketenangan?
Apakah dia tak akan merasakan sakit lagi?
Jika dia memilih untuk mengakhiri hidupnya apakah dia akan terbebas dari rasa menyakitkan ini?
Jika memang itu bisa menghapus segala sakitnya, mungkin Melisa akan mencoba nya, dia akan mencoba untuk mengakhiri hidupnya seperti impian keluarga besar nya. Dia akan menyerah saja, dia sudah terlalu lelah berharap kepada sesuatu yang mustahil dirinya dapatkan jika memang hanya kematian yang menunggu nya maka dia tak akan ragu untuk mengakhiri hidupnya saat ini, dia akan dengan suka cita menyambut kematian nya.
"L-lisa"
Suara bergetar itu menyapa indra pendengar nya, membuat Melisa membuka mata nya, dirinya tau suara siapa ini, Jihan sang sahabat tentunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PAIN IS TOO DEEP
Fiksi Penggemar𝘙𝘢𝘴𝘢 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵 𝘪𝘯𝘪, 𝘬𝘢𝘱𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳? 𝘈𝘱𝘢 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶 𝘣𝘦𝘯𝘤𝘪 𝘯𝘺𝘢 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘶 𝘴𝘢𝘮𝘱𝘢𝘐 𝘬𝘦𝘣𝘢𝘩𝘢𝘨𝘪𝘢𝘢𝘯 𝘱𝘶𝘯, 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘴𝘶𝘭𝘪𝘵 𝘬𝘶 𝘤𝘢𝘱𝘢𝘪? ⬤⬤⬤ Publish: 30 Januari 2...