Part 6. Tawaran Kerja Sama

6.7K 377 14
                                    

"Seorang anak pasti selalu menginginkan kasih sayang yang utuh dari kedua orang tuanya. Namun, terkadang ada sebagian anak yang tak seberuntung itu mendapatkannya."

-TSI-

°°°


Tandai typo ya!

Seorang dua gadis sedang berjalan beriringan dengan wajah yang tampak gembira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang dua gadis sedang berjalan beriringan dengan wajah yang tampak gembira. Hari sudah sore, sesuai apa yang dikatakan Zahra, Alifah kini ikut bersama sahabatnya. Kali ini, tidak mengambil shift sampai malam karena ada keperluan lain.

Masuk ke dalam mobil, Zahra segera menyalakan mesinnya. Namun, ketika Zahra memasang sabuk mengaman, netranya tak sengaja melihat tangan kiri Alifah. Ia langsung meraih tangan Alifah untuk melihat dengan jelas.

"Tangan kamu kenapa, Fah?" tanya Zahra dengan tatapan mengintimidasi.

Alifah tertegun ketika tangannya tertarik oleh Zahra.

"Bukan apa-apa kok, Ra."

Zahra memicingkan matanya. Ia sudah mengenal Alifah sejak lama, dan tahu saat Alifah berbohong. Pasti dibalik kata tidak apa-apa, sudah ada hal terjadi tanpa Zahra ketahui.

"Ini pasti ulah dari ibu tiri kamu yang tidak tahu diri itu kan?" Zahra bertanya lagi.

Alifah menggeleng kecil. "Bukan, Ra. Ini aku cuma kejepit doang," jawab Alifah ngasal.

"Kejepit gak sampai kayak gini, Alifah." Zahra rasanya ingin marah kepada sahabatnya, tetapi Alifah tidaklah salah.

Alifah menyunggingkan senyum tipis. "Udah, Zahra. Ini mah cuma luka kecil aja, jangan dibahas. Kita langsung ke rumah kamu aja, kasian bunda nisa nunggu lama." Alifah mengalihkan pembicaraan.

Zahra menghela napas panjang. Alifah mengalihkan pembicaraan pasti tidak ingin masalah malah tambah rumit.

"Jangan pernah sembunyikan apapun dari gue, ifah." tutur Zahra dengan tatapan penuh harap.

Alifah mengangguk sembari tersenyum kecil. "Iya, Zahra."

Setelah Alifah berkata seperti itu, Zahra menghidupkan kembali mesin mobilnya. Sesaat itu, mobil melaju dengan kecepatan sedang.

'Maaf, Ra. Aku gak mau kamu dan keluarga kamu sampai ada masalah karena aku, Ra.' batin Alifah merasa bersalah.

***

"Assalamualaikum, bunda," ucap Zahra dengan keras sampai menggema di luar rumah.

Tak lama dari itu, seorang wanita yang berkepala empat tersebut menghampiri putrinya dari dapur.

"Jangan keras-keras, Zahra. Kebiasaan kamu mah." suara dari wanita yang disebut bunda itu, membuat Zahra cengengesan.

Nisa-bunda dari Zahra tersebut celingak-celinguk melihat ke arah pintu.

Takdir Sang Ilahi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang