Donghyuck menangis dengan tersedu-sedu dipelukan Jeno, hari ini adalah pemakaman sang ayah. Jeno memeluk sang suami dengan erat sambil mengusap punggungnya dengan pelan. Donghyuck tidak percaya hal ini terjadi pada dirinya.
Kembali pada beberapa minggu yang lalu, tiba-tiba saja ibunya memberi tahu Donghyuck bahwa mereka memutuskan menjual rumah mereka. Kedua orang tuanya beralasan karena tidak adanya Taeyong dan Donghyuck di rumah membuat kedua orang tuanya kesepian hingga memutuskan untuk tinggal di rumah yang lebih kecil.
Yang tidak diberitahukan oleh mereka adalah kebenaran mengenai keadaan sang ayah yang telah lama mengidap kanker. Hingga beberapa hari yang lalu Donghyuck diberi tahu jika ayahnya masuk rumah sakit dan sedang menjalani pengobatan. Donghyuck merasa dunianya runtuh saat itu juga, ia bahkan belum membahagiakan sang ayah, ia tidak pernah menjadi pengacara seperti yang selalu ia impikan dan ayahnya dukung, alih-alih ia berhenti kuliah dan menyusahkan kedua orang tuanya. Pada titik ini Donghyuck tidak bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri.
"Ariel dan dirimu adalah anugerah terbaik bagi ayah. Berjanjilah pada ayah kau akan selalu bahagia." Itu adalah ucapan terakhir sang ayah untuknya, janji yang sangat sulit bagi Donghyuck untuk ia penuhi.
Namun Donghyuck hanya bisa mengangguk sambil berucucuran air mata, ia tahu bahwa sang ayah telah menyerah dan ia lelah dengan keadaan dirinya.
"Sudah saatnya kau melepaskan." Donghyuck mendengar ibunya berkata.
Donghyuck menggeleng dengan kuat dan menangis. "Ayahmu sudah terlalu banyak menderita, Hyuck." Tambah ibu sambil mengusap bahu Donghyuck.
Hari itu Donghyuck dan Taeyong hanya bisa duduk sambil melamun di kantin rumah sakit dengan perasaan hampa dan sedih. Donghyuck tidak bisa memikirkan hal lain, ia tidak bisa untuk berprasangka baik saat sekali lagi dunia menghancurkan mimpinya.
"Jangan terlalu keras terhadap dirimu." Taeyong berusaha menghibur sang adik, Donghyuck hanya memberikan senyum tipis padanya, terlalu merasa bersalah karena ia hanya bisa menangis di hadapan semua orang.
"Aku akan pergi menemani ibu untuk mengurus administrasinya." Taeyong memutuskan untuk pergi meninggalkan Donghyuck dan memberinya ruang.
"Hai," Donghyuck terperanjat ketika mendengar suara seseorang menyapa pendengarannya, dan lamunannya buyar begitu saja.
Donghyuck mendongak untuk melihat siapa yang telah menyapanya. "Hai, Chenle." Balas lelaki itu dengan sisa tenaganya, berusaha terdengar ramah di saat seluruh tubuhnya terasa sakit.
Chenle duduk dan langsung memeluk Donghyuck dengan erat, "semuanya akan baik-baik saja, hyung." Ujarnya sambil menepuk punggung yang lebih tua dengan pelan.
Donghyuck kembali tergugu, ia sepertinya tidak perlu menebak siapa yang memberitahu Chenle mengenai keadaannya karena ternyata ayah Donghyuck adalah pasien yang cukup terkenal sehingga kematiannya membuat beberapa orang di rumah sakit berduka.
Donghyuck melepaskan pelukannya, "terima kasih, Chenle."
Chenle mengangguk dan memberikan senyum menenangkan untuk Donghyuck. "Kau pasti bisa melalui semua ini. Dan aku tahu ayahmu sangat menyayangimu."
Donghyuck mengangguk sambil menghapus air matanya dan tersenyum pada Chenle, "aku merasa jauh lebih baik."
Chenle ikut tersenyum dan memberikan satu botol minuman isotonik yang ia ambil dari saku jasnya. "Semoga kau jauuuh lebih baik lagi." Ia memberikan senyum tulusnya yang terakhir sebelum beranjak. "Maafkan aku tidak bisa menemanimu lebih lama. Aku ada pasien." Ujarnya dengan gestur menyesal.
Donghyuck mengangguk memaklumi, "tunggu." Ujarnya sebelum ia benar-benar pergi. "Aku telah menyampaikan salammu pada Mark."
Chenle menatap Donghyuck, "benarkah? Terima kasih."

KAMU SEDANG MEMBACA
Irreplaceable✅
Fanfiction《《《BAHASA》》》 . . Mark was everything for Donghyuck. But Donghyuck knows that they were never meant to be together. . . Mark Lee x Lee Donghyuck | bxb | | mpreg | | angst with haeppy ends:) @markinhyuckarms