3. Sambutan Menyebalkan

219 22 0
                                    

Selamat membaca

•••

Pukul empat, akhirnya sekolah selesai. Di depan sekolah tampak macet. Angkot yang berhenti sembarang untuk menunggu penumpang. Beberapa motor---yang sepertinya ojek online---ada di banyak titik. Para pedagang kaki lima yang melayani beberapa siswa. Juga, siswa yang menyebrang berlalu-lalang.

Huh, jalan depan sekolahnya terbilang sempit untuk ukuran SMK dengan delapan jurusan.

Tahu jika depan sekolah akan ramai, Kale memilih diam dahulu di kelas sembari menonton film horor dari gawai miliknya bersama beberapa teman---sama-sama menunggu jalanan agak sepi. Tentunya menggunakan Wi-Fi sekolah untuk mengakses, enggan menghabiskan kuota internetnya hanya untuk film.

"AAA!" seru mereka kala jumpscare muncul di layar. Setelahnya, tertawa bersama, mengabaikan film yang masih terputar.

"Sumpah, tuh jumpscare bikin kaget banget," ucap Anggi, salah satu teman Kale yang ikut menonton, mengomentari.

"Namanya juga jumpscare," balas Kean, kembali fokus pada tayangan film.

"Paling jumpscare sejauh ini, sih," ucap Alena, ikut nimbrung pada komentar teman-temannya. "Lo kaget gak, Le? Secara, kan, lo paling deket nontonnya tadi."

Merasa disebut namanya, Kale menoleh sebentar ke arah Alena, lalu kembali menonton. "Gak usah ditanya," jawabnya.

"Si Kale paling kenceng teriaknya, anjir!" ucap Kean, mengompori teman sebangkunya.

"Nonton apa, sih?" tanya Angga yang berjalan menghampiri---terusik tidurnya karena obrolan empat temannya.

Penasaran, Angga menaiki meja belakang bangku mereka menonton, lalu duduk di situ untuk ikut menonton. "Anjir, film ini," gumamnya kala melihat film itu.

"Lo udah nonton, Ga?" tanya Alena.

Hanya gumaman sebagai jawaban.

"Ending-nya gimana?" tanya Anggi. Perempuan ini memang pecinta spoiler.

Oh, ya, Angga dan Anggi tidak kembar. Pernah sekali mereka ditanya teman sekelasnya, "Namanya mirip banget, kalian kembar?" Dan jawaban mereka tidak jauh dari, "Amit-amit gue jadi kembaran si Angga." atau "Ogah banget gue kalau jadi kembaran si Anggi."

"Ending-nya si---"

"Jangan spoiler!" ucap Alena, memotong ucapan Angga yang sekarang terkekeh.

"Ih, Len, lo gak penasaran apa?" bela Anggi.

"Penasaran, lah. Tapi tamatin dah filmnya," jawab Alena.

Hampir menuju ending, tinggal beberapa menit lagi, satpam sekolah datang ke kelas mereka. "Cepet pulang, gerbang mau ditutup," titah satpam itu, sekaligus mengusir mereka.

"Sebentar lagi, dong, Pak," tawar Kean.

"Gak ada sebentar lagi. Cepetan pulang!"

Melihat satpam yang masih berdiri di ambang pintu kelasnya, mau tidak mau mereka harus bersiap pulang. Sementara, Angga sudah berjalan keluar kelas untuk memakai sepatu sejak satpam itu datang---sekolah mereka mengharuskan setiap siswa dan guru membuka alas kakinya ketika memasuki kelas. Jadi, jangan heran kelas di sekolah mereka selalu bersih. Setidaknya, tidak ada jejak kotor dari sepatu.

Satu per satu keluar kelas, mengambil sepatu dari rak, lalu memakainya di teras kelas. Setelah semua selesai, dan setelah mengucapkan terima kasih pada satpam, barulah mereka berjalan beriringan menuju gerbang sekolah.

BungsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang