• 07 •

19K 68 3
                                    

Seminggu setelah kejadian itu, Perla dan Fajar tidak berinteraksi sama sekali, keduanya hanya berusaha tidak memperdulikan satu sama lain.

Terutama Fajar, pria itu bersikap seolah tidak terjadi apapun dengan Perla bahkan setelah melakukannya dia tidak pernah meminta maaf kepada Perla.

Seperti hari ini, keduanya tidak sengaja berpapasan di lorong apartement. Perla meliriknya, rambut Fajar terlihat berantakan dan dua kancing kemejanya di biarkan terbuka begitu saja, tak lupa dengan rokok yang dia hisap membuat asapnya mengepul di udara.

Perla membuang pandangannya, muak melihat pria itu, berjalan cepat menuju lift.

Fajar tidak menoleh sama sekali, memilih menikmati rokoknya ingin melupakan semua masalah di pikirannya.

Saat mulai memasuki apartementnya Fajar membuka kancing kemejanya yang lain, membuangnya sembarangan kemudian kembali menghisap rokoknya.

Fajar menghela napasnya lalu menjatuhkan tubuhnya terduduk dengan punggung yang di sandarkan ke sofa. Fajar menatap tangan kirinya, teringat kejadian sore itu saat ia mencium mesra Perla.

Sejujurnya, Fajar tertarik pada Perla semenjak wanita itu tinggal di samping apartementnya. Karena merasa itu perasaan yang hanya datang sesaat, Fajar mencoba melupakannya, terlebih Fajar sudah memiliki tunangan, Aina.

Fajar tidak pernah menegur bahkan tersenyum pada Perla sekalipun, tapi seiring berjalannya waktu keduanya mulai mengenal satu sama lain.

Terlebih saat Fajar kehilangan kucingnya, dia memang tidak pernah merawat kucingnya hingga kucing itu mencari makanan sendiri.

Dan yang paling sering kucing itu kunjungi adalah apartement Perla, Fajar sempat beberapa kali memergoki Perla sedang memberi makan kucingnya di taman apartement.

Hingga kucing itu lebih nyaman bersama Perla dari pada bersamanya, sampai saat ini kucing itu telah menjadi milik Perla, Leo namanya.

Bukannya meminta kembalikan kucingnya, Fajar justru senang melihat Leo semakin gemuk setelah di rawat oleh Perla, jadi Fajar membiarkan Leo tetap tinggal bersama wanita cantik itu, lagi pula Fajar masih bisa bermain dengan Leo sesekalikan?

Sikap ketusnya pada Perla sebenarnya adalah salah satu usaha, usaha untuk Fajar tidak lebih dalam jatuh cinta padanya. Sering sekali Fajar merasa terlalu ketus pada Perla, padahal seharusnya tidak perlu seperti itu.

Karena percuma saja menghindarinya, percuma saja mengabaikannya, perasaan Fajar semakin hari justru semakin tumbuh pada wanita tersebut.

Dan kemarin adalah puncaknya, Fajar tidak bisa mengendalikan dirinya hingga mencium Perla begitu saja, yang saat itu Fajar pikir hanya bagaimana cara menenangkan Perla yang menangis.

Pertama kali untuknya melihat Perla menangis seperti itu, pikirnya, mungkin dengan mencium wanita itu akan sedikit menenangkannya.

Mengenai tangannya, Fajar sendiri juga tidak mengerti mengapa tangannya dengan reflek ingin sekali meremas bokong indah Perla.

Sampai saat ini saja Fajar tidak percaya, Fajar mampu menyentuh bahkan berciuman dengannya.

Fajar menatap kedua telapak tangannya, menggerakan tangannya seperti sedang meremas kembali bokong Perla. "Ah sialan." Umpatnya menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Fajar tidak boleh terus seperti ini, bagaimanapun ia harus tetap menjaga perasaan Aina. Meskipun cintanya tidak seutuh dulu tapi Fajar harus tetap memperthankannya.

Tidak mudah untuk keduanya bersama sampai saat ini, Meskipun Aina sering sekali menyakiti Fajar dengan adanya orang ketiga, tapi itu bukan menjadi alasannya untuk ikut mendua.

Able 21+⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang