Brakh!
“Kerjain tugas gua, hari ini harus udah selesai pokonya!” Bentak gadis berambut panjang setelah menggebrak meja gadis yang tengah terduduk ketakutan.
Alina Saqquilla Evalion, gadis cantik berambut panjang juga memiliki badan yang cukup tinggi. Gadis itu masih menduduki kelas sebelas sekolah menengah atas. Ia dikenal sebagai perempuan tergalak membuat gadis itu hanya memiliki sedikit teman saja dan ia sering kali membully para murid lemah.
Terutama teman sekelasnya yaitu gadis berkacamata, Nara Clamentin. Semua orang tidak tahu apa alasan Alina selalu menindas Nara.
“Tapi Lin, aku juga belum selesai. Tunggu aku selesai dulu ya, nanti aku kerjain kok.” Jawab Nara sedikit menunduk takut.
Brakh!
Alina kembali menggebrakan meja hingga gadis ber-kacamata itu terperanjat kaget dibuatnya. “Punya gua dulu, atau lu gua siksa lagi kaya kemarin!” Teriak Alina sembari menunjuk wajah Nara mengancam.
Gadis itu tetap saja menunduk menatap lantai. “Iya.” Terima Nara pasrah. Ia sungguh tak ingin jika kejadian kemarin terulang kembali, itu sangat menyakiti raga nya.
Alina menepuk-nepuk pelan kepala Nara. “Good girl.” ucapnya sembari tersenyum, lebih ke senyum kemenangan.
Dengan Nara yang selalu saja menurut padanya itu membuat seorang Alina lebih tidak segan-segan untuk selalu menindas gadis tersebut. Tapi jika Nara tak menuruti apalagi semakin susah maka ia akan membuat gadis itu menurut padanya dengan memakai cara apapun.
“Oh iya, sekalian punya gua juga.” Ucap seorang lelaki yang menghampiri tempat Nara dengan santai sembari menaruh buku tulis pada meja Nara.
“Gausah ikut-ikut.” Tegas Alina pada lelaki itu, ia juga melototkan mata nya pada lelaki tersebut.
“Ke saudara sendiri gausah galak-galak.” Lelaki tersebut tersenyum manis pada Alina lalu setelah itu mencolek dagu gadis itu sebelum akhirnya pergi ke luar kelas.
“Alino!” Teriak Alina kesal saat lelaki itu mulai tak terlihat.
Kembarannya itu sungguh membuat darah tinggi Alina meningkat, pastinya. Karena jika berada didekat lelaki tersebut, Alina selalu saja marah-marah. Alino akan selalu bisa membuat adik kembarannya itu kesal kepadanya.
❀Edelweiss❀
Sesampainya didepan pintu rumah, Alina terlihat menundukkan kepalanya ketakutan. Untuk memegangnya gagang pintunya saja ia tidak berani apalagi masuk kedalamnya. Hingga pintu terbuka diiringi teriakan dari ibu nya membuat ketakutan itu semakin besar.
“ALINA, CEPAT MASUK!” Teriak perempuan paruh baya mencengkram tangan dan menarik Alina kasar ke dalam rumah.
“Kenapa sih mah?” Tanya Alina.
“Pake nanya segala. Tadi bu Rinda ngasih tau kalo soal yang dia kasih ke kamu semua jawabannya salah!” Bentak perempuan itu. “Bodoh, bikin malu saja.” Lanjut perempuan tersebut masih dengan nada yang tinggi.
Nalita Evalion, Ibu Alina. Wanita ini slalu mengekang anak nya untuk menjadi sempurna. Apalagi tentang nilai, sekarang saja ia selalu meminta guru-guru dari anak-anak nya untuk melaporkan padanya jika ada nilai yang buruk, berlaku pada Alina maupun Alino mereka diharuskan jadi yang terbaik disekolah jika tidak ia akan menghukum mereka itu dengan keja.
“Apa? semua jawabannya salah?" Suara lelaki yang baru saja keluar dari kamar atas dan menghampiri nya, berdecak beberapa kali. “Alina Alina, mau sampai kapan sih bodoh, padahal soal tadi gampang banget.” Lanjut Alino menata remeh Alina membuat gadis itu melebarkan matanya tajam.
“Sialan, ini pasti ulah si Naranjing! Bisa-bisa nya bocah itu mainin gua!” teriak Alina membatin.
“Sini kamu!” Teriak Nalita lagi sembari mencengkram lengannya Alina membawa gadis itu menuju ruangan kosong, bisa disebut gudang.
Alina menatap sengit ke arah perempuan yang sudah mencengkram pergelangannya itu. ia terhuyung mundur dan terjatuh ke lantai karena di seret lalu dihempaskan sang ibu. “Sakit mah.” Ringis Alina.
“Sakit?” Tanya Nalita. Ia langsung menjenggut kasar rambut bagian belakang Alina sampai wajah gadis itu mendongak ke atas. “Kenapa bisa salah semua, dasar anak bodoh!” Bentak Nalita penuh amarah.
Alina meringis menahan sakit sesekali meminta agar dilepaskan, tangannya memegangi tangan Nalita yang begitu kuat mencengkram rambut nya. Tapi tak Nalita perdulikan, ia menghempaskan gadis itu. “Sekarang kamu tidur disini sampai pagi, ini hukuman buat kamu.” Ucap Nalita lalu pergi meninggalkan Alina sendirian di ruangan yang kotor dan gelap. Tidak lupa pintu ruangan itu dikunci dari luar oleh Nalita.
Alina duduk termenung memeluk lututnya. Ia belum sempat membersihkan dirinya dan juga mengganti baju seragamnya. “Pah, mamah jahat. Aku mau nyusul papah aja bisa ga pah?” lirih Alina di sela tangisannya.
❀Edelweiss❀
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweiss
Teen Fiction"Aku mau jadi bunga Edelweis karena saat helaian angin mencoba buat jatuhin bunga itu ke tanah tapi bunga itu tetap indah terus ga pernah mati. Dan aku mau jadi bunga Edelweis yang kuat dan indah dari sebelumnya." -Alina Saquilla Evaliona ❀Edelweiss❀