"Jadi sekarang lo udah jadian sama Hyunjin?"
Haechan bertanya sambil menyeruput coca cola yang dibelinya dari kantin kampus. Dilihatnya lawan bicaranya itu sedari tadi hanya senyam-senyum mandangin hape. Membuat Haechan jadi mendadak murka."Woy, jawab lah setan, gue gak lagi pantonim yah?"
"Ya gitu deh?" Jaemin menolak menjawab lengkap. Khawatir reputasinya akan anjlok setelah ini.
"Elo yang nembak gitu?" Tanya Haechan lagi.
"Iya kali, yah?"
"Cckk, gak nyangkah." Haechan berdecak, memberikan tatapan menghinanya.
"Apa?"
"Ternyata elo semurahan ini. Siapa yang dulu ngelarang gue deket-deket Kak Mark dan nyuruh gue jual mahal aja?"
Jaemin terkekeh. Namanya juga manusia, suka banget mengingkari dirinya sendiri.
"Jaem, sekali lagi lu ngurusin hape, gue banting tuh!" Sebal Haechan karena sedari tadi fokus Jaemin ke hape melulu. Mentang-mentang gak jomblo.
Beruntung Jaemin tipikal teman yang pengertian. Dia langsung meletakkan hapenya lalu fokus ke Haechan. "Iya iya, apa sih Chan?"
"Elo udah gue bantu dapet pacar, sekarang ganti bantuin gue dapet pacar juga kek." Ungkapnya manyun.
"Of course, lo mau yang kayak apa? Kak Lucas? Bangchan kelas sebelah juga keliatan kece, atau Pak Yuta dosen linguistik kita, biar sekalian lo bisa dijajanin?"
"Si anjyng, lo pikir gue sugar baby?"
Tolong hitung berapa kali dirinya mengumpat. Haechan merasa frustasi karena syaraf-syaraf kepekaan Jaemin yang sudah luntur.
"Ya elo mau yang kayak apa, selerah jangan yang tinggi-tinggi, nyungsep tau rasa...–
"Kak Mark."
"Hah?"
"Kak Mark lah tolol. Bantu gue deketin dia. Udah klepek-klepek nih gue."
Jaemin menghembus napas panjang. Pake pelet apa Mark sampai membuat temannya gak waras gini. "Biar nantinya kita perkawinan silang gitu Jaem, elo masuk ke keluarga gue, gue masuk ke keluarga elo."
Sungguh kehaluan yang tak tahu diri Haechan ini. Tapi karena Jaemin mempunyai hati yang baik bagai Cinderella, dia pun menawarkan solusi terbaik.
"Gue gak bisa bantu banyak-banyak sih Chan, kalo itu Mark. Lo tahu sendiri kan, gimana kelakuannya ke gua. Cuma biar elo gak mati penasaran sama tuh anak, gimana kalo lo main aja ke rumah gue, biar elo usaha sendiri dan gue cuma memfasilitasi."
Haechan bertepuk tangan heboh mendengarnya. Sebuah kemajuan yang hakiki dari otak Jaemin. Untuk itu segera dia membenahi buku-bukunya dan beringsut menarik Jaemin keluar.
Dengan mengendarai motor scopy-nya, Jaemin membimbing jalan menuju ke rumahnya. Sudah tidak kaget lagi baginya untuk memasuki kawasan elit. Jung Jaehyun itu seorang pengusaha properti yang cukup ternama di negeri ini, jadi wajar kalau kawasannya sudah menyerupai Baverly Hill. Jaemin tidak pernah menceritakan tentang kekayaan keluarganya, melainkan hanya penderitaan. Menurut Haechan keluarga Jung gak seburuk itu kok! Kadang Jaemin saja yang terlalu alay dan bersifat melebih-lebihkan.
"Busyet, ini gerbang berasa tembok yajuj majuj anjir?" Komentar pertama keluar dari mulut Haechan melihat pagar besi nan tinggi yang menutupi bagian muka bentuk rumah itu.
Jaemin kelihatan acuh. Setelah dibuka oleh satpam rumah, mereka kembali menaiki motornya. Ironis, dengan mereka yang boncengan berdua menggunakan sepeda scoopy, padahal di dalam sudah berjejer merek mobil terkenal. Haechan ingat cerita Jaemin yang habis membakar mobil mewahnya dan ditawari mobil lagi. Kalau itu Haechan sih, mana nolak?
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
ספרות חובביםJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...