Matahari yang tidak terlalu menyinari langit dengan panas, pohon-pohon yang tumbuh subur dan lebat, serta burung-burung berkicau. Angin sepoi-sepoi yang hangat menimbulkan suasana nyaman, juga membuat para hewan kecil beraktivitas.
Di suatu taman, bunga-bunga bermekaran dengan indahnya, membuat para serangga seperti kupu-kupu, lebah, capung dan sebagainya merasa terundang. Di balik taman yang dipenuhi oleh bunga-bunga yang indah, ada lelaki yang sedang memainkan sesuatu di tangannya.
"Mhm~", Ia bersenandung ria memainkan apa yang digenggamnya, yaitu permata Ruby yang menyilau jika diarahkan kearah matahari.
Cring
Ia memainkan Ruby itu di arah matahari, jelas sekali menyilaukan matanya sehingga ia memenjamkan sebelah matanya. Didalam Ruby yang menyala itu, terdapat bayangan seorang yang tidak cukup jelas. Sepertinya itu adalah ramalan dari sebuah permata Ruby yang ia mainkan.
"Yang Mulia"
"Hm?", lelaki itu membalikkan badannya untuk melihat siapa yang memanggilnya. Berdiri seorang pria paruh baya dengan gaya yang formal, ia adalah seorang Butler. Butler sendiri memiliki makna pelayanan yang menyediakan pelayanan secara pribadi. Bisa dikatakan, Butler itu melayani lelaki yang ada di taman itu.
"Anda ingin teh chamomille?", ucap Butler itu sembari mengangkat poci teh.
"Tidak perlu, aku sudah kenyang", ia kembali memainkan Ruby yang ada ditangannya.
"Baik. Oh, Yang Mulia, a-anu..."
Lelaki yang sibuk memainkan Ruby kembali memalingkan pandangannya ke Butler itu lagi, tetapi kini dengan wajah yang penasaran.
"Kenapa?"
"Bukankah...sudah waktunya?", tanya Butler itu. Lelaki itu terhenti memainkan Ruby yang di tangannya lalu menggenggam erat permata yang berwarna merah itu. Ia terdiam sejenak, seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting. Lalu, lelaki itu menoleh ke Butler itu.
"Bawa aku menuju ke ruang 'itu'".
-
Menyusuri lorong bawah tanah yang hanya diterangi oleh obor yang di sepanjang dinding lorong, Butler memimpin jalan dengan lelaki tadi yang berada di belakang. Hingga sampailah mereka berdua di sebuah pintu yang terlihat rumit dan sangat tua.
"Yang Mulia, silahkan". Sang Butler menyampingkan dirinya dan membiarkan lelaki itu menuju ke pintu yang berada di hadapan mereka.
Lelaki itu pun memainkan entah mekanisme apapun yang ada di depan itu. Tak lama kemudian, mekanisme di pintu itu pun menyala dan pintu pun terbuka. Disusul oleh sang Butler di belakang lelaki itu, mereka memasuki ruangan di balik pintu.
Di ruangan itu, terdapat banyak artefak kuno terjajar rapi seakan itu semua sangat antik. Ada pedang, bola kristal, sebuah buku dll. Lelaki tadi menuju ke sebuah mahkota yang berada di ruangan yang cukup dalam.
Trakk
Ia pun menaruh Ruby itu di mahkota itu sebagai perhiasan, yang kemudian bercahaya dan memunculkan suatu patung es dengan seseorang didalamnya.
"Yang Mulia, jika berkenan, bolehkah saya bertanya?"
"Silahkan"
"Apa benar dengan begini kita bisa menjaga para Elf?"
"Apa maksudmu?"
Sang Butler cukup ragu untuk menyatakan pertanyaannya, ia takut menyinggung perasaan lelaki itu. Lelaki itu pun melihat kembali ke patung es tadi, ia kemudian menjawab pertanyaan sang Butler.
"Butler, aku yakin dengan keputusanku, selagi kita mengikuti ramalan, kita dan para Elf bisa selamat"
"...Bagaimana jika ramalan itu salah, Yang Mulia? Lagipula itu juga hanya-"
"ITU BUKAN HANYA SEKEDAR RAMALAN! SUDAH CUKUP DENGAN PERANG ANTAR MANUSIA UNTUK SEKALI, AKU TIDAK INGIN UNTUK PERANG KEDUA KALI NYA!"
"Lord E..."
Lord E, pemimpin para Elf, dia yang menjaga keamanan dan keselamatan para Elf. Sudah terbilang, ia telah menyaksikan perang antar Elf dan manusia di abad-abad lalu. Ia tidak menginginkan perang untuk kedua kalinya.
"Kau akan menyelamatkan kami, aku tahu itu", ucap Lord E sembari melihat patung es itu.
hai, ini mimin. ini hanya sekedar cerita remake dari novel ELF - The Last Legacy. baru prolog xixixi gapapa, karna mungkin mimin pengen coba namatin fanremake walaupun pertama.segitu aja, tolong vote yaaa xixixi