VANILLA SKY (CHAPTER 6)

145 10 41
                                    

Suasana pekarangan rumah Tuan Saewoon sungguh indah. Sebenarnya kediaman pria itu tidak terlalu besar dan luas. Namun sang istri pandai merawat setiap tanaman yang ditata dengan rapih dan terstruktur di sepanjang halaman samping. Hampir setiap pagi selama menumpang di sana, Mingyu menghabiskan waktu untuk menikmati semua itu. Dari teras belakang, dia bisa mendapati lansekap hamparan lereng yang hijau dan tertutup kabut-kabut yang turun menutupi kaki bukit disambung ukiran bentuk gunung yang menghalangi bentangan laut di seberang sana. 

"Apa sekarang kau mulai tertarik dengan keadaan di sini?" 

Mingyu menoleh dan lantas tersenyum. Tuan Saewoon tergopoh mendekatinya, membawa nampan yang di atasnya ada semangkuk bubur abalon didampingi segelas teh daun suji dengan kepulan uap hangat  membawa aroma pegunungan. 

"Terima kasih banyak, kau sangat memerhatikan keadaanku di sini." 

Pemuda itu membantu memindahkan bubur ke atas meja kecil. Dia lantas menaikkan kedua kaki dalam posisi bersila menghadap pada Tuan Saewoon. 

"Tuan Lee sudah menitipkanmu sebelum datang kemari, aku juga berjanji akan membantumu dengan semaksimal mungkin untuk bisa menemukan kakakmu lagi. Kudengar kau sudah mendapatkan petunjuk?" 

"Aku tidak yakin tapi ... " 

Mingyu lantas teringat pertemuannya dengan Youngjo di festival kembang api tadi malam. 

"Boleh aku bertanya sesuatu, Paman?" 

Tuan Saewoon mengangguk. Dia memindahkan acar timun ke atas mangkuk milik Mingyu. 

"Apakah Kim Youngjo selama ini tinggal sendirian?" 

"Kim Youngjo? Maksudmu si penjual madu itu?" 

"Iya." 

"Dia memang tinggal seorang diri. Kedua orang tuanya meninggal saat dia berusia lima belas tahun karena kecelakaan. Dia juga tidak punya sanak saudara. Ah, dulu bibinya sempat mengurus anak itu tapi kemudian pindah ke Busan karena menikah lagi."

"Jadi kalau dia bilang dia punya teman yang sekarang tinggal bersamanya, itu bisa dibilang tidak mungkin?"

Tuan Saewoon lantas mengerutkan kening. "Teman?" Pria itu mencoba mengingat-ingat. "Kalau teman yang dimaksud adalah Son Dongju, aku tidak akan menyebut itu sebagai sebuah ketidakmungkinan. Lagipula mereka memang sangat dekat sampai-sampai Dongju sering menginap di sana untuk menemani Youngjo." 

Mingyu lantas mengeluarkan ponsel lalu dia perlihatkan foto Soo Hyuk padanya. 

"Ini kakakku," katanya dengan nada sedih dan tatapan yang langsung murung. "Aku yakin aku sempat melihat pria yang mirip dengan Soo Hyuk hyung tadi malam saat festival kembang api tapi aku kehilangan jejak." 

Pria di hadapan Mingyu langsung ikut mengamati. Keningnya berkerut dalam. 

"Aku sendiri belum pernah melihat orang ini berkeliaran di sekitar kota. Mungkinkah dia tinggal dengan salah satu warga kami?" 

Kepala Mingyu tiba-tiba saja berdenyut membayangkan ia harus memastikan keberadaan Soo Hyuk dengan cara mengunjungi satu per satu setiap rumah warga. 

"Apakah Youngjo termasuk orang yang jarang berbaur? Maksudku, kelihatannya dia seperti seorang penyendiri." 

"Yah, dia memang lebih tertutup. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Youngjo hampir tidak pernah lagi mengikuti setiap kegiatan yang diadadakan oleh warga sini. Aku bisa memakluminya. Selama ini, kedua orang tua Youngjo sangat melindungi anak itu. Dia satu-satunya keturunan yang berhasil lahir di keluarga Kim. Butuh penantian hampir sepuluh tahun bagi pasangan suami istri itu. Jadilah Youngjo lebih sering dikurung di rumah. Youngjo tidak bersekolah normal seperti anak-anak lain. Mereka memanggil guru private sampai dia beranjak dewasa. Sayangnya usaha mereka melindungi Youngjo tidak berlangsung lama. Mereka juga tidak meninggalkan warisan yang layak untuk Youngjo kecuali rumah dan sebagian petak perkebunan." 

VERSELUFT || RAVN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang