Kepadatan kafe cukup longgar meski ini memasuki jam makan siang, dan mereka berdua mendapat meja pada pojok kafe di dekat jendela.
"Kopinya enak," ucap Lan Wangji saat mata Wei Wuxian bergeliya pada halaman menu yang disediakan di atas meja.
"Lanzhan sering kesini ya?" Wei Wuxian mengangkat kepalanya, tersenyum saat menatap lelaki di depannya.
"Cukup sering," dan dengan anggukan pelan ia membenarkan.
"Hahahaha, Lanzhan! Kau sedikit kaku ternyata!" Wei Wuxian tertawa lepas, ia baru menemukan orang yang kaku seperti Lan Wangji di masa sekarang, ia nampak seperti orang jaman dulu saja.
"Mn, maafkan aku,"
"Tidak perlu! Astaga aku jadi merasa bersalah," tangannya ia lipat dan menompang pipinya, dengan wajah sendu yang ia buat dengan sengaja.
"Tidak perlu merasa bersalah, Wei Ying," suara itu mengalun sangat pelan, seakan hanya berminat di dengar oleh Wei Wuxian saja.
"Pak! Hei, pak! Kau yang kemaren diberi kertas oleh temanku, bukan?" Seorang pelayan mendatangi meja keduanya, dengan jari menunjuk lurus pada Lan Wangji.
"Mn? Aku lupa," suara itu berbeda dengan yang tadi.
"Aku ingat! Pria tampan yang di kagumi temanku hingga ia memberanikan diri untuk memberimu nomer ponselnya! Namun kau sama sekali tidak memberinya kabar!" Cercah wanita itu.
Akibat hardikannya, semua mata tertuju pada mereka, Lan Wangji hanya menghela nafas dan tetap mempertahankan ekspresi datarnya, lagipula itu kan, bukan salahnya.
"Aku lupa," ucapnya lagi.
"Jika kau lupa mengapa datang kesini lagi, pak? Kau pasti sengaja datang untuk menarik perhatian gadis-gadis muda dan kemudian menjahati mereka, kan?"
Wah, tuduhan itu sangat tidak masuk akal!
"Kopinya enak."
"Hah? Apa maksudmu?"
"Kopinya enak, karena itu aku datang kesini," mata Lan Wangji menatap tajam wanita yang berkoar-koar tanpa alasan.
Sepertinya cara itu berhasil, karena ia nampak terdiam dengan wajah merah karena malu.
"Hahahahaha," Dan Wei Wuxian tidak bisa menahan tawanya lagi.
"Nona pelayan, alasan macam apa kau menuduh Lanzhan? Dengan trik murahan kau pikir tidak ada yang peka? Lagipula nona, apakah tuan muda ini terlihat seperti orang yang akan mencabuli gadis-gadis dan menjahati mereka?" Kemudian sosoknya berdiri, berkacak pinggang di depan wanita tadi.
Seiisi kafe pun ricuh membenarkan perkataan Wei Wuxian. Bagaimana bisa orang dengan pakaian rapi, tanpa ekspresi, dingin tak tersentuh itu bisa jadi orang jahat? Bahkan peduli dengan sekitar pun sepertinya tidak.
"K-kau! Kau pikir di dunia ada orang bersih yang beneran bersih, hah? Bisa jadi itu akal-akalannya saja!"
"Aah, Lanzhan! Ayo pergi saja, lagipula kita belum memesan apapun, kan? Akan ku tunjukkan tempat kopi enak lainnya," tangan Lan Wangji di tarik keluar.
Dengan pasrah Lan Wangji mengikuti dari belakang. Namun sebelum pergi, Wei Wuxian menoleh pada nametag yang terpasang di bagian dada kiri pelayan.
"Nona Wang Jingliao! Jika ada orang jahat di dunia yang seperti dia, maka kau pasti iblisnya, kan?" Dan mereka pun menghilang di balik pintu yang tertutup.
.....
"Lanzhan! Kenapa bisa kau menemukan kafe dengan pelayanan terburuk itu!" Kaki Wei Wuxian menendang batu dengan kesal, ia masih emosi dengan sikap pelayan tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirna (MDZS)
FantasyBagaimana jika Wei Wuxian kembali dan melupakan segalanya? Bagaimana jika Lan Wangji harus hidup abadi demi menebus kesalahannya? dan, bagaimana jika kisah mereka tidak berjalan mulus seperti yang di harapkan? ----- Modern AU MDZS Bl story ⚠️ Bebera...