•
•
•
•
•
•Dari tadi lysta mengoceh sambilan mengkemasi barang-barangnya dengan temen-temennya disebrang sana. Sebenarnya ia ingin menolak namun entah kenapa sangat berat untuk menolak permintaan bian.
"Terus kenapa lo terima perjodohan nya?." Tanya lisya disebrang sana melalui handphone.
"Lo tau sendiri, bokap gue nggak pernah meminta apa pun dari gue dan juga dia selalu tidak pernah nolak apa yang gue minta, ini permintaan pertama dia masa gue nolak. nggak tau diri banget gue jadi anak." Jelas lysta. "Gue pernah nolak sihh awalnya, mungkin cuma ini yang bisa gue lakuin buat dia."
"Terus gimana dengan rencana lo?." Tanya runa.
"Gue nggak tau na, nggak mungkin gue berhenti di tengah jalan juga kan, usaha gue jadi sia sia dong." Jawab lysta.
"Kenapa lu nggak ajak Bian ikut serta?." Usulan Abel.
"Gila lu!, salah satu alasan gue mau nikah sama dia kan karna rencana gue."
"Kan siapa tau dia mau berada di pihak lu."
"Itu sama aja membuat masalah abelta!."
"Oh ya, gue hampir lupa bilang sama lu ta, ternyata mama nya bian dulu deket sama kuntilanak dirumah lu, tapi gue belum tau jelas kenapa mereka seolah nggak kenal." Ucap lisya.
"Oke makasih info nya." Lysta memutuskan panggilan sepihak. Pantas ia merasa anehh antara mariana dengan zarima. Lysta bisa melihat kebencian dari mata mariana pada zarima ia semakin penasaran apa yang terjadi di antara mereka berdua dan bertiga dengan ibundanya.
Tok! tok!
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan lysta, ia mendongak melihat kearah pintu ternyata safrima.
"Mau ngapain lu ke kamar gue?." Tanya lysta sinis.
"Gue cuma mau temenan sama lo, gue capek berantem, gue mau damai sama lu." Ujar safrima sok sedih.
"Temen?!, setelah nyokap lo rebut ayah dari bunda gue dan lo ngerebut pacar gue, terus lo mau bertemanan sama gue?! Buat apa? Biar lu bisa ngerebut semua apa yang gue punya?!! Hah?!!!." Lysta muak dengan sikap cewek itu kepadanya.
"Maksud lo ap-apa gu---"
"Pergi dari sini sebelum tangan gue melayang!." Geram lysta.
"Maaf."
"Maaf?! Dengan kata maaf lu apa yang bisa di ubah?!!." Cairan bening turun membasahi pipi tembem lysta.
Safrima bungkam. Dari pada kenak masalah ia keluar dari kamar lysta.
Lysta udah cukup hancur kehilangan bunda nya, terus kenapa ada saja orang yang merusak kebahagiaan nya. Apa itu adil?.
"Dek! Gimana ma---" Nachar yang datang tiba-tiba membuat lysta tidak bisa menutupi kesedihannya. Nachar menatap adiknya penuh dengan pertanyaan, ia membawa lysta kedalam pelukan hangatnya mengelus surai panjang lysta.
"Kenapa? Hm?, Apa yang salah?, Apanya yang tidak menyenangkan?." Tangan nachar bertubi-tubi.
"No, l'm okey." Lysta melepaskan pelukan menghapus air matanya.
"Sorry beby, abang nggak punya waktu buat kamu selama ini."
"Nggak papa lah, kita punya kehidupan masing-masing dan kesibukan masing-masing, kan abang sekarang udah ada disini." Lysta melemparkan senyuman manis kepada nachar.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALLYSTA! |END| (Revisi)
General FictionFollow dulu sebelum baca! Selama dua tahun tinggal di Amerika, Callysta memutuskan untuk kembali ke indonesia dan sekolah disana. Callysta kembali untuk mencari tau penyebab kepergian sang bunda. Sebenarnya apa yang terjadi delapan tahun yang lalu...