Dua belas

923 99 2
                                    

Sudah dua jam sejak si kembar pergi bersama Lucas. Selama itu pula yang bisa Winwin lakukan hanya termenung di ruangannya sambil menatap ke bawah melalui jendela.

Kapan si kembar akan kembali?

Winwin merebahkan dirinya di atas sofa setelah bosan menatap jalanan di bawah sana. Lagipula pekerjaannya sudah selesai dan atasannya sedang tidak di kantor, tidak ada salahnya kan jika ia berbaring sebentar?

Baru saja ia merebahkan tubuhnya, suara langkah kaki terdengar memasuki ruangan di sebelah.

Huh? Apakah atasannya itu sudah kembali?

Winwin bangun, berniat mengecek siapa yang berani memasuki ruangan atasannya. Mengetuk pelan pintu hitam di depannya sebelum membukanya. Ah ternyata itu si pemilik ruangan.

"Win? Anak-anak belum kembali?" Tanya Yuta yang sadar akan eksistensi Winwin di depan pintu.

"Bel—"

"AYAH!"

Ucapan Winwin terpotong oleh teriakan nyaring si kembar. Ia menolehkan kepalanya dan mendapati kedua anak itu berlari menuju ke arahnya, lebih tepatnya ke arah ruangan Yuta.

Yuta segera merentangkan tangannya begitu kedua anaknya masuk.

"Gimana? Seru main sama Uncle Lucas?"

"Seruuu!!!! Tadi Injun sama Nana main perosotan sama ayunan."

Sang ayah hanya diam, menyimak kedua anaknya bercerita. Mengangkat kedua tubuh anaknya, dibawa untuk duduk di pangkuannya. Sesekali mengusap surai legam si kembar.

———

Matahari sudah berada di barat. Langit yang mulanya berwarna biru kini berubah menjadi jingga. Sangat cantik.

Winwin mengalihkan pandangannya dari jendela besar di hadapannya. Menatap dua tubuh mungil yang masih setia menutup matanya dari siang tadi. Winwin mendekat, mencoba membangunkan si kembar.

Kata nenek Winwin, tidak baik jika tidur dijam-jam seperti ini.

"Injun, Nana, ayo bangun, ini sudah sore."

Tubuh mungil itu menggeliat tak nyaman saat merasakan tepukan pelan di pipi keduanya. Winwin terkekeh, wajah si kembar sangat lucu.

Pintu ruangannya terbuka, Winwin menoleh mendapati ayah si kembar masuk dengan penampilan yang jauh dari kata rapi. Entah apa yang dilakukan atasannya tadi.

Yuta berjalan menghampirinya, lebih tepatnya menghampiri kedua anaknya yang masih tertidur.

"Kenapa nggak dibangunin Win?"

"Sudah pak."

"Sayang, bangun yuk, kita pulang."

Perlahan si kembar membuka matanya ketika mendengar suara sang ayah. Mereka merentangkan tangannya guna meregangkan tubuh mungil itu. Yuta meraih kedua tangan anaknya untuk ditarik pelan agar mereka terduduk.

Jaemin tersenyum menatap Winwin.

"Papi."

Huh?

Winwin bingung, begitu pun dengan Yuta. Anaknya ini kenapa tiba-tiba memanggil sekretarisnya dengan sebutan papi?

"Siapa sayang?" Tanya Yuta memastikan.

Daddy's SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang