18 #Dia Curiga!

19 2 0
                                    

Aku hanya bisa diam membeku pada saat Bryant memakaikan jaketnya padaku. Karena aku tidak tahu dia pakai sihir apa sehingga aku bisa mati kutu tidak bisa berkutik sama sekali, pada saat dia melakukan hal itu.

Dan yang jelas, kalau sampai kak Tristan bangun dan melihat aku dan Bryant dengan posisi seperti yang saat ini... Mati aku.

Dia melingkarkan tangannya di pundakku sambil memijit pelan pundakku. Siapa aja pasti akan hanya diam kalau yang melakukan itu adalah cowok bule idaman seluruh cewek di sekolahku.

"Ah aku gak papa kok!" aku pecahkan keheningan yang terjadi dan menggeser dudukku agak menjauh darinya.

"Ehem, okay!" seru Bryant sambil menjauh dariku dan duduk di tempat semula sembari meminum es jeruk yang di bikinin oleh bibi.

"Wow, so fresh. I like it. Did you make it by your self!" seru Bryant dengan ekspresi terheran-heran.

Gila apa itu buatan gue, yang bikin bibi lah. Masa iya aku bisa bikin minuman seseger itu.

"Ahh bukan, itu.."

"Ahh is okay, gak usah malu gak papa. Aku suka banget" potong Bryant sambil memberikan senyuman hangatnya padaku.

Njir belum juga aku ngomong udah di potong sama dia, maksa lagi kalau yang bikin itu aku. Ya elah, terserah deh... Biarin aja, asal dia gak minta gue buat bikin ya gak akan terjadi apa apa wkwkwk.

Yang aku takutkan sekarang adalah kalau, kak Tristan tiba-tiba udah bangun terus apa yang bakalan aku sampaikan ke dia?

Ahhh tiba-tiba gak tahu kenapa ni kepala encer banget dah, ada ide yang agak muslihat jadinya...

Semoga si Bryant mau aku ajak ngibulin kakak.

"Eh, Bryant boleh ngomong?" tanyaku sok imut pada saat dia sedang asyik main sama hp nya.

"Ah iya, silahkan!" jawabnya cepet banget dan langsung menaruh hp nya di atas meja sembari tatapan cogannya itu langsung terpapah ke arahku.

Anjir, jadi gak kuat kan. Aduh, vino nyebut harus kuat. Eluhku sambil mengelus dadaku.

Kuambil nafas dalam-dalam untuk mempersiapkan ngomong ke dia.

"Huhh Bryant kalau nanti kakak tiba-tiba bangun dan ke ruang tamu, dan nanyain kamu kenapa kok bisa disini! Kamu jawab aja ya kalau kamu mau ngerjain kerja kelompok bahasa Indonesia sama aku, ok!" jelasku sambil memastikan bahwa dia mengerti apa yang aku maksud.

Dia kemudian diam sejenak dan memutar kedua bola matanya. Aku rasa dia sedang berpikir deh ngapain aku minta dia kayak gitu. Hmmm jadi ragu kalau dia mau dengan rencanaku...

"Kan habis ini juga jam makan malam, jadi sekalian aja makan disini!" tambahku.

Vino mencoba membuat agar Bryant mau menyetujui rencananya, karena kalau Bryant tidak mau dan tiba-tiba Tristan keluar maka akan berantakan semuanya.

Hmmm ini kesempatan yang Bagus nih untuk lebih dekat dengan Vino, dan waktu yang tepat juga untuk menyelidiki mereka berdua. Gumam Bryant dalam hati.

"Ahh okay, I Agree... Aku setuju, lagian aku juga belum makan!" seru Bryant seolah benar-benar menyetujui apa yang telah di rencanakan oleh Vino.

"Wahhh yes, thanks Bryant!" ujar Vino dengan memberikan ekspresi lucunya, yang pastinya membuat siapapun yang melihatnya maka akan jatuh hati detik itu pula.

Dan salah satu korbannya adalah si Bryant.

Suasana malam yang agak dingin itu berubah menjadi hangat karena obrolan yang mereka bincangkan juga membuat suasana menjadi cair. Bryant semakin lama semakin jatuh hati kepada cowok cantik di hadapannya sekarang. Dimana sejak pertama kali bertemu rasa yang dimiliki oleh Bryant tidak kunjung luntur, malah sebaliknya perasaan yang pernah di ucapkannya dulu itu semakin lama semakin menjadi dan mendarah daging dalam diri Bryant.

Entah bagaimana suatu hari apakah perasaannya akan terjawab dan menjadi nyata? Atau hanya sebuah rasa yang tinggal sementara.

"Mas, makan malamnya udah siap di ruang makan" ujar Bibi Inah sembari membawa gelas yang sudah kosong di meja ruang tamu.

"Ah okay Bi, makasih... Oh iya Bi kak Tristan udah bangun belum?" tanya Vino penasaran.

"Hmmm belum mas, tadi saya lihat di kamarnya gak ada'i apakah di kamarnya mas Vino? Mas Tristannya!" jawab Bi Inah yang langsung membuat suasana di ruang tamu menjadi hening seketika.

Aduh, Bi Inah kenapa langsung nyeplos sih kalau kakak gue lagi tidur di kamar aku. Waduh si Bryant mikir aneh-aneh gak ya? Aduh gimana nih...

Batin Vino sambil mengigit bibir bawahnya.

Sedangkan Bryant hanya diam dengan pandangan kosong ke lantai.

Di kamarnya si Vino? Ngapain dia ada di sana? Apakah mereka berdua memang tidur sekamar? Duh Bryant positif thinking dong, gak mungkin kalau mereka ada hubungan yang lainnya. Mereka kan kaka adik gak mungkin ada sesuatu hal yang di luar hubungan antara saudara lah...

Ya mungkin aja mereka memang satu kamar, please pikiran positif thinking ya...

Batin Bryant mencoba mengontrol pemikirannya yang udah mulai aneh-aneh.

"Mas mau langsung makan? Atau gimana?" tanya Bi Inah lagi yang membuat mereka berdua langsung kaget secara bersamaan.

"Ah iya Bi!"

Lagi-lagi jawaban yang di ucapkan mereka berdua bersamaan.

"Ah, Bi tolong bangunkan kak Tristan dulu ya Bi, ajak buat makan malam... Soalnya dia tadi ketiduran di kamar Vino!" ujar Vino sambil beranjak berdiri mengajak Bryant menuju ke ruang makan.

"Okay, siap Mas!" jawab Bi Inah dan langsung bergegas menuju ke kamar Vino.

Dan detik yang sama pula di saat Bi Inah hendak membuka pintu kamar Vino... vino teringat sesuatu hal.

Astaga kan kita habis begituan, kan kak Tristan belum pakai apa-apa.

Gawat...

"BI INAH, GAK USAH... JANGAN!!!" Teriak Vino sambil berlari menuju ke arah pintu dan bergegas dengan cepat memegang gagang pintu dan menutupnya kembali dengan rapat.

BRAKKK

"Loh kenapa mas?" tanya Bi Inah dengan bingung.

Dengan gelagapan Vino mencoba mencari sebuah alasan untuk menjawab sebuah pertanyaan yang akan di jawab untuk Bi Inah dan juga Bryant.

Karena sekarang Bryant berada di ruang makan dan melihat ke arah Vino dan Bi Inah dengan aneh dan tentunya penasaran.

"Ahh itu Bi, jangan aaa.. Akku lupa kalau kak Tristan tadi lagi gak enak badan, dia tadi pesen jangan di ganggu dulu... Jadi takutnya kalau bibu bangunin nanti dianya malah marah-marah sama bibi, jadi gak usah ya bi!" Ujar Vino sambil ngos-ngosan menata caranya berbicara.

"Owalah iya Mas, gak papa... Ya udah Bibi buatkan bubur buat Mas Tristan dulu ya!" ujar Bi Inah sembari tersenyum meninggalkan Vino yang masih memegang erat pintu kamarnya itu.

"Huhhh hampir aja...!"

Desah lega Vino.

"Hampir apa?"

Tanya Bryant yang detik itu mengagetkan Vino seketika.

.

.

.

I Love My Brother (BL) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang