449 44 0
                                    

Wei Wuxian menerima pesan singkat pada ponselnya, melirik sang pengirim sebelum terkikik saat melihat notifikasi.

"Kau seperti anak gadis yang buta cinta," Jiang Cheng mendengus kesal melihat tingkahnya.

"Jiang Cheng, sepertinya kau selalu berkomentar entah apapun yang ku lakukan? Jangan-jangan kau suka padaku, ya?" Wei Wuxian mendelik, ia memainkan alisnya naik turun, menggoda sepupunya.

"Hanya orang gila yang menyukaimu!" Dan sebuah bantal melayang tepat ke arah wajahnya.

"Yak! Berani melemparku?!" Suara itu naik seiring lemparan balasan balik yang menyerang Jiang Cheng.

Dua kali lipat. Wei Wuxian melempar dua bantal sekaligus.

"Apa apaan! Aku hanya melempar satu? Dan kau membalas dua padaku?!"

BRUK. BRUK. BRUK

Pelakunya tentu saja, Jiang Cheng.

"Jie-jiee!" Suaranya menggema nyaring.

"Tidak usah mengadu, sini kau, akan ku habisi dirimu!" Jiang Cheng menarik kakinya dan memukulkan bantal itu secara bertubi-tubi.

"Yak! Jiang Cheng! Kau pikir aku tidak akan melawan, hah?" Lalu entah dari mana, sebuah guling menghantam perutnya, membuat Jiang Cheng oleng.

"Wei Wuxian!"

"Jiang Cheng!"

Keduanya saling menatap dengan kesal, dengan bantal serta guling yang menjadi pegangan, seakan siap menyerang lawan yang ada di hadapan.

"A-Cheng, A-Xian?"

BRUK. BRUK!

"Jie-jie?!" Keduanya berseru kaget melihat Jiang Yanli yang berantakan, rambutnya kusut akibat lemparan keduanya.

Ya, bantal dan guling itu tidak sengaja melayang saat ia memanggil keduanya untuk makan. Siapa sangka ia malah jadi korban mereka.

"A-Cheng一"  Jiang Yanli menatap datar adiknya.

"一A-Xian," kemudian beralih pada Wei Wuxian yang telah menundukkan kepala.

"Sini kalian berdua!"

Dan ia pun membalas keduanya tanpa ampun.

.....

Jiang Cheng serta Wei Wuxian kini berada di luar rumah.

Keduanya di usir oleh ibunya Jiang Cheng, Yu Ziyuan.

Jika kalian bertanya, mengapa hanya berdua?

Jawabannya tentu saja mereka biangnya.

"Jiang Cheng aku lapar!" Wei Wuxian mendudukkan diri pada pinggir jalan, meluruskan kakinya yang kesemutan.

"Salahmu kita di usir!" Dengan bersedekap, Jiang Cheng bersandar pada pohon terdekat, mendengus akan kondisi mereka saat ini.

"Kita harus cari makan, lalu meminta maaf pada tante!" Wei Wuxian berdiri, ia merenggangkan tangan ke atas.

"Ayo!" Dan pergi ke arah kerumunan orang pada siang yang padat ini.

.....

"Jiang Cheng, aku rindu makanan disini, sudah lama ternyata aku pergi," tusukan apel yang berselimut gula itu hanya sisa separuhnya saja.

"Siapa yang menyuruhmu pergi?" Sama dengan sepupunya, ia memakan permen apel yang di selimuti gula berwarna merah, penampilan mengkilat itu bersinar di bawah cahaya matahari.

"Tidak ada, aku hanya rindu orang tuaku," sebenarnya berbicara sambil makan itu tidak diperbolehkan, namun karena anak itu menyebut orang tua, Jiang Cheng hanya diam mendengarkan.

"Perlu waktu 6 tahun?" ia memindahkan posisi duduknya.

"Apanya?" Wei Wuxian menoleh, kini keduanya duduk berdampingan.

"Melepas rindumu, butuh waktu selama itu?" Jiang Cheng mencuri segigit gula apel miliknya. "Sepi dirumah cuma berdua dengan Jie," sebelum Wei Wuxian memprotes, Jiang Cheng melanjutkan perkataannya.

"Ku kira kau membenciku," Wei Wuxian terkekeh, sepupunya ini sangat susah mengekspresikan diri.

"Bodoh! Aku memang membencimu, Jie bahkan lebih peduli padamu, ayahku juga,"

"Tapi ku pikir itu wajar, kita seumuran, tapi mereka lebih dahulu pergi, tentu saja keluargaku harus jadi baik,"

Jiang Cheng mengoceh lebar, ini pertama kalinya.

"Terima kasih, Jiang Cheng," Wei Wuxian bergumam pelan, ia mengalihkan pandangannya.

"Mn, maafkan aku juga," dan di sambut lirihan dari orang di sebelahnya.

Mereka berdua memanglah keluarga, namun terlalu dekat hingga perasaan tidak tersampaikan dengan baik. Meski keduanya saling mengejek dan menggoda, terkadang hubungan mereka lebih erat dibanding saudara kandung.

Jiang Cheng benar-benar merasa sepi saat Wei Wuxian pergi jauh ke negara orang tuanya tinggal dulu, di rumah ia bermain seadanya karena ia bukanlah orang yang bisa cepat akrab dengan orang lain.

Sedangkan Wei Wuxian, ia kembali setelah dua tahun penghormatan kematian kedua orang tuanya, awalnya ia baik-baik saja di Negeri Sakura itu, namun kenangannya terlalu banyak. Dan ia pandai menyembunyikan luka.

Keduanya tanpa sadar saling membutuhkan, karena itulah Wei Wuxian tidak ingin berlama-lama disana, sesuai janjinya, 6 tahun ia kembali. Lalu dengan Jiang Cheng, ia bahkan memohon pada ayahnya agar bisa mengikuti Seijin Shiki di kuil yang sama dengan Wei Wuxian.

Diam-diam tanpa kata, berdua saling mengasihi sekuat baja.

.....

"Siapa yang kau kirimin pesan tadi?" Jiang Cheng membuka suara. Setelah keheningan senyap mereka sebelumnya.

"Ah? Itu Arata-senpai."

"Kakak kelasmu dulu yang selalu menghukummu berlari di lapangan itu?" Jiang Cheng tentu ingat dengan cerita Wei Wuxian pada masanya, mereka saling bertukar kabar meski tidak bertemu.

"Iya! Benar! Dia yang selalu menangkapku! Aish, padahal ku pikir aku sudah bisa kabur tanpa hukuman!"

"Berarti kau tidak cerdas, untung saja kakak kelas itu selalu menangkapmu, kalau tidak, bisa-bisa kau menghamili anak orang disana!"

"Hei? Aku hanya suka melihat dan menggoda perempuan-perempuan cantik! Tidak untuk meniduri mereka! Aku bahkan masih perjaka, kau tau?!" Wei Wuxian melayangkan protes, tuduhan itu tidak benar!

"Hanya menebak, lagipula aku tidak akan kaget jika kau suka berganti pasangan,"

"Astaga Jiang Cheng! Kau pikir aku ini apa?" Wei Wuxian mengerang tidak percaya.

"Kau manusia, dan seorang pemuda yang punya banyak peminat, apakah aku salah?" Jiang Cheng menatap matanya lekat. Wei Wuxian mengalihkan pandangannya.

"Err, untuk itu, no comment!" Tangannya menyilang di depan dada.

"Baik, baik. Kau masih perjaka, jadi ayo tuan perjaka, kita harus kembali, jie akan mencari kita," Jiang Cheng membuang tusuk kayu pada tong sampah, lalu mendorong tubuh Wei Wuxian agar berjalan.

"Jiang Cheng?" Kepala itu menoleh ke belakang.

"Apa?"

"Kau sudah tidak perjaka?"

"HAHH?"

.....

.....

.....

Sirna (MDZS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang