"Tolong! Siapapun tolong aku!" Aku berteriak ke atas.
Siapa orang bodoh yang membuat jebakan disini? Kakiku sangat sakit dan darah keluar dari betisku. Setelah aku menghindari monster, aku justru terjebak di lubang buatan ini. Kenapa tidak ada hal baik dengan hidupku? Aku hanya mengobati kakiku seadanya, semoga para monster tidak akan menciumnya. Aku meraih kayu dan merangkak naik. Kemana perginya semua orang? Apa tidak ada satupun yang melewati tempat ini?
"Ugh... Hah..."
Berhasil!
"Groammm..." Kepala monster muncul kembali. Dia mengeluarkan gigi tajamnya padaku.
Mama, papa, Glenn, Austin, dan Lais. Mungkin inilah akhir hidup seorang Dixie. Aku tersenyum dan memegang panah untuk memanah matanya.
Takkk...
"Groammm..."
Aku berlari dengan menyeret kaki kananku susah payah. Dimana mereka? Aku ingin bertemu seseorang! Tolong, siapapun!
"Groammm..."
"Sialan!"
Monster itu mengejarku dengan sebelah matanya yang terkena anak kecil panah. Aku mencoba memanah sebelah matanya lagi. Jika dia buta, pasti aku akan aman sampai ke akademi.
Takkk...
Takkk...
Takkk...
"Groammm..."
Dia menutup semua matanya yang mengeluarkan darah. Aku berjalan dan bersembunyi di balik pohon. Kakiku sangat sakit, lukaku terbuka kembali sampai darah mengalir sampai sepatu penuh dengan noda darah. Aku bisa gila!
"Groammm..."
"Hah... Sial!"
Takkk...
Takkk...
Aku membidik tepat di bagian dadanya. Kuharap dia mati! Aku menunggu reaksi monster itu sampai dia terjatuh tidak sadarkan diri. Ini kesempatanku untuk kabur, sebelum monster lainnya mencium aroma darahku. Aku harus kembali! Dimana jalan pulang? Aku menatap sekeliling yang begitu gelap. Tidak mungkin aku tersesat di tempat ini.
Ini bukan hutan yang biasa digunakan untuk berburu. Aku menjambak rambutku frustasi. Apa aku kembali saja ke arah lubang itu? Seseorang pasti memeriksanya. Aku menyeret kakiku lagi dan mengambil semua anak panah dari tubuh monster. Sebenarnya aku tidak tahu monster ini di kelas apa. Apa aku harus mengambil kepalanya untuk diberikan pada Profesor Daisy? Mungkin saja ini termasuk kelas D atau C. Dia tidak cukup kuat setelah terkena anak panahku.
Slarttt...
Menjijikkan!
"Maafkan aku, aku tidak bisa tidak membunuhmu."
Satu kepala monster akan menyelamatkanku dari nilai 0. Aku berjalan tertatih-tatih menuju arah lubang kembali. Aku akan memikirkannya nanti bagaimana cara untuk pulang. Yang terpenting aku sampai di tempat lubang. Aku melihat seseorang yang sedang menunduk pada lubang yang telah membuat sebelah kakiku terluka.
"Dexter! Apa kau yang membuatnya?" Tanyaku.
"Darimana saja kau?"
"Apa kau yang membuatnya?" Tanyaku sekali lagi.
"Jika iya kenapa? Apa kau terluka setelah masuk ke dalam lubang monster ini? Apa kau tidak bisa melihat tanda yang kubuat? Apa matamu buta?"
Sialan! Ternyata dia yang membuatnya! Apa dia membuatnya untuk mempermudah memperoleh monster? Aku menatapnya sengit, berkatnya kaki kananku terluka parah. Aku berjalan melewatinya tanpa mau melihatnya lagi. Aku mau pulang!
🏹🏹🏹
"Apa yang terjadi padamu?" Tanya Profesor Daisy.
"Saya terjebak di lubang yang dibuat seseorang. Profesor, saya hanya membawa ini!" Aku menunjukkan kepala monster hasil buruanku.
Profesor Daisy terlihat terkejut dan memeriksa monster dariku. Aku tidak membawa monster lagi, sepanjang jalan aku sering melihat monster tapi aku tidak memiliki daya untuk mengejar mereka. Alhasil, aku hanya membawa kepala monster ini saja. Mungkin nilaiku akan sangat rendah dari nilaiku sebelumnya. Aku sudah siap asalkan bukan nilai 0.
"Kau membawa monster kelas B."
Kelas B?
Apa? Kelas B? Jadi, apa yang harus aku lakukan?
"Jadi saya gagal?"
"Begitulah, tapi aku akan menilai hasilnya untuk pertemuan selanjutnya. Kau tidak perlu lagi berburu untuk kelas B. Tapi kau memiliki tugas untuk mencari kelas D. Hari ini cukup disini, kau bisa beristirahat Dixie dan segera sembuhkan lukamu."
"Baik."
Kenapa aku tidak bisa membedakan kelas monster? Aku memukul kepalaku bertubi-tubi. Dasar bodoh! Dixie bodoh! Kenapa aku tidak bisa melakukan hal yang benar? Aku berjalan melewati ruang perawatan dan memilih menyingkir dari ke tempat lain.
"Hiskkk... Hiskkk..."
Aku hanya ingin berhasil untuk menangkap monster dengan benar. Kenapa aku salah dalam menentukannya? Aku mengusap pipiku yang berair, sejak tadi aku ingin menangis tapi aku tidak ingin para monster mendengarnya. Mereka pasti menganggapku lemah dan memburuku.
"Kenapa kau menangis?"
"Senior?"
Kenapa Morgan bisa berada disini?
"Aku mendengar sesuatu dari arah tempat ini, kupikir seorang kucing yang terluka. Ternyata aku menemukanmu. Apa seseorang mengganggumu lagi?"
"Ah, tidak!"
"Lalu?"
Kau membersihkan wajahku yang penuh dengan air mata. Aku tidak boleh menangis di depan orang lain. Morgan menunggu jawabanku.
"Saya hanya kesal pada diri saya sendiri. Saya tidak bisa bertindak dan melakukan sesuatu dengan benar."
"Apa ini menyangkut monster yang kau bawa? Orang-orang membicarakan bahwa seorang wanita membawa kepala monster kelas B. Apa kau menangis karena berhasil menangkapnya?"
"Profesor Daisy meminta monster kelas D, tapi saya membawa monster kelas B! Saya tidak bisa membedakan jenis monster!"
"Tapi kau membunuh monster kelas B sendirian. Kenapa kau tidak berbangga pada dirimu sendiri? Tidak banyak orang yang bisa mengalahkan monster kelas B. Sedangkan kau berhasil melakukannya sendiri. Jika kau tidak bisa membedakannya, kau cukup belajar dari pengalamanmu! Jangan berkecil hati, kau justru hebat bisa membunuh monster itu!" Morgan menepuk kepalaku.
Aku meringkuk dan menyembunyikan wajahku yang pasti sangat merah. Harusnya aku tidak sedih, aku bisa membunuh monster yang menakutiku. Aku bisa membunuhnya tanpa kesulitan. Pasti mama dan papa akan bertepuk tangan juga. Aku melirik Morgan yang tersenyum.
"Terimakasih senior, sepertinya saya bisa mengangkat kepala saya sekarang." Aku mencoba berdiri.
"Kakiku terluka?"
"Saya tidak sengaja masuk ke dalam lubang... Arghttt!!"
Morgan menggendong tubuhku dan berlari sangat cepat. Kenapa dia tiba-tiba melakukannya? Aku sangat terkejut saat ini.
"Kau harus segera mendapatkan pertolongan. Maafkan aku membawamu seperti ini. Jika kau terluka lagi, sembuhkanlah lebih dulu. Sayangi tubuhmu, Dixie! Bagaimana jika lukanya bertambah parah?"
"Maaf!" Aku menutup wajahku.
"Katakan pada dirimu sendiri!"
Ini memalukan!
🏹🏹🏹
Salam ThunderCalp!🤗
Jangan lupa like, komen, dan share!
See you...
KAMU SEDANG MEMBACA
MONSTER LOVER ( END )
FantasyKetika kau mencintai seseorang maka katakan saja sejujurnya, jangan menjadi seseorang yang terus diam menyimpan perasaan! Dixie begitu kesal pada kakaknya yang telah membuatnya berada di jurusan yang tidak dia inginkan. Dia ingin menjadi seorang ksa...