"Istirahat dulu, ya sayang?" tanya Abraham yang kini ikut merebahkan dirinya di samping sang Istri. Anin mengangguk seraya menelusupka dirinya kedalam pelukan sang suami.
"Nanti malem, kita bergadang" ujar Abraham, lelaki itu berhasil membuat tubuh Anin meremang dan tegang dengan kalimatnya.
Abraham hanya mengelus lembut punggung Anin, begitupun Anin yang melakukan hal yang sama pada Abraham, keduanya sedang menikmati dinginnya udara Ciwidey di tengah hangatnya pelukan itu.
"Kenapa dari awal nikah, kamu gak pernah nolak mas?" tanya Abraham tiba-tiba.
"Emang seorang istri boleh menolak suaminya?" tanya Anin seraya mendongakkan kepalanya, menatap Abraham yang sedang menatap ke arah luar jendela cabin mereka.
Anin kemudian membalikan tubuhnya, ikut menatap ke arah jendela besar itu, yang sudah Abraham setting supaya hanya mereka yang bisa melihat keluar, namun dari luar tidak dapat melihat mereka.
"Kak Susan pernah cerita gimana jahatnya abang waktu awal nikah, aku yakin mas gak tau soal ini" ujar Anin,
"Jahat? dari awal Harridh keliatan sayang kok"
"Enggak, abang gak sayang kalau di dalem rumah. Kalau mereka lagi berdua, bang Harridh itu gak keliatan cinta. Lebih ke kaya kak Susan tuh pemuas nafsu aja. Abang tuh selalu pakai pengaman, gak mau kakak sampe hamil.",
"Meskipun kamu belum cinta sama suami kamu, gak apa turutin aja apapun yang dia mau, karena kamu sudah menjadi milik dia dan tanggung jawab dia. Kekuatan cinta itu besar, lambat laun kamu sama dia akan bisa saling menerima kok. Apapun yang Abra mau, apapun yang Abra butuhin harus kamu layanin dan kamu kasih semuanya. Itu yang akan bikin dia luluh, selain kamu dapet pahala, kamu juga pasti dapet cinta dari dia, kamu juga bakalan bisa cinta sama dia. Jadi, jangan pernah nolak apapun yang Abra mau ya, de. Begitu kata kak Susan" sambung Anin.
"Seriusan?" tanya Abra.
Flashback on
"Aku kecepetan ga sih kak?" tanya Anin yang kini sedang berada dalam kamarnya bersama Susan, Anan dan juga Sabrina. "Tadi malem aku nolak, tapi kemarin sore aku iyain, kecepetan kan?" tanyanya lagi.
"Terus kamu mau nya gimana? batalin?" tanya Anan, wanita itu kemudian duduk dari rebahannya saat mendengar pertanyaan konyol dari adik bungsunya.
"Aku tau terlalu gegabah, tapi kak aku yakin sama pilihan Mama sama Papa, cuma kaya terlalu cepet aja gitu loh" jawab Anin.
"Menjelang nikah emang biasanya akan selalu ada keraguan kan kak?" tanya Sabrina seraya memakan cemilannya.
"Nih denger ya!" seru Susan yang kini duduk di sebelah Anin. "Kalau kamu ragu karena cinta, itu akan datang dengan seiring berjalannya waktu kok. Memang gak selalu berhasil, tapi kakak yakin akan berhasil di kamu, karena kakak tau banget secinta apa Abraham sama kamu. Kamu, gak akan pernah tau kalau kamu gak nyoba Nin." sambung wanita cantik itu seraya mengusap lembut rambut panjang Anin.
"Gak boleh gitu de, harus yakin terus sama pilihan ade, apalagi mama sama papa udah merestui lebih dulu" ujar Anan.
"Tapi, nanti gimana kalo tiba-tiba pak Abraham cium aku lagi?" tanya Anin seraya menatap dalam ke arah netra coklat milik Susan. Wanita itu lantas tersenyum dan kembali mengusap punggung Anin.
"Dulu, kakak cuma di jadiin pemuas nafsu dengan status halal loh sama abang kalian" ujar Susan.
baik Anin, maupun Anan terlebih Sabrina, ketiganya di buat sangat terkejut dengan pengakuan Susan.
"Makanya kakak tuh suka seneng kalau ada acara keluarga, karena disitu kakak merasa dicintai sama Harridh, meskipun cuma beberapa jam. Tapi, dengan kegigihan kakak, akhirnya Harridh luluh juga kan? Kalian juga pasti tahu kalau kita nikah karena perjodohan. Buktinya sekarang?",
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Dosen
Romance21+ MATURE CONTENT AGE GAP STORY "Anin" "Kamu mau saya cium?" "Kamu empuk banget ya" "Tangan Bapak di dada saya!" "Eh maaf... maaf, saya gak sengaja nin." "Mau kamu kerjain atau saya yang ngerjain kamu?" "Bibir kamu manis, saya suka" ...