Her

620 63 4
                                    

NARUHINA

Ada hal yang paling Naruto sesali dalam hidup, yaitu menjadi bodoh.

Semua orang selalu mengatainya bodoh dan selama ini Naruto tidak pernah peduli, toh memang mungkin benar seperti itu.

Tapi saat ini, saat semua hal yang telah mereka lalui dalam misi di bulan, Pria itu merasa betapa benar-benar bodohnya dirinya selama ini.

Di saat dulu dirinya selalu berusaha mencari perhatian semua orang, berusaha mendapatkan pengakuan dan cinta, perempuan itu sudah disana lebih dulu, melihat, mendukung, memberikan kasih dan mengakui kalau dirinya ada, hidup dan berarti walaupun tidak diminta.

Cinta yang selama ini selalu Naruto inginkan ternyata di dekatnya, sahabat baiknya, betapa bersyukurnya ia masih di berikan kesempatan oleh tuhan untuk sadar bahwa selama ini gadis itu selalu ada.

Naruto tidak pernah merasa menjadi pria paling bahagia sebelumnya, dirinya sadar akan perasaan perempuan itu dan sadar perasaannya yang selama ini tersimpan.

Mereka jadi pasangan setelah misi itu, berbagi kasih dan mendapatkan cinta yang begitu besar dari perempuannya, Hinatanya.

Sangat sulit baginya untuk mengimbangi rasa yang Hinata beri, begitu besarnya setiap hari, sampai Naruto pikir dia tidak akan bisa membalas sampai mati.

Hinata disini, mencintai, merawat, memberikan apapun yang dia minta dan yang tidak di minta sekalipun.

Adakah hal yang bisa di lakukan untuk perempuan sehebat itu ?

*********

Hinata yang lagi fokus memasak tidak menyadari kalau sedari tadi sudah di pandangi oleh Naruto dari meja makan, dengan tatapan yang sulit di artikan.

Naruto melangkah ke arahnya dan memeluk dari belakang. Pria itu merebahkan kepala di bahu hangat Hinata.

Merasakan ada yang memeluknya posesif, gadis itu hanya tersenyum tipis seraya mengelus tangan besar Naruto di perut.

"Tunggu sebentar lagi ya, apa Naruto-kun sudah lapar sekali ?"

Hinata pikir, mungkin Naruto sudah tidak tahan dan ingin makan segera.

Naruto makin mengeratkan pelukan, dia tidak lapar, tapi entah kenapa malam ini, melihat Hinata yang untuk kesekian kalinya memasak untuknya dirumah, membuat perasaanya campur aduk. Apa selama ini dia sudah pantas untuk Hinata, apa Hinata bahagia dengannya ?

Selalu hal itu yang ada di pikiran, apa dia sudah memberikan cinta yang sama besarnya untuk wanita itu, mengingat betapa luasnya cinta yang Hinata berikan padanya, bahkan sebelum dia sadari.

"Apa kau bahagia denganku, Hinata ?"

Naruto semakin menyembunyikan wajahnya di bahu Hinata, entah kenapa malam ini dia sangat emosional.

Mereka terdiam cukup lama dalam keadaan itu.

"Apa, kau bahagia dengankan Hinata ?" Saat tidak ada jawaban dari Hinatanya, Naruto mengulangi pertanyaannya.

Apa mungkin Hinata tidak bahagia dengannya ?

Hinata melepaskan pelukan Naruto yang memeluk perutnya erat, mematikan kompor dan membalikan tubuh agar bisa melihat prian itu.

Hinata cukup penasaran apa yang membuat pria itu terdengar gusar, terlebih pertanyaan yang barusan dia berikan, tidak seperti biasanya.

"Naruto-kun kenapa, apa ada yang sakit selama misi hari ini ?" Hinata melihat pria itu dari bawah sampai atas.

HerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang