Menyewa gadis mungkin bukalah hal yang sulit bagi Max, Jean maupun Jegar. Sangat mudah. Bahkan tanpa menyewa pun kebanyakan dari mereka akan dengan suka rela merelakan vaginanya untuk mereka jamah.
Seperti malam ini, saat mereka sedang bermain kesebuah bar mewah yang baru saja dibuka ditengah kota, mereka terpana pada seorang pelayan cantik yang terlihat lugu dan pemalu.
Dengan segala upaya dan uang yang mereka miliki, ketiganya meminta manager untuk membuat gadis itu melayani ranjang mereka malam ini. Dan benar saja, saat gadis itu masuk dengan pakaian pelayannya disebuah kamar yang mereka pesan, ia terlihat begitu ketakutan dan terus menunduk.
"Kanara?" tanya Jegar memastikan nama gadis itu.
Kanara, ia mengangguk, "iya tuan, manager meminta saya untuk datang dan melayani tuan."
Max berjalan mendekati Kanara sambil membuka tali bathrope yang ia kenakan, mengambil botol anggur diatas meja lalu memberikannya pada Kanara, "umur lo berapa?"
"19 tahun tuan."
Max terkekeh sambil menatap kedua temannya yang tersenyum miring seperti pria brengsek—dan sayangnya, itu memang benar.
"Jangan panggil kita tuan. Gue Max, itu yang mukanya dingin namanya Jean, yang mukanya galak namanya Jegar. Nggak perlu tegang, mereka nggak jahat, Jegar bakalan mirip kayak anak anjing, Jean bakal ngetreat lo like a queen kalau lo bisa buat mereka puas," katanya dan malah menimbulkan tanda tanya besar dikepalaya.
Kanara tetap mengangguk.
"Dan gue? Gue bakal lebih baik kalau lo selalu nurut dengan apa yang kita bilang."
"Ba-baik tuan."
"Max," ulang laki-laki berwajah bule itu.
Gadis itu hanya mengangguk, berdiri disana seperti patung, sebelum Max berjalan untuk mengunci pintu kamar.
"Lo suka apa? Wine? Wishky? Atau apa?" giliran Jegar yang bicara, tatapannya begitu tajam menghunus padanya dengan sesekali mengoyangkan ringan gelas berisi anggur ditangannya.
Kanara bisu, tangannya dipilih gelisah, "saya nggak minum."
Ketiganya malah tergelak, bagaimana bisa gadis itu tidak minum sementara dirinya bekerja ditempat seperti ini.
"Sini," titah Jean menepuk pinggir ranjang disampingnya.
Meskipun ragu, Kanara tetap berjalan mendekat, "minum."
Kanara menatap gelas dan Jean bergantian, "maaf?"
"Minum. Lo harus minum ini supaya lo makin enak pas ngelayanin kita."
"Ta-tapi.."
"Lo mau dipecat?" ancam Jean.
Dapat Jean lihat bagaimana mata gadis itu ketakutan saat mengambil gelas ditangannya.
"Abisin."
Max dan Jegar hanya tersenyum ditempatnya. Kanara benar-benar terlihat sangat lugu dan polos. Bahkan saat mata gadis itu terpejam erat sambil meneguk alkohol digelasnya, gadis itu terlihat seperti bocah.
"Enak?" tanya Jegar dan Kanara hanya menggeleng membuat ketiganya tertawa gemas, "sini, gue kasih tau cara enak nikmatin alkohol," katanya sambil menepuk pahanya yang sejak tadi hanya dibalut celana pendek super ketat membuat penisnya menonjol disana.
Kanara menelan salivanya kasar sebelum naik ke atas ranjang dan dengan ragu mendekat pada Jegar, laki-laki itu menariknya dan langsung membuat Kanara duduk diatas paha Jegar.
"Ajarin Gar, she's so innocent," kata Max bersuara riang.
Tangan kanan Jegar sudah meraba sensul rahang Kanara sebelum menarik ikat rambut gadis itu hingga rambutnya terurai, "gue suka kalau rambutnya sambil diurai." Lantas ia meremas pinggang Kanara sampai ia maju dan hampir menduduki penis Jegar.
Meskipun terkejut Kanara samsekali tidak berani menolak yang dilakukan Jegar, ia terlalu takut melakukannya. Lantas saat Jegar meneguk alkohol kedalam mulutnya sampai pipi tirusnya menggembung, ia hanya menelan salivanya takut sambil memilin ujung rokok pendeknya yang telah tersingkap.
Jegar menarik rahang Kanara dan tanpa basa-basi mencium bibir sang gadis, memasukan alkohol didalam mulutnya kedalam mulut Kanara.
Keterkejutannya membuat Kanara ingin menjauhkan kepalannya kalau saja Jegar tidak menahannya dan menciumnya penuh gairah, melilitkan lidah keduanya tanpa malu, dengan bunyi decakan menggebu, dengan sisa-sisa rasa pahit di mulutnya sebab ia sudah menelan seluruh alkohol dari Jegar atas paksaan laki-laki itu.
Tidak berselang lama, saat Kanara baru saja mau menikmati ciuman Jegar yang super panas, sebuah tangan tiba-tiba menyibak rambutnya kesatu arah dan mengecup leher nya.
Tangannya meremas kuat pundak Jegar yang tidak juga melepaskan ciumannya. Ditambah kancing kemejanya yang dibuka satu persatu dengan kasar membuatnya mendorong Jegar kasar sampai ciumannya terlepas.
"Tuan.. ka-kalian mau apa?"
Jegar tersenyum licik, "mau dapet kepuasan dari lo."
"Maksudnya nemenin kalian minum kan?"
"Lo pernah ngewe?" tanya Jean sedikit kesal, "kita pengen ngerasain memek lo."
Kelanjutannya ada di trakteer yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkness Think Fangirl - NC-21++ (NCT ot-23)
FanfictionORIGINAL FICTION! cerita ini hanya fiksi belaka. Saya harap pembaca bisa lebih bijak dalam menanggapi cerita ini. Sekiranya ada yang merasa terganggu mohon untuk tidak membuka work ini. ⚠️Member NCT hanya visualisasi ⚠️Mature ⚠️21++ ⚠️No children