Part : One

2K 88 9
                                    

[WARNING!!! RATED 21+]
Tolong jadilah pembaca yang baik sebagai tanda bahwa kamu menghargai usaha dari para penulis.  Terima kasih.

[TINGGALKAN KOMENTAR DAN JANGAN MENGCOPY PASTE TULISAN SAYA DALAM BENTUK APAPUN]

.
.
.
.
.
.

Tok.. Tok.. Tok..!

Sosok berkacamata yang sedang duduk di dalam ruangan praktek kecilnya itu kemudian mengangkat wajah. Sedikit mengerutkan kening ketika mendengar suara ketukan pelan pada pintu ruangan kerjanya. Dia tak menjawab dengan segera. Pasalnya, dia mengetahui dengan pasti bahwa pasien terakhir yang ada di dalam list yang dia terima seharusnya sudah selesai dia periksa dan tangani.

Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Bukankah ini adalah waktu baginya untuk pulang dan kembali ke rumah?

"Masuk". Jawabnya kemudian. Tak ingin membuat si pengetuk itu menunggu lebih lama.

Klek!

"Selamat sore dokter Jeon, apakah aku bisa mengganggu waktumu sebentar?"

"Oh... hyung?"

Sosok sang Dokter yang tak lain adalah istri Kim Mingyu itu kemudian menarik kedua sudut bibirnya lebih lebar, mengulas senyum manis ketika seseorang yang dia panggil hyung itu lalu masuk ke dalam ruangannya.

Itu Jeonghan.

"Apa aku benar-benar mengganggumu?"

"Tidak, aku baru saja akan pulang". Jawabnya. Dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi miliknya saat Jeonghan memutuskan untuk mengistirahatkan pinggulnya pada kursi pasien yang berada di hadapan sang kawan lama. "Tidak biasanya kau mengunjungiku di sore hari, apa kau sedang tidak bekerja?"

Jeonghan terkekeh ringan, kemudian menggeleng. "Sejujurnya aku baru saja mengunjungi seorang Dokter disini, lalu aku ingat bahwa aku harus menyerahkan sesuatu kepadamu, jadi aku pikir tidak ada salahnya aku mampir, aku sedikit malas jika harus datang ke cafe kalian di malam hari karena selalu ramai, jadi aku merasa tidak bisa leluasa untuk berbincang denganmu ataupun Mingyu"

"Ah.. aku mengerti. Lalu apa yang ingin kau berikan sampai kau harus mendatangiku seperti ini?'. Wonwoo memperbaiki duduknya, mengusap perutnya yang terlihat rata. Ini berbeda dengan kehamilannya terdahulu yang membuatnya nyaris tidak bisa melakukan pekerjaan apapun di awal trimester pertamanya di karenakan pada saat itu dia mengandung bayi kembar, meskipun pada akhirnya hanya Minwoo saja yang berhasil diselamatkan.

Jeonghan menarik nafas sedikit berat. Menyimpulkan pola senyum yang terlihat tak terlalu bagus untuk dia perlihatkan. Tawanya masam.

Dia merogoh tasnya. Meraih selembar kertas tipis dengan untaian kata di dalamnya.

Wonwoo meraihnya. Membukanya dengan tenang meskipun kemudian dia pada akhirnya membolakan kedua matanya karena rasa terkejut yang teramat sangat.

"KAU AKAN MENIKAH MINGGU DEPAN?!"

"Ya..."

"DENGAN SEONGCHEOL HYUNG?!"

"Hm..."

"Hyung...". Wonwoo mengerjapkan matanya bingung. Masih di terpa rasa kaget bercampur rasa tidak percaya yang membuatnya sulit untuk menyambung kata. "T-tunggu... tunggu sebentar, kupikir kalian tidak pernah berkencan bukan?"

"Memang tidak.."

"Lalu bagaimana mungkin kalian tiba-tiba saja menikah? Hyung, kau bahkan tidak mengabariku sebelumnya?!"

"Ini memang bukan sebuah hal indah yang perlu aku rencanakan jauh-jauh hari, tapi aku tak memiliki pilihan selain menikahinya"

"Apa?!". Wonwoo mengernyit. Melepas kacamatanya sembari menatap Jeonghan dalam-dalam. "Lalu apa yang membuatmu berpikir untuk menikahinya? Apa diam-diam kalian saling jatuh cinta tapi tidak..."

Steganografi [JeongCheol Ver.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang