"Konon katanya kalau kita bisa buat toples ini penuh dengan lucky stars, maka langit di atas akan mengembalikan bintang-bintang yang dia sembunyikan dan kita berkesempatan untuk melihat keajaiban yang pertunjukkan oleh para bintang." Ucapan Rion satu jam yang lalu masih terngiang jelas di benak Luna. Kata-kata yang disusun dengan penuh keyakinan itu mampu meluruhkan sedikit kesedihan, ketakutan di relung hati Luna. Di sisi lain juga menghembuskan sedikit angin harapan yang menyejukkan.
Malam itu, di sebuah dermaga Pulau Elpida yang senyap, diterangi sebuah lampu bolam yang menyala remang-remang di atas kepala. Luna, gadis yang dalam hitungan waktu akan berusia 17 tahun itu sedang berusaha mengikuti gerak lincah tangan Rion membuat banyak bintang dari kertas origami warna-warni.
Biarpun akan berulang tahun, tetapi bagi Luna tak ada sesuatu yang spesial yang dia nantikan. Sama seperti tahun lalu, tak ada perayaan tiup lilin, potong kue, tak ada ucapan meriah, tak ada yang ingat dan peduli juga selain Rion.
Orang-orang bilang, hari ulang tahun Luna merupakan salah satu hari sial bagi penduduk Pulau Elpida sehingga mereka harus berdiam diri di dalam rumah dan tak boleh bekerja, apalagi pergi ke laut. Bagi beberapa orang, hari ulang tahun Luna mengingatkan mereka akan kenangan buruk yang terjadi dua tahun lalu.
Saat itu sebuah kabar yang datangnya dari laut, seketika menghebohkan pulau hingga menjadi buah bibir yang masih membekas sampai sekarang.
Kabar itu berupa sebuah insiden hilangnya kapal pesiar yang dinaiki oleh beberapa penduduk. Saat mendengar itu, banyak tangis dan kekesalan yang berjatuhan. Ada yang bilang, hilangnya kapal karena ayah Luna yang seorang pimpinan kapal ingin mengambil sebuah bunga yang tumbuh cantik di atas batu karang. Beberapa menambahkan, bahwa ayah Luna berhasil mengambil bunga tersebut untuk hadiah ulang tahun putrinya. Nahasnya, karena ketamakan ayah Luna, keindahan bunga itu membawa petaka yang membuat kapal pesiar mereka dihantam gelombang besar dan seketika hilang ditelan lautan.
Bak jatuh tertimpa tangga, ada sebentuk perasaan takut dan sedih yang melebur dan tersirat tipis dibalik wajah Luna yang mencoba tegar ditiap harinya. Ketika beberapa orang memilih menutup mata atas kesedihan Luna dan balik menyalahkan gadis itu atas insiden yang masih abu-abu tersebut, anehnya Rion tak begitu. Dia yang selalu menawarkan pundaknya untuk setiap air mata Luna atau sekadar memberikan kalimat penyemangat dan harapan bagi Luna. Sejak saat itu, kehadiran Rion seolah menyadarkan Luna bahwa ia tak benar-benar sendiri di dunia yang mengejaminya.
Malam itu, ketika jarum jam menunjuk angka sembilan lewat, dengan sinar bulan purnama yang memantul di lautan yang tenang, Rion dengan antusiasnya mengajak Luna membuat origami yang disebutnya sebagai lucky stars.
Awalnya Luna nampak heran dengan perkataan Rion, tetapi saat menatap matanya yang berbinar seperti bintang, lagi-lagi Luna melihat adanya harapan. Luna pikir tak ada salahnya untuk kali ini percaya bahwa alam semesta yang tenang pun menyimpan keajaiban dan misteri.
Belum juga mereka berhasil memenuhi toples bening itu dengan bintang-bintang, Luna yang duduk di samping Rion sambil ditiupi angin malam lautan mulai merasa mengantuk. Gadis itu mengucek matanya berulang kali. Ia menguap tipis lalu pandangannya teralih pada Rion yang masih cekatan melipat origami dengan matanya yang masih segar.
Melihat Luna yang sepertinya sudah tak bisa menahan kantuk, Rion pun tersenyum dan sambil mengangkat toplesnya dia berkata, "Seperempat lagi penuh, biar aku aja yang selesaiin."
Tanpa basa-basi, Luna lantas mengangguk setuju. Ia kemudian merebahkan tubuhnya sambil menatap langit malam. Sekilas sebelum benar-benar terlelap, ia melihat sebuah cahaya seperti bintang yang jatuh lalu hilang di laut. Cahaya itu berpendar, tak lama kemudian redup. Hilang, hanya ada air laut yang bergelombang pelan. Ah, mungkin hanya ilusinya saja. Seketika itu juga, mata Luna pun terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucky Stars
FantasySuatu malam, di sebuah dermaga yang senyap dan gelap, dua anak manusia dan setoples lucky stars yang konon katanya dapat menunjukkan keajaiban. Akankah semesta benar-benar membukakan kebenaran lewat bisikan laut yang hening malam itu? He was tryin...